15. Berikhtiar ( REVISI )

#Harap membaca bab sebelumnya dulu ya sebelum membaca bab ini karena bab sebelumnya sudah di revisi$

Aku merasa bersalah pasca kematian Ustadz Danu dan ketiga sahabatnya yang meninggal setelah mengobati ku.

Bahkan aku sampai mengajak Mas Bimo untuk meminta maaf kepada Istri para ustadz yang meninggal tersebut.

Namun Istri Ustadz Danu begitu Legawa menerima kematian suaminya dan tidak dendam sama sekali kepada keluarga kami.

"Tidak usah merasa bersalah teh, kematian itu adalah takdir Allah. Suami saya meninggal memang karena sudah saatnya dia meninggal, bukan karena mengobati Teh Siti. Meskipun ia meninggal tak wajar dan ada yang bilang suamiku meninggal karena di serang oleh Jin Kafir yang bersemayam dalam tubuh Teh Siti tetap saja saya sudah mengikhlaskan kematiannya. Justru jika itu benar adanya saya bersyukur karena suami saya meninggal dalam keadaan syahid," ucap Istri Ustadz Danu begitu legawa

Tetap saja meskipun ia tidak menyalahkan kami atas kematian suaminya aku dan Mas Bimo tetap tak enak hati.

Begitupun dengan ketiga istri ustadz lainnya yang hampir sama dengan istri ustadz Danu mereka semua tidak marah apalagi dendam kepada ku. Justru mereka menganjurkan aku untuk mencari ustadz lain yang lebih tinggi ilmu tauhidnya agar bisa mengalahkan jin yang menguasai tubuhku.

Hari itu aku kedatangan seorang kerabat Mas Bimo dari daerah Jawa. Ia datang mengunjungi kami setelah mengetahui diriku yang di guna-guna oleh seorang dukun.

Ia menyarankan kepada ku untuk mendatangi seorang paranormal sakti di daerah Bandung.

"Namanya juga ikhtiar Bim, kali aja Siti berjodoh dengan Ki Bayu. Sudah banyak sih pasien yang sembuh, salah satunya ya ibu aku yang sepuluh tahun di buat seperti sakit struk eh ternyata dia di guna-guna,"

"Iya Mas nanti saya coba,"

"Kalau datang ke sana jangan hari libur Bim, rame. Mendingan kamu datang hari biasa saja kalau bisa ya di haro wetonnya Siti. Katanya itu malah lebih manjur," tukas Mas Arham sepupu Bimo

"Kalau weton siti ya hari ini,"

"Ya sudah kalau gitu sekarang saja kita jalan ke sana, toh kalian libur kan?" ajak Mas Arham

Mas Bimo kemudian menanyakan pendapat ku, "Gimana Neng?"

"Ya sudah ayo, tidak ada salahnya juga mencoba, lagian Eneng juga pengin cepat lepas dari Ki Wage. Neng udah gak kuat Mas, sakit!" jawabku

Siang itu juga kami bersiap pergi ke Bandung.

Saat hendak pergi tiba-tiba saja mobil kami mogok, padahal sebelumnya mobil itu biasa saja. Gak ada yang rusak, tapi tiba-tiba saja mobil mogok dan tak bisa hidup saat kami hendak menggunakannya untuk berobat.

"Hadeeh ada-ada saja, tadi gak papa kok, kenapa tiba-tiba mogok!" gerutu Mas Bimo

Ia dan Mas Arham bahkan mengecek kondisi mesin mobil dan semuanya baik-baik saja.

Karena mobil mogok kami terpaksa menyewa mobil di sebuah rental.

Pukul sebelas siang kami berangkat menuju ke Bandung. Awalnya semua berjalan lancar, namun di tengah perjalanan tiba-tiba aku merasakan tubuhku terasa berat hingga aku tak sadarkan diri.

#POV BIMO

Dalam perjalanan menuju ke Bandung tiba-tiba Neng Siti kesurupan. Tentu saja hal itu membuat aku dan Mas Arham panik. Apalagi kami berdua hanya orang biasa yang tak bisa mengobati orang kesurupan.

Karena takut terjadi sesuatu Mas Arham menghentikan mobil di rest area untuk mencari pertolongan.

Sementara Mas Arham mencari bala bantuan, aku berusaha menjegal Siti yang terus meronta hendak kabur.

"Ya ampun Neng eling, istighfar Neng istighfar," aku berusaha membisikkan ayat kursi ke telinga istriku berharap dia segera sadar

Meskipun aku tahu aku bukan seorang muslim yang taat, namun hari itu aku benar-benar pasrah dan meminta pertolongan kepada Allah SWT untuk menyadarkan istriku.

Aku bahkan sampai menangis dan memeluk Siti erat saat membacakan ayat kursi ke telinganya.

"Neng sayang ke Mas kan, kalau Neng sayang ke Mas cepat Neng kembali, lawan makhluk itu dan jangan biarkan dia menguasai tubuh kamu," bisik ku mengusap lembut kepalanya

Kembali ku bacakan ayat kursi saat Siti mulai meronta-ronta dan mencakar-cakar tubuhku.

"Assalamualaikum,"

Tiba-tiba Siti langsung tenang saat mendengar suara seorang pria menyapa kami.

"Waalaikum salam," jawabku

"Ini Pak, ipar ku yang kesurupan," ucap Mas Arham

Lelaki itu tersenyum dan mengusap kepala Siti.

"Sadar atuh Nyai, ingat ka suami Nyai. Kasian kan dia jadi begini gara-gara Nyai. Sok lawan atuh Nyai, ulah cicing wae. Sok nyarios ka abah, Isnya Allah Abah pasti ngabantosan ( Sadar dong Neng, ingat suami. Kasian kan dia jadi begini gara-gara kamu. Ayo dilawan Neng, jangan diam saja. Silakan ngomong ke abah, insya allah abah bantu),"

Tiba-tiba Siti langsung menangis tersedu-sedu mendengar ucapan lelaki itu.

"Maafin Nyai Abah," ucap Siti kemudian menelungkupkan kedua tangannya di dada.

"Bukan ke abah minta maafnya tapi ke Gusti Allah. Ya sudah kalau Nyai sudah sadar Abah pulang dulu, tetap ikhtiar semoga Gusti Allah menunjukkan jalan supaya Nyai bisa segera lepas dari jerat dukun yang membuat Nyai begini,"

Siti mengangguk dan mencium punggung tangan lelaki itu sebelum ia pergi.

Entah kenapa kami seperti tersihir bahkan tak menyadari kepergian lelaki itu.

"Kemana si bapaknya?" tanya ku bingung

Bukan hanya aku yang kebingungan tapi Mas Arham juga. Padahal kami berdua melihat dengan jelas lelaki itu berbincang dengan Siti namun kami tak bisa melihatnya saat ia pergi.

Benar-benar aneh, padahal aku hanya ingin berterima kasih kepadanya namun ia menghilang secara misterius.

"Tapi Bim, si bapak itu kalau gak salah jualan di samping masjid dan kiosnya ada di sana. Kalau kamu mau berterima kasih ayo aku antar ke sana,"

Kami bertiga kemudian mendatangi sebuah masjid yang ada di rest area. Namun anehnya di sebelah masjid tidak ada kios. Di sana hanya ada taman dan tempat beristirahat.

"Sumpah demi Allah tadi itu ada kios di sini, dan aku bertemu si bapak itu di sini. Dia yang melihat aku kebingungan langsung menyapaku dan menawarkan diri untuk menolong Siti setelah aku cerita kalau Siti kesurupan," tutur Arham

"Tapi tokonya tidak ada, jangan-jangan yang kamu temui itu bukan manusia Mas,"

"Masa iya," jawab Mas Arham tampak ketakutan

"Dia memang bukan manusia seperti kita, dia itu Abah Siti. Dia datang untuk menyadarkan Siti," jawab istriku

"Alhamdulillah kalau gitu,"

"Sekarang lebih baik kita kembali melanjutkan perjalanan karena abah bilang aku harus terus berikhtiar untuk melepaskan diri dari Mbah Wage," jawab Siti

Kamipun segera kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju Padalarang.

Pukul dua siang kami tiba di sebuah rumah tua yang dipenuhi dengan pasien yang datang jauh-jauh ke tempat itu untuk berobat.

Meskipun harus mengantre cukup lama Siti tak keberatan. Pukul lima sore kami dipersilahkan untuk menemui Ki Bayu.

Raut wajah Ki Bayu seketika berubah dingin saat melihat kedatangan kami.

"Duh maaf Neng, sepertinya Aki gak bisa menyembuhkan Neng. Jadi Neng cari orang lain saja yang bisa menyembuhkan Neng,"

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

kenapa ki bayu gk mau? jangan2 dia saudara seperguruan ki wage

2023-10-17

0

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

aahhhh dukun lagi

2023-10-17

0

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Ya Allah ... belum juga minta tolong dah di tolak mentah" z kamu, Ti

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!