Ku lihat Mas Bimo berlari menghampiriku. Ia duduk di sampingku dan mengusap lembut wajahku.
"Neng, kenapa gak pernah bilang sama Mas kalau kamu ini Indigo?"
Seketika aku terkejut mendengarnya.
"Mas tahu darimana?" tanyaku penasaran
"Dari emak,"
"Terus Mas gimana ill feel ya sama aku?" jawabku merasa takut.
Meskipun pernikahan kami sudah berjalan cukup lama, namun tetap saja aku khawatir kalau Mas Bimo akan merasa kecewa dan menceraikan aku jika tahu ternyata istrinya adalah seorang Indigo.
"Tentu saja tidak, aku justru senang kalau kamu memang seorang Indigo,"
"Alhamdulillah, ku kira kamu bakal Ill Feel Mas,"
"Justru aku dari dulu tuh pengin bisa lihat makhluk gaib kaya kamu supaya aku bisa mengobati orang," jawab Mas Bimo
Kami pun berbincang cukup lama, ternyata aku baru tahu kalau Mas Bimo ternyata begitu senang saat tahu aku seorang Indigo.
"Kamu udah pernah lihat apa aja Neng?"
"Semuanya aku udah lihat Mas,"
"Wah keren Neng, coba aku bisa kaya Neng pasti aku seneng banget," ucap Mas Bimo yang begitu antusias saat mendengar ceritaku
"Emangnya Mas mau jadi Indigo?" tanyaku penasaran
"Iya Neng, sebenarnya ayah Mas Bimo itu pergi meninggalkan Ibu karena kena pelet salah satu karyawannya. Aku berpikir jika aku menjadi seorang Indigo maka aku bisa menolong ayahku, tapi apa daya aku cuma seorang biasa," sesal Mas Bimo
Karena Mas Bimo sudah mengetahui keadaan ku yang sebenarnya maka akupun memberanikan diri untuk memberitahunya tentang keguguran yang baru aku alami. Aku menceritakan jika selama ini yang menjadi penyebab keguguran ku adalah para hantu yang tidak suka melihat ku hamil.
"Itulah sebabnya dari dulu aku sangat ingin menutup mata batin ku agar aku bisa hidup normal seperti orang lain,"
"Kalau begitu kapan-kapan Mas ajak ketemuan sama teman Mas ya,"
"Gak mau ah,"
"Kenapa Neng?"
"Pokoknya gak mau aja Mas, udahlah aku mau tidur,"
Entah kenapa setiap kali Mas Bimo ingin mengajakku bertemu dengan temannya yang seorang paranormal aku tidak pernah mau.
Rasanya malas saja bahkan pernah karena tak enak dengan Mas Bimo yang sampai meliburkan diri demi mempertemukan aku dengan temannya, tiba-tiba saja kakiku kram dan aku tak bisa berjalan.
"Katanya mau menutup mata batinnya, nah kalau kamu selalu nolak saat diajak ketemu sama orang pinter terus kapan dong ke tutupnya!" seru Mas Bimo seolah putus asa
Setelah kejadian hari itu, Mas Bimo jadi sering pulang malam. Kalau aku tanya darimana ia selalu jawab dia sedang berusaha berguru agar bisa mengobati ku.
Awalnya aku bangga dengan Mas Bimo, yang begitu peduli dan care terhadap ku hingga mau melakukan apapun demi kesembuhan ku. Akupun mengijinkan dia untuk berguru kepada seorang guru yang katanya seorang dukun sakti. Toh selama ia tak menyimpan dari ajaran agama dan tidak mengganggu pekerjaannya aku gak masalah. Apalagi niat Mas Bimo berguru itu adalah tulus untuk membantu mengobati orang.
Hingga pada suatu hari Mas Bimo pergi menemui seorang guru di daerah Pangandaran. Karena begitu sulitnya untuk bertemu dengan lelaki itu maka ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya kepada Mbah Wage.
#Pov Bimo
"Mbah aku mau nanya apa kalau Indigo itu masih bisa ditutup mata batinnya?"
"Bisa tapi memang sulit, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukannya. Memangnya siapa yang Indigo?" tanya Mbah Wage
"Istri saya Mbah,"
"Oh istri kamu, siapa namanya?" tanya Mbah Wage lagi
"Siti Sarah mbah,"
"Bisa ditulis siapa nama bapaknya, wetonnya juga jangan lupa,"
"Inggih Mbah,"
Tanpa pikir panjang aku langsung menulis nama Ayah dan Weton lahir Siti.
Dan ajaibnya, keesokan harinya tanpa di sangka-sangka Siti yang biasanya selalu menolak saat ku ajak bertemu dengan Mbah Wage tiba, tiba-tiba Ia langsung meminta untuk bertemu dengan Mbah Wage.
#Pov Bimo end
Siang itu, aku dan Mas Bimo mendatangi sebuah padepokan di daerah Pangandaran.
Suasana Padepokan sangat ramai dipenuhi oleh orang-orang yang datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia untuk mengobati penyakitnya.
Sebagai seorang Indigo harusnya saat memasuki rumah tua itu aku bisa melihat semua makhluk gaib yang ada di sana.
Tapi entah kenapa aku hanya bisa melihat makhluk halus yang ada dalam tubuh pasien saja. Dan aku sama sekali tak bisa melihat peliharaan Mbah Wage ataupun makhluk gaib lain yang menghuni padepokan tersebut.
Hanya bayangan hitam yang ku lihat setiap menatap Mbah Wage dan para rewang yang membantunya.
Mbah Wage tampak ramah menyambut kedatangan ku hari itu. Ia bahkan memintaku untuk membantunya mendeteksi apa penyakit yang diderita oleh beberapa pasien yang datang ke tempat itu.
"Coba Neng Siti lihat apa yang terjadi dengan pasien itu?" tanya Mbah Wage kala itu
Kulihat seorang wanita yang terlihat kesakitan sambil memegangi perutnya. Hanya dengan melihatnya saja aku sudah tahu kalau wanita itu di guna-guna oleh seseorang.
"Dia di guna-guna oleh seseorang dengan mengirimkan sesosok makhluk gaib yang bertugas mencabik-cabik perutnya," jawabku
"Ternyata kamu memang benar-benar Indigo Neng, yaudah kalau gitu gak usah ditutup mata batinnya atuh. Gimana kalau kamu bantu embah untuk mengobati pasien di sini. Daripada kelebihan yang kamu miliki gak dimanfaatkan bukankah lebih baik di pakai untuk menolong orang?" bujuk Mbah Wage
Apa yang dikatakan Mbah Wage memang ada benarnya juga, mungkin dengan membantu mengobati orang sakit akan membuat ku dipermudah untuk mendapatkan keturunan.
Karena Mas Bimo juga tidak keberatan maka aku pun menerima tawaran Mbah Wage. Cukup lama juga aku membantunya mengobati pasien di sana hingga suatu hari Mas Bimo mengatakan kepada Mbah Bimo mengenai saya yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan karena sering di ganggu oleh para lelembut.
"Oh begitu rupanya, yaudah kalau begitu Insya Allah Mbah akan bantu kalian supaya bisa segera punya momongan," jawab Mbah Wage membuat aku dan Mas Bimo begitu senang.
Tentu saja aku dan Mas Bimo sangat percaya dengan Mbah Wage. Meskipun dia seorang dukun namun berbeda dengan dukun lainnya, dimana Mbah Wage selalu menggunakan cara-cara islami dalam mengobati pasiennya. Selain itu lebel Haji yang di sandangnya membuat aku tak berani meragukan niat baiknya saat ia mengajakku dan Mas Bimo ke sebuah desa di daerah pelabuhan ratu Sukabumi.
Karena kami tiba di sana sudah malam maka kami memutuskan untuk menginap disebuah penginapan.
Entah kenapa saat memasuki penginapan aku merasakan hawa panas di villa itu. Entah hanya aku yang merasakan betapa panasnya ruangan itu hingga aku berkali-kali memintanya karyawan penginapan untuk menaikan suhu AC. Namun tetap saja meskipun suhu AC sudah diubah ke angka 15 tetap saja aku masih kepanasan.
"Yaudah kalau Neng panas mending nunggu di kamar saja, kali aja AC dikamar lebih dingin!" seru Mbah Wage
Lalu akupun mengajak Mas Bimo untuk masuk ke kamar kami. Tumben banget hari Itu Mas Bimo yang biasa selalu betah melek tiba-tiba lebih cepat tidur bahkan mendahului ku yang tak bisa tidur karena kepanasan.
Pukul sebelas mala aku baru bisa terlelap. Namun baru saja aku memahamkan mataku tiba-tiba ku dengar suara derap langkah kaki menuruni tangga.
*Tak, tak, tak!
Semakin lama suara itu semakin terdengar jelas dan aku yakin langkah kaki itu menuju ke kamarku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Ada yg g beres ini sama Siti. Apalgi sama mbah Wage. pasti ada maksut tertentu
2023-10-16
0
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
wah ada apaan tuch kira"
2023-10-16
0
𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ
kaya nya ada sesuatu nih
2023-10-02
0