8. Di jadikan ATM berjalan

Karena mobil mogok, kami tak bisa melanjutkan perjalanan pulang.

"Gimana ini Aki, mobilnya gak jalan. Coba Aki pakai kekuatan Aki, kali aja ada kekuatan gaib yang membuat mobil ini tak mau bergerak," ucapku

Mbah Wage kemudian memejamkan matanya, ia tampak menggerakkan tangannya untuk menetralisir kekuatan gaib yang mengganggu perjalanan kami.

Saat aku tengah fokus menyaksikan bagaimana Si Aki berusaha melawan kekuatan gaib yang menghalangi perjalanan kami tiba-tiba ku lihat Siti tampak gelisah.

"Kamu kenapa Neng?" sapaku

*Grep!

Tiba-tiba Siti menarik kerah bajuku.

"Ada apa Neng?"

Ku lihat wajah Siti berubah pucat, tatapan matanya kosong.

"Pulangin, pulangin, saya mau pulang, saya mau pulang!" ucap Siti sambil mengguncang tubuhku

"Iya Neng sabar, ini mobilnya lagi mogok jadi tunggu sebentar ya," jawabku yang masih belum tahu kalau Siti sedang kesurupan

"Saya mau pulang, cepat pulangin atau aku akan membunuhnya!" seru Siti kemudian mendorong ku hingga terjungkal ke pasir

Seketika aku baru sadar kalau itu bukan Siti. Dia kesurupan.

*Bruugghh!!

Mbah Wage langsung menoleh kearah ku.

"Kunaon Sep?" tanya Aki

"Siti Aki, Siti!" seruku

"Kenapa Si Enengnya?"

"Siti kesurupan!"

Si Aki langsung berjalan menghampiri Siti. Ia memegang pundak Siti kemudian mengusap ubun-ubunnya.

"Si Eneng masih di laut Sep. Sepertinya dia mau kamu mengembalikan mustika itu," ucap Si Aki

"Aduh gimana sih Aki, tadi katanya itu mustika oleh-oleh dari siluman ular buat Siti. Sekarang Aki bilang aku harus mengembalikan mustika itu karena Siti masih di laut. Sebenarnya apa yang terjadi Aki, tolong jelaskan sama Bimo, biar aku gak berpikir negatif kepada Aki!"

"Aduh gimana ya Sep, itu Sukmanya si Eneng Siti ketuker sama pemilik batu mustika itu. Jadi mereka menahan Siti di laut. Nah Siti akan dibebaskan jika kita mengembalikan mustika itu ke laut Sep," jawab Mbah Wage

Ia kemudian memberikan batu mustika itu padaku. Ku ambil batu mustika itu dan segera ku berlari menuju ke tepi laut.

Ku lemparkan kuat-kuat batu mustika itu ke tengah laut.

"Nih aku kembalikan batunya ke Laut, jadi balikin juga istri aku Siti!" seruku saat melempar batu mustika itu.

Angin laut berhembus kencang seolah menampar wajahku. Deru ombak yang semakin kencang membuat ku buru-buru pergi meninggalkan pantai dan kembali ke mobil.

"Gimana kondisi Siti, apa sudah sadar?" tanyaku penasaran

"Sudah Sep,"

"Neng kamu gak papa?" tanyaku sambil menyeka keringatnya yang tampak bercucuran

Siti hanya mengangguk.

"Haus Mas,"

Ku berikan sebotol air mineral kepadanya, dan Siti pun menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Lapar Mas,"

"Yaudah nanti kita cari makan, sekarang tahan dulu ya,"

"Kayaknya aku mau udahan aja Aki, aku gak tahu ada di alam mana Aki, tapi aku udah capek, Neng mau udahan aja. Apalagi kata si Abah ini tuh salah, Neng takut kualat!"

"Yaudah Neng kita pulang," Jawab Mbah Wage

Pukul setengah tiga pagi mobil melaju menembus dinginnya malam. Meskipun rasa kantuk mulai menyerang ku namun ku paksakan tetap melaju tanpa beristirahat.

Aku sudah tak mau lagi berurusan dengan hal-hal mistis, terutama aku sudah gak mau berhubungan dengan Mbah Wage.

Entah kenapa setelah ritual hari itu aku tak mau lagi bertemu dengan Mbah Wage, rasanya masih gak terima saja saat mengetahui Siti akan di jadikan tumbal.

Aku harap ini adalah ritual terakhir dan aku tidak mau lagi berhubungan dengan hal-hal mistis lagi untuk mendapatkan keturunan. Biarlah ku pasrahkan sepenuhnya kepada Tuhan.

#Pov Bimo end

Ada yang berbeda dari Mas Bimo setelah ritual di Pelabuhan Ratu. Ia sekarang melarang ku untuk membantu Mbah Wage di padepokannya.

Bukan hanya itu saja, ia bahkan menyuruhku untuk kembali bekerja untuk mengisi kekosongan waktu.

"Bukan Mas mengharuskan Neng ikut mencari nafkah, Mas hanya mau Neng punya kegiatan agar bisa melupakan masalah indigo ataupun masalah kita yang belum punya keturunan. Seperti pesan Abah Neng kita jalani saja semuanya dengan ikhlas, insya Allah jika memang sudah waktunya kita pasti akan punya anak. Untuk indigo Eneng anggap aja itu sebagai kelebihan Eneng, jangan pernah insecure dengan kelebihan itu, karena bagaimanapun juga aku akan menerima Neng apa adanya, apapun kondisinya," ucap Mas Bimo

Aku pun menerima keputusan Mas Bimo untuk tidak datang ke Padepokan Mbah Wage lagi meskipun Si Aki sering menelpon ku dan memintaku untuk datang.

"Maaf ya Aki, tapi Eneng sekarang gak bisa bantu Aki lagi. Apalagi sekarang Neng udah kerja lagi," jawabku suatu hari saat Mbah Wage meminta ku untuk datang ke padepokan.

Setelah kejadian hari itu Mbah Wage berhenti memintaku untuk datang. Tapi sekarang giliran Mas Bimo yang jadi aneh.

Dia tiba-tiba jadi posesif dan suka marah-marah gak jelas sehingga kami jadi sering bertengkar hanya karena masalah sepele.

Tiada hari tanpa bertengkar itulah kondisi rumah tanggaku sekarang. Tak ada lagi ketenangan yang ada hanya keributan setiap hari. Tentu saja hal ini membuat aku lama-lama jengah dengan kondisi ini. Memang Mas Bimo seperti itu bukan tanpa alasan.

Gimana dia gak kesal coba kalau aku selalu nolak jika di ajak berhubungan badan. Belum lagi semenjak Mbah Wage tidak pernah menelpon ku lagi bawaannya tuh aku selalu pengin ketemu sama dia.

Seperti orang yang sedang jatuh cinta, setiap hari aku harus ketemu sama dia. Minimal melihat wajahnya saja aku sudah seneng. Apalagi saat dia menyapaku rasanya bahagia banget.

Oleh karena itu setiap hari aku bela-belain untuk ketemu sama dia meskipun diam-diam. Karena jika Mas Bimo tahu pasti kami langsung cek-cok.

"Sudah Mas Bilang Neng, jangan ketemu sama Aki lagi Neng. Neng mau kalau di jadikan tumbal sama si Aki!" serunya suatu ketika saat memergoki ku tengah menyapa Mbah Wage.

"Iya Mas maaf, kan tadi ketemunya gak sengaja. Neng janji gak bakal ketemu sama Aki lagi," jawabku mencoba meredam amarah Mas Bimo.

Meskipun aku sudah berjanji kepada Mas Bimo untuk tidak bertemu lagi dengan Mbah Wage tetap saja aku masih suka datang ke rumahnya diam-diam.

Seperti tahu jika aku mulai tergila-gila padanya, Mbah Wage selalu menyapaku saat aku melintas di depan rumahnya. Tentu saja aku semakin meleleh saat mendengar lelaki itu menyapaku.

Meski cuma menanyakan kabar saja atau sekedar bertanya keadaan ku selalu mampu membuat hatiku luluh. Apapun yang ia minta pasti aku berikan.

Sepertinya sekarang bukan hanya badan saja yang dinikahi oleh Mbah Wage tapi aku juga sudah di jadikan ATM berjalan olehnya.

Karena setiap kali aku menerima gaji selalu uangnya aku berikan kepadanya.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

wah ternyata si eneng bodoh jg

2023-12-02

0

Kustri

Kustri

wkwkkkk.... dipelet mbah wage dijadiin atm, rasain g nurut ama abah sih

2023-11-08

0

Dewi

Dewi

Sudh mnyadari tpi aneh nya malah ngalir gk brobat yg lain yg bner kan tau klo bimo suami nya kn jlas slah klo suka sm org lain apa lgi aki2

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!