12. Kebenaran yang Pahit

Sengaja ku pelankan langkah kakiku saat ku rasakan seseorang mengikuti ku.

Saat ku balikan badanku, tak ada siapapun dibelakang ku. Namun saat kembali ku langkahkan kakiku ku lihat siluet tubuh seorang pria kembali mengikuti ku.

Ku percepat langkah ku, dan pria itupun ikut mempercepat langkahnya. Saat melihat kerumunan orang banyak akupun mulai berteriak minta tolong.

"Tolong!!"

Tiba-tiba seseorang menarikku dan membungkam mulutku.

Segera ku sikut pria itu hingga ia merintih kesakitan dan melepaskan aku.

Seketika aku terkesiap saat melihat pria yang merintih kesakitan adalah Mas Bimo.

"Mas Bimo!" seruku tak percaya

"Sssttt!" Mas Bimo langsung menutup mulutku.

Tidak lama ia menerkam seorang pria.

"Kenapa kau membuntuti istriku?" serunya dengan wajah beringas

"Oh itu, aku hanya ingin menyampaikan pesan Nyai Imas,"

"Nyai Imas?" Mas Bimo mengerutkan keningnya saat mendengar nama Nyai Imas

"Dia istrinya Mbah Wage Mas," ucapku menjelaskan kepada Mas Bimo

Mas Bimo kemudian melepaskan lelaki itu, "Memangnya ada perlu apa dia sampai nyuruh orang untuk mengikuti istriku kaya penjahat!" cercanya

Lelaki itu kemudian mulai menyampaikan pesan dari Nyai Imas kepada kami.

Mas Bimo langsung melotot saat mendengar penuturan pria itu. Bagaimana tidak dari mulut istri Mbah Wage sendiri mengatakan jika ia memintaku untuk datang lagi ke kediamannya. Bukan karena Nyi Imas cemburu tapi karena ia tidak mau aku salah langkah dan menyesali perbuatan ku.

"Sebaiknya Teh Siti jangan datang lagi ke padepokan karena berbahaya, maaf saya tidak bisa menyampaikan detailnya karena hanya itu yang disampaikan Nyai Imas. Beliau kasian sama Teh Siti makanya dia tidak mau Teteh kenapa-kenapa," terang pria itu

Seketika Rahang Mas Bimo mengeras dan raut wajahnya berubah memerah. Tangannya mengepal dengan tatapan mata memerah penuh dendam.

Aku juga tak menyangka jika ternyata Aki Wage tega memanfaatkan kami.

"Aki, bagaimana kau tega melakukan semua ini kepada kami. Padahal aku sudah percaya sama Aki, bahkan aku menahan amarah saat ritual di Pelabuhan Ratu. Ternyata Siluman ular itu benar, selama ini kau hanya memanfaatkan kami dan ingin menjadikan istriku sebagai tumbal," ucap Mas Bimo dengan tangannya mengepal seperti hendak meninju seseorang

"Sabar Mas, Insya Allah dengan kita tahu kabar ini, akan menjadikan kita lebih hati-hati lagi," aku berusaha menurunkan emosi mas Bimo.

Namun karena kemarahannya sudah di ubun-ubun Mas Bimo tetap ingin mendatangi padepokan Ki Wage.

"Jangan Mas, jangan sampai kemarahan Mas justru mendatangkan masalah baru. Ingat Mas Ki Wage itu bukan orang biasa. Aku tak mau terjadi sesuatu pada Mas karena masalah ini. Sekarang lebih baik kita cari jalan keluarnya," aku terus membujuk Mas Bimo agar mengurungkan niatnya untuk membalas perbuatan Mbah Wage.

Akhirnya Mas Bimo pun luluh setelah cukup lama aku membujuknya.

Setelah hari itu Mas Bimo melarang ku untuk datang ke padepokan Mbah Wage.

"Kamu sudah dengar sendiri kan kalau selama ini Aki Wage hanya memanfaatkan kita. Jadi aku mohon jangan temui dia lagi apapun alasannya. Aku tahu selama ini kamu suka menemuinya diam-diam dibelakang ku meskipun aku sudah melarang mu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu sampai melakukan hal seperti itu. Mungkin salah satu penyebab kenapa kita sering cek cok akhir-akhir ini adalah dia. Bisa saja dia sudah mengirim pelet kepadamu sehingga kau tidak mau berhubungan denganku, wawllahu A'lam," ucap Mas Bimo

Seketika aku tertunduk menyadari kesalahan ku selama ini yang tidak pernah jujur kepada Mas Bimo tentang apa yang terjadi padaku.

Terus terang saja aku malu untuk mengatakannya, sehingga aku memilih merahasiakannya dari Mas Bimo. Aku tidak mau rumah tangga ku hancur karena Mas Bimo ill feel setelah aku menceritakan semua mimpi ku yang selalu berhubungan dengan Mbah Wage dan juga lelaki lain yang selalu datang dalam mimpiku. Saat ini aku hanya bisa berjanji pada diriku sendiri untuk menjauhi Ki Wage.

Seperti saran dari Nyai Imas Mas Bimo mulai mencari seseorang untuk mengobati ku.

Berbekal petunjuk dari Ustadz Danu, kami menemui seorang paranormal yang masih kerabatnya.

Dia adalah seorang ustadz yang sekaligus menjadi seorang paranormal. Saat kami datang ia hanya melihat apa yang kami alami menggunakan media air yang diletakkan di sebuah gelas.

"Apa si Eneng suka dia ajak ritual atau semacamnya?" tanya pria itu

"Iya Aki, bahkan terakhir itu kami masih melakukan ritual dua minggu sekali," jawab Mas Bimo

Lelaki itu tampak mengangguk sambil mengusap jenggotnya.

"Dia sedang mencarikan pasangan yang tepat untuk istri kamu. Kalau sudah ketemu makhluk yang cocok, istri kamu bisa di jadikan tumbal. Bukan hanya nyawanya yang terancam, tapi juga rumah tangga kalian terancam, usaha kalian bisa mati total dan bahkan istrimu bisa gila,"

*Deg!

Seketika raut wajah Mas Bimo langsung berubah pucat saat mendengar penuturan Paranormal itu.

Bukan hanya Mas Bimo yang marah namun aku juga sangat marah, bagaimanapun Aki Wage sudah keterlaluan sampai tega menjadikan aku sebagai tumbal hanya untuk kepentingannya sendiri. Ia bahkan masih bersikap bak malaikat meskipun sebenarnya ia adalah seorang Iblis jahat yang berusaha menjerumuskan aku ke lembah hitam.

"Terus apa yang harus aku lakukan Aki?" tanya Mas Bimo

"Untuk sementara ini jauhkan dia dari Si dukun itu. Jangan sampai istrimu bertemu lagi dengannya meskipun nantinya akan sulit, tapi kamu harus bisa konsisten untuk melarang istri kamu menemuinya jika kamu ingin dia selamat," jawab Sang Dukun

"Baik Aki, insya Allah saya akan melakukan semua yang Aki sarankan,"

Eyang Harno memberikan sebotol air putih sebagai obat yang dia bilang sebagai obat penangkal pelet.

Aku juga tidak percaya saat Ki Harno mengatakan kalau Aku sudah terkena pelet semar mesem dari Ki Wage. Mungkin ini alasannya kenapa aku selalu ingin bertemu dengannya apapun yang terjadi.

"Nanti jika istri kamu kesakitan kasihkan saja air ini," ucap Ki Harno

Malam itu setelah pulang dari kediaman Ki Harno, Mas Bimo mengajakku mendatangi padepokan Mbah Wage.

"Ngapain Mas Kita ke rumah Si Aki, bukankah sudah dibilang sama Ki Harno kalau neng harus dijauhkan dari Si Aki,"

Mas Bimo tak menjawab pertanyaan ku. Aku tahu jika ia sangatlah marah dengan Aki Wage dan mungkin ia akan membuat perhitungan dengannya setelah apa yang ia lakukan padaku.

Aku berusaha menahannya agar ia tak menemuinya karena aku takut semuanya akan semakin runyam jika ia menemui Aki Wage dalam kondisi marah seperti ini.

Yang aku takutkan bukan aku yang akan dijadikan tumbal, tapi aku takut Mbah Wage akan menyerang Mas Bimo juga.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

eneng eneng eneng

2023-12-02

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

umur di siti kan hampir 40 thor.masih aja di panggil eneng. harus nya emak emak dong thor

2023-12-02

0

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

siapa lagi ini eyang harno? oramg baik bukan?

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!