3. Ritual pertama

*Tak, tak, tak!

Semakin lama suaranya semakin terdengar jelas. Apalagi posisi kamarku ada tepat di bawah tangga.

Aku bisa memperkirakan jika orang yang sedang menuruni tangga adalah orang yang bertubuh besar atau gemuk, karena langkahnya terdengar begitu kuat dan berat. Entah kenapa suara derap langkah kaki itu benar-benar mengganggu, hingga aku tak bisa tidur.

Karena tak bisa tidur aku memutuskan untuk keluar kamar mencari udara segar.

Saat keluar kamar tak ada siapapun di lobby, meskipun penginapan ini cukup besar namun tak banyak tamu yang menginap sehingga tampak sepi.

Saat aku hendak melangkah keluar tiba-tiba petugas resepsionis muncul.

Seorang wanita paruh baya tersenyum ramah kepadaku.

"Ada yang bisa di bantu teh?" sapanya begitu ramah

"Gak kok teh, aku cuma mau nyari angin aja. Soalnya di dalam panas banget,"

"Lah kok bisa, memangnya AC mati kah?" tanya sang receptionist lagi

"Nyala kok, tapi gak tahu aku merasa panas aja,"

"Apa mau pindah ke kamar lain Teh, mungkin di kamar itu AC nya kotor dan perlu dibersihkan?" tanya wanita itu lagi

"Gak usah, nanti biar aku nyalain kipas angin aja,"

"Oh begitu, baik teh. Kalau ada apa-apa tinggal hubungi saya saja," ucap wanita itu kemudian ia kembali ke tempatnya.

Saat melihat sekitar penginapan terasa sepi akupun mengurungkan niat untuk mencari angin.

Sebagai seorang Indigo aku tahu benar tempat-tempat sepi seperti ini pasti banyak dihuni oleh para lelembut.

Saat kembali ke kamar ku lihat jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Aku pun segera naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhku di samping Mas Bimo.

Meskipun malam itu aku tidak bisa tidur tetap saja aku lebih memilih berdiam di kamar hingga akhirnya akupun terlelap saat menjelang subuh.

Pagi-pagi sekali Mbah Wage membangunkan kami. Ia mengajak kami mendatangi seorang paranormal yang ia panggil sebagai bapak guru.

Setibanya di kediaman Bapak Guru tubuhku Tiba-tiba terasa berat, dan rasanya sangat panas.

Melihat gelagat yang tak biasa dari diriku sepertinya Bapak guru tahu kalau aku merasakan sesuatu saat memasuki kediamannya.

"Apa yang kamu rasakan Neng?" tanyanya dengan logat sunda yang kental

"Panas, terus badan saya rasanya berat Aki,"

Biasanya aku tidak pernah mengalami reaksi apapun saat bertemu atau berinteraksi dengan makhluk gaib kecuali jika mereka menyerangku. Tapi entah kenapa saat memasuki rumah Bapak Guru tubuhku seperti menolak untuk masuk ke rumah ini hingga efeknya membuat ku merasa lemas seperti ini.

Bahkan hentakan di dadaku membuat sampai kesulitan bernafas hingga nyaris pingsan. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhku. Aku seperti merasakan jika tubuhku sedang di serang oleh kekuatan besar yang tak bisa ku lihat.

Melihat kondisiku yang lemas seperti itu Bapak Guru menyuruh Mas Bimo mengajak ku ke toilet.

"Coba ajak ke air dulu Sep, tenangin dulu di sana. Kali aja di sana si Eneng bisa enakan. Jangan lupa suruh cuci muka si Enengnya biar adem," ucap Mbah Wage

Mas Bimo pun menurut, ia kemudian memapah ku dan membawa ku menuju ke kamar mandi. Di sana aku langsung membasuh muka dan tak lama aku pun muntah-muntah.

Selesai muntah-muntah tubuhku mulai terasa enteng namun tetap saja hawa panas dan dadaku masih terasa sesak.

Tidak lama Bapak guru datang dengan membawa segelas air putih.

"Coba diminum dulu Neng, mudah-mudahan setelah minum air ini jadi baikan," ucap Bapak Guru

"Air apa ini Aki?" tanyaku sebelum menerima air tersebut

Jujur saja dari dulu aku tidak pernah mau menerima minuman yang diberi doa dari orang belum aku kenal. Karena dulu almarhum Abah pernah berpesan jika aku tidak boleh minum air-air doa seperti itu terlalu banyak apalagi dari orang yang belum dikenal.

"Ini teh air doa Neng, Aki sengaja memberikan air ini untuk menetralisir rasa panas yang eneng rasakan, mudah-mudahan setelah minum air ini neng gak sakit lagi. Lagipula Kan kata si wage teh, Eneng pengin menutup mata batin eneng kan?" tanya Bapak guru membuat ku sedikit percaya

"Iya Aki, tapi beneran ya Aki ini hanya air doa buat nutup mata batin Eneng, bukan yang lain-lain!" jawabku masih sedikit ragu

"Ya atuh bener Neng, saya yang tanggung jawab dunia akhirat kalau terjadi sesuatu sama Neng," jawab Mbah Wage berusaha meyakinkan aku

"Iya tapi beneran ini gak papa kan ya kalau aku minum?" tanyaku lagi

"Iya Eneng, masa sih gak percaya sama Pak Haji!" celetuk Mbah Wage

"Sudahlah Neng minum saja, mana mungkin Pak Haji bohongin kita sih Neng," imbuh Mas Bimo

Meskipun masih sedikit ragu, aku beranikan diri untuk meminum air itu.

"Bismillah,"

Setelah meminum air itu rasa panas yang ku rasakan mulai menghilang. Kini aku merasakan hawa sejuk dan tubuhku terasa enteng.

Setelah kondisiku mulai membaik, Bapak guru pun mengijinkan kami pulang.

Karena masih pagi Mbah Wage pun mengajak aku jalan-jalan ke laut. Tapi aku langsung menolaknya. Jujur saja seumur hidup aku memang belum pernah melihat laut.

Bukan tanpa alasan tapi almarhum Abah selalu melarang ku menginjakkan kaki di laut. Aku tidak tahu alasannya kenapa. Yang jelas ia pernah berpesan kepada ku, "Jangan pernah datang ke laut jika memang tidak ada keperluan yang penting, karena di laut itu banyak sekali mistisnya,".

Namun meskipun Abah tak seratus persen melarang ku, meski begitu aku memang paling takut jika mendengar kata laut. Entah kenapa bisa begitu.

Jangankan untuk melihatnya bahkan mendengar namanya saja aku sudah ketakutan.

Namun lagi-lagi Mbah Wage meyakinkan aku jika kedatangan kami ke laut cuma mau refreshing aja.

"Kita ke laut itu buat refreshing aja Neng. Kali aja dengan melihat pemandangan laut yang indah bisa menghilangkan semua penyakit,"

Bukan hanya Mbah Wage yang terus membujuk ku untuk ikut ke laut namun Mas Bimo juga ikut-ikutan membujukku.

Karena bujukan Mas Bimo akupun luluh.

"Lagian kan Ada Mas, jadi kamu gak usah khawatir. Insya Allah Mas akan jaga Neng," ucap Mas Bimo meyakinkan aku

Pukul sebelas pagi kamu tiba di pantai pelabuhan ratu. Selama 35 tahun hidup di dunia baru pertama kali ku lihat yang namanya laut.

"Gimana Neng, indah kan Laut?" tanya Mbah Wage

"Iya," jawabku mengangguk

"Nah sekarang coba neng lihat ke tengah laut apa yang neng lihat di sana?" tanya Mbah Wage lagi

"Memangnya ada apa Pak Haji?" tanyaku

"Coba lah Neng lihat sendiri, kan Neng Indigo!" sahut Mbah Wage

Aku pun mulai memejamkan mataku, menyatukan diri dengan alam. Ku rasakan deburan ombak laut dan desiran angin yang menerpa wajahku.

Saat aku mulai merasakan diri sudah menyatu dengan alam, ku buka mataku perlahan. Seketika ku lihat sebuah gerbang Istana di tengah Laut.

Terpopuler

Comments

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

wah lihat istana dong kek apa tuch

2023-10-17

0

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Lhooo katanya air itu bisa buat nutup mata batinnya y. Kok masih lihat gerbang ghaib

2023-10-17

0

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

maksa ya mbah wage ko jadi curiga ada apa apanya

2023-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!