Pasangan Bencana
Di Han'An…
Di tengah kota Mei'Er yang indah…
Matahari yang pucat menembus awan berwarna jingga-kelabu menyinari bercak-bercak warna yang lebih cerah pada kedai-kedai jalanan.
Di mana-mana terdapat kedai jalanan, kios-kios yang menjual obat, perona pipi, gundukan-gundukan buah segar dan kismis, gerobak-gerobak keledai yang sarat dengan berbagai barang. Tumpukan jian bing, buah pomelo, kumquats, loquats, wampee, kabosu dan aneka manisan.
"Besar!"
"Kecil!"
Hardikan-hardikan kasar itu berasal dari sekumpulan pria yang sedang bermain dadu di lapak judi.
"Arrrrrgh!"
Terdengar erangan kesal.
Seorang remaja belasan tahun menggebrak meja dadu itu. Suaranya sedikit terlalu tinggi untuk ukuran laki-laki. Tapi semua orang langsung menciut mendengar hardikannya.
"Ah—ha ha ha!" Seorang remaja lainnya tertawa gelisah di samping remaja tadi. "Sudahlah Tuan Put—"
BEG!
Remaja pertama menginjak punggung kaki remaja kedua. Dan seketika remaja yang kedua langsung gelagapan. "Tu—tu—tuan Muda jangan marah," lanjutnya terbata-bata. Lalu ia merunduk mencondongkan tubuhnya ke arah remaja yang pertama dan berbisik di telinganya, "Hamba akan pulang sebentar untuk mengambil beberapa keping emas lagi!"
"Tidak perlu!" dengus remaja yang pertama. "Aku bisa cari sendiri!" katanya sembari berbalik dan bergegas entah ke mana.
Remaja yang kedua, serentak mengekor di belakangnya dengan tergopoh-gopoh.
Di sana-sini orang-orang bergerak cepat, sibuk, melintas di lorong-lorong, seperti kawanan semut yang mematuhi perintah dan mengikuti aliran yang sudah ditetapkan, tanpa peduli dengan rintangan.
Barisan pria berjalan berduyun-duyun membentuk jalur sendiri, atau mendorong gerobak di sisi jalan.
Para wanita melintas menyeberang jalan, seperti berkas kabur berwarna-warni, terlihat seperti hantu. Kelebat bayangan mereka menyatu dengan udara kemudian lenyap di belakang kereta-kereta kuda.
Sepasang kaki dengan sepatu armor bergerak melewati lapak-lapak pedagang kaki lima di antara puluhan kaki semua orang yang berseliweran di pusat perbelanjaan.
Tatapan para wanita sekarang terpaku pada wajah lancip putih porselen dengan mata rubah berwarna gelap dibingkai alis tegas yang sangat serasi dengan hidung mancungnya yang mendongak angkuh di atas sepasang bibir tipis berwarna merah. Bentuk dagunya yang bulat sangat serasi dengan wajah lancipnya.
Mata rubahnya memberikan tampilan mata pengembara padang belantara yang biasa digunakan untuk meneropong jauh ke medan gelap. Rahangnya yang tinggi menegaskan wajah kokoh yang pantang menyerah.
Pemilik wajah lancip rupawan itu mengenakan mantel armor selutut berwarna hitam khas bangsawan Barat. Rambutnya yang hitam mengkilat selurus penggaris tergerai sebagian di bahunya yang lebar dan melecut lembut di pinggang rampingnya, sebagian rambut itu diikat kencang di puncak kepalanya dalam gaya hun, dihiasi mahkota rambut berbahan emas dua puluh empat karat, menjadikan sosok itu terlihat seperti muncul dari mimpi sebagai khayalan setiap gadis.
Dengan hening, para wanita itu membuka jalan untuk membiarkan pemilik wajah lancip rupawan itu lewat sembari mengaguminya.
Pemilik wajah lancip rupawan itu bernama Zhu Tian Yu.
Menyadari dirinya jadi pusat perhatian, Zhu Tian Yu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sebelah alisnya terangkat tinggi.
Merasa sedikit jengkel!
Tapi lalu…
BRUK!
Seseorang menubruknya dari belakang.
Dan seketika wajah jeleknya langsung keluar.
Ia mengetatkan rahangnya dan memutar tubuhnya ke belakang, melontarkan tatapan tajam, "Kau tak punya mata?" geramnya seraya menggertakkan gigi.
Seorang bocah setinggi dadanya, berkacak pinggang memelototinya tak kalah geram. "Kau yang menghalangi jalan!"
Bocah tengik dari mana berani menantangku? pikir Tianyu tak senang hati. "Jalan ini cukup lebar untuk dilalui beberapa orang, bagaimana bisa kau bilang aku yang menghalangi jalan?" hardiknya tak sabar.
"Jalan ini memang cukup lebar untuk dilalui beberapa orang," tukas bocah itu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan hidung mendongak. "Tapi aku sedang berjalan di belakangmu. Kenapa kau berhenti tiba-tiba?"
"Memangnya aku tahu kau ada di belakangku?" sanggah Tianyu.
"Sekarang kau sudah tahu!" sergah bocah itu tak mau kalah. "Minggir dari jalanku!"
"Kau—" Tianyu menudingkan telunjuknya ke wajah bocah itu, tapi dengan cepat bocah itu menepis tangannya sambil mencebik dan memalingkan wajah. Lalu bergegas melewatinya.
Orang-orang langsung menyingkir saat bocah itu melintas, beberapa berpaling saat dia mengerling.
Tianyu melirik sekilas melalui sudut matanya. Apa yang mereka takuti dari bocah tengik berbaju kumal? batinnya tak habis pikir.
Bocah itu memakai hanfu kusut berwarna kumal. Rambutnya disanggul kencang di puncak kepala dengan kain tak kalah kumal.
Gaya berjalannya lebih arogan dari Tianyu. Namun secara keseluruhan, entah itu wajah maupun postur tubuhnya, terlihat seperti perempuan.
Dan…
Begitulah nyatanya!
Bocah tengik itu memang perempuan..
Namanya Han Lu Xi.
Dialah remaja belasan tahun yang tadi kalah main dadu.
Gadis manja sulit diatur yang suka berbuat onar, di samping suka berlagak gila.
Tidak seorang pun berani berurusan dengan Han Lu Xi.
Bukan karena dia ditakuti. Tapi karena dia putri kaisar.
Semua orang mengetahui jati dirinya, bahkan ketika dia menyamar sebagai pria. Wajah cantiknya takkan tertukar bagaimana pun ia menyamar. Sayangnya cacat karakter di samping cacat otak juga.
Setiap orang harus berpura-pura bahwa mereka tidak tahu kalau dia sedang menyamar.
Pengawal bayangannya selalu mengikutinya dengan diam-diam.
Dan kakaknya, Pangeran Kedua, selalu membayar ganti rugi di belakangnya.
Apa pun yang dilakukannya, orang-orang hanya perlu berpura-pura takut atau tak tahu. Ganti rugi, urusan belakangan. Para pelayan setianya akan mencatat setiap kerugian, dan Pangeran Kedua akan melunasinya.
Yang terpenting adalah, "Asal Putri senang!"
Bisa dikatakan terlalu dimanjakan!
Dan…
Sesuai dengan judulnya, "Pasangan Bencana" tidak dirancang untuk cerita manis.
Pertemuan pertama mereka tidak seindah cerita cinta lainnya!
Di tengah adegan penting yang seharusnya menjadi kesan pertama yang sangat menggoda, aroma sedap yang berasal dari sebuah kedai ramen paling terkenal di kota itu nyatanya lebih menggoda, membuat perut Tianyu bergemuruh.
Pada saat itulah Tianyu menyadari sesuatu telah lenyap dari ikat pinggangnya. "Kantong uangku!" pekiknya sambil meraba ikat pinggangnya. Bocah tengik itu! ia menyadari. "Bocah tengik itu mengambil kantong uangku!" raungnya sambil melesat ke arah Lu Xi.
"A… a---a---ah, haha!" Seorang pemuda menyergap bahu Tianyu dan menahannya sembari cengengesan.
Tianyu spontan memicingkan mata, melontarkan tatapan tajam ke arah pemuda itu. Lalu mengerling melalui bahu pemuda itu.
Lu Xi berbelok di ujung gang sambil menoleh pada Tianyu dengan sikap mengejek, menjulurkan lidahnya dan membelalakkan sebelah matanya dengan telunjuk.
"Bocah tengik!" hardik Tianyu semakin murka.
Pemuda tadi menahannya lagi, "Katakan saja berapa banyak uang yang harus diganti!" bisiknya.
Tianyu menggertakkan giginya, "Lepaskan!" geramnya seraya mengedikkan bahunya dan melepaskan diri. Kemudian melesat ke ujung gang dan mempercepat larinya.
Gadis itu sudah menghilang.
"PENULIS KEPARAT!" umpat Tianyu pada penulis. "Tidak penulisnya, tidak tokohnya. Tidak ada bagus-bagusnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
KOwKen
baru prolog aja ud menggebu
2023-10-05
0
SUKARDI HULU
jangan lupa mampir kk y❣️🫰🙏
2023-09-27
0
Suezie Anggel
horeeee❤️🥰
2023-09-24
0