"Neng kita harus pergi dari sini," ucapnya sambil memegangi tanganku
Aku yang masih setengah sadar hanya mengikuti Mas Bimo berlari menuju parkiran motor.
Ku lihat puluhan obor memasuki pelataran rumah Ki Jarot. Sepertinya anak buah Ki Jarot sengaja meminta bantuan warga untuk melawan ku. Beruntung Mas Bimo langsung tanggap dan melesat meninggalkan kediaman Ki Jarot sebelum diamuk warga.
Dinginnya angin malam mulai menusuk ke dalam sendi-sendi tubuhku.
Aku yang masih menggunakan samping basah dan hanya di tutupi jaket mulai menggigil kedinginan.
Ku eratkan pelukan ku menghalau rasa dingin yang membuatku hampir membeku.
"Sabar ya Neng, bentar lagi kita nyari tempat buat istirahat," ucap Mas Bimo
Aku mengangguk. Ku rebahkan kepalaku yang terasa berat ke punggung Mas Bimo sembari memejamkan mata berharap semuanya segera selesai.
"Neng Bangun Neng udah sampai,"
Ku rasakan seseorang mengguncang tubuhku. Perlahan ku buka mataku dan ku lihat Mas Bimo tersenyum kearah ku.
"Ayo turun, udah sampai,"
Ku tarik lenganku yang melingkar di pinggang Mas Bimo. Saat aku turun dari motor ku rasakan kepalaku terasa pusing hingga semuanya tiba-tiba berubah gelap.
Beberapa menit kemudian ku endus aroma wangi minyak kayu putih yang membuat hidungku kembang kempis menghirupnya.
Ku lihat Mas Bimo tampak telaten membaluri telapak kakiku dengan minyak kayu putih.
Ku rasakan tubuhku mulai hangat, apalagi setelah samping yang melekat di tubuhku di ganti dengan daster panjang bercorak mega mendung.
"Alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga Neng. Untuk sementara kita menginap di sini dulu karena sudah malam," ucap Mas Bimo
"Aku lapar Mas,"
Mas Bimo kemudian mengajakku turun ke restoran untuk makan malam.
Pagi-pagi sekali kami kembali ke Jakarta untuk menghindari macet.
Setibanya di rumah aku langsung istirahat. Namun entah kenapa hari ini rasanya tubuhku benar-benar remuk semua.
Aku bahkan meminta Mas Bimo untuk memanggil tukang pijet karena aku sudah tak kuat lagi.
Setelah di pijat selama satu jam tubuhku mulai terasa enakan hingga aku bisa tiduran siang.
Pukul tiga sore Mas Bimo membangunkan aku, hari ini ia hendak mengajakku untuk melakukan ruqyah di tempat temannya.
Selesai sholat ashar kamipun berangkat menuju ke daerah Jagakarsa Jakarta Selatan.
Pukul setengah lima kami tiba di sana dan langsung diantar menuju ke ruangan khusus.
"Silakan Mbaknya ambil wudhu terus pakai mukenanya," ucap seorang wanita memberikan mukena kepada ku.
Ku letakan mukena di samping tas kecilku dan bergegas menuju ke tempat wudhu.
Selesai wudhu aku langsung memakai mukena dan duduk menunggu kedatangan ustadz yang akan meruqiyah.
Tiba-tiba reflek aku berdiri dan mengambil sandal yang ada di depan ruangan. Ku lemparkan sandal itu kearah seorang pria muda yang memakai pakaian serba putih.
"Pergi kau!" seruku sambil melempari lelaki itu dengan sandal yang ada di sana
Sang ustadz terus menghindari setiap lemparan dariku.
"Sudah habis sandalnya?" tanya sang Ustadz dengan raut wajah bahagia, saat melihat ku tak menemukan sandal lagi.
Ia kemudian menghampiri ku dan mengajakku masuk, "Sekarang kita masuk dulu ya, mau sembuh kan mbaknya?"
Akupun langsung mengangguk, dan mengikutinya masuk.
"Boleh lihat tangannya?" tanya sang Ustadz
Aku langsung mengulurkan tanganku.
"Hmm, kamu suka diajak ritual ya?" tanya lelaki itu
Aku langsung mengangguk.
"Iya Ustadz, Jadi ceritanya saya dan istri saya itu pengin punya keturunan dan ada yang bilang kalau penyebab kami belum dikaruniai anak adalah karena istri saya ini Indigo. Untuk itulah istri saya berinisiatif untuk menutup mata batinnya. Tapi sayangnya kita salah milih dukun Ustadz. Bukanya ngobatin istri saya, dia malah memanfaatkan istri saya untuk di jadikan tumbal agar dia mendapatkan kekayaan," terang Mas Bimo menceritakan semuanya kepada sang Ustadz
"Oh begitu rupanya. Sudah berapa kali diajak ritual?"
"Sudah banyak pak ustadz ada kali 8 atau 10 kali, nah pas terakhir saya mau minta udahan justru istri saya malah dibuat seperti ini," jawab Mas Bimo
"Baik Mas Bimo, bantu kami doa, Insya Allah dengan izin Allah semoga mbak Siti bisa sembuh dan sehat lagi seperti dulu kala,"
"Aamiin,"
Ku lihat Mas Bimo langsung mundur saat sang ustadz dan dua temannya mulai membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Kali ini tidak ada reaksi apapun dalam diriku meskipun ketiga ustadz sudah mulai membaca Ayat-ayat suci Al-Qur'an. Bahkan saat ia memercikan air ke wajahku aku tetap diam mematung tanpa merespon.
Baru setelah Ustadz menyuruhku meminum air putih aku langsung merasakan perutku begitu sakit hingga aku berguling-guling di lantai.
"Cepat keluar dari tubuh wanita ini, atau aku akan mengeluarkan mu secara paksa!"
"Coba saja bisa," jawabku
Ku dengar suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an kembali bergema membuat kepalaku begitu sakit.
Reflek aku langsung menjedotkan kepalaku ke ubin. Dua orang ustadz lain langsung memegangi ku agar tidak membenturkan kepala ke Ubin.
"Sakit!" seruku sambil memegangi perutku
"Apa dia ada riwayat sakit lambung?" tanya Sang Ustadz
"Dulu sih pernah dia sakit mag, tapi gak tahu juga itu mag biasa atau sudah parah,"
Pak Ustadz kemudian menghentikan ritual ruqyah saat melihat mataku yang berubah putih.
"Sepertinya dia memang memiliki riwayat sakit lambung Mas Bimo, sebaiknya setelah ini bawa Istrinya untuk berobat,"
"Baik Ustadz,"
Ritual pun kembali berlangsung dan kali ini aku langsung muntah-muntah setelah Ustadz memberikan minuman kurma kepada ku.
Pukul lima sore ritual selesai.
"Alhamdulillah untuk hari ini sudah selesai ruqyah nya. Meskipun kami belum bisa mengeluarkan semua jin yang ada dalam tubuh istri anda, Namun jika Istri anda mengikuti ruqyah rutin insya Allah semua jin yang menguasai tubuhnya bisa dikeluarkan,"
"Aamiin,"
Sang Ustadz memberikan sebotol air putih yang harus diminum jika aku kesakitan. Ia juga memberikan sebuah sabun mandi khusus untuk membersikan tubuh ku dari pengaruh sihir dan ilmu hitam.
Dalam perjalanan pulang seperti biasa aku kembali kesurupan. Meskipun Mas Bimo sudah biasa menghadapi situasi ini, tetap saja ia merasa panik saat aku tiba-tiba kambuh diatas motor.
Kali ini aku lebih garang dari biasanya, aku bahkan sampai mencekik Mas Bimo hingga sepeda motornya tergelincir menabrak pembatas jalan.
Beberapa orang langsung datang menghampiri kami.
Saat mereka datang untuk membantu kami, aku justru menyerang mereka.
"Tolong istri saya dia kesurupan," ucap Mas Bimo
Beberapa orang langsung membawaku ke sebuah Mushola yang tak jauh dari Jalan raya.
"Kyai, ini ada yang kesurupan," ucap salah seorang warga memanggil seorang lelaki tua yang sedang berdzikir
Lelaki itu langsung berhenti berdzikir dan menghampiri ku.
"Sakit, sakit!" seruku sambil memegangi perutku
Lelaki itu tampak mengamati tonjolan yang ada di perutku.
Ia kemudian meletakkan tangannya di kepalaku hingga kurasakan hawa sejuk mengalir di tubuhku.
Mas Bimo buru-buru datang menghampiri lelaki itu dan memberikan air putih pemberian ustadz.
"Maaf Pak, tadi pesan dari Pak Ustadz kalau istri saya kesakitan harus dikasih minuman ini," ucap Mas Bimo
"Memangnya istri kamu sakit apa?" tanya lelaki itu
Mas Bimo kemudian menceritakan semuanya kepada lelaki itu.
"Kalau begitu istri kamu harus segera dibawa ke orang pintar, bukan ke sini. Kalau kamu tidak keberatan di sekitar sini ada orang pintar yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit seperti ini. Namanya Aki Lingga, kalau bisa ya sebelum magrib,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Lacean
akhirnya
2024-12-05
0
🥀princes_novel❤️🥀
akhirnya mulai ada jalan ke tempat lingga dan trio somplak🤭🤭🤭
2024-04-05
0
Haickoka
endingnya ke LINGGA juga
2023-12-12
0