Pria itu menarik duduk tubuhnya sembari mengerang dan mengusap-usap pinggangnya, kemudian mendorong Lu Xi turun.
Keduanya lalu melengak bersamaan, merasakan sesuatu yang hangat, basah dan asin mengalir di bibir mereka masing-masing.
Kemudian keduanya menyeka bibir mereka dengan buku jarinya. Bibir keduanya sama-sama berdarah.
Lu Xi ingat bibirnya tergigit sendiri ketika mulutnya terantuk di mulut Tianyu.
Tapi Tianyu tak ingat bibirnya pernah tergigit.
Lalu secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, keduanya saling menatap dengan alis bertautan.
"Kenapa kau lagi?" pekik Han Lu Xi.
"Apa yang kau lakukan di sini?" pekik Tianyu nyaris bersamaan.
Lalu keduanya sama-sama melotot.
"Kenapa kau ada di mana-mana?" gerutu Lu Xi sambil menarik bangkit tubuhnya dan berkacak pinggang.
Tianyu beranjak perlahan seraya menghela napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Lalu berbalik dan bergegas menjauh dari Han Lu Xi.
"Hei—" Lu Xi merenggut lengan baju Tianyu dan menahannya.
Tianyu mengerang bosan seraya memutar-mutar bola matanya dengan raut wajah sebal.
Ini bukan pertama kalinya Tianyu menghadapi kebiasaan buruk Lu Xi. Dan ia tahu persis kebiasaanya merenggut lengan baju atau kerah seseorang seperti menantang ribut.
Itulah sebabnya kenapa Tianyu selalu menghindar setiap kali akan berpapasan dengan gadis itu.
"Kebiasaan burukmu benar-benar tak tertolong," gumam Tianyu sembari mencengkeram jemari Lu Xi dan menyentakkannya hingga terlepas. Lalu buru-buru pergi.
"Wajah Kaku!" teriak Lu Xi sembari terus mengekor di belakang Tianyu.
Tianyu mendesah kasar dan berbalik sekaligus. "Berhenti!" hardiknya.
Lu Xi mengerjap dan terperangah.
"Aku sedang sibuk," jelas Tianyu dalam bujukan tegas yang membuat Lu Xi langsung terdiam. "Jangan mengikutiku lagi!" Ia menandaskan. Lalu berpaling dan berlalu.
Lu Xi tidak mengikutinya lagi. Tapi Tianyu bisa merasakan tatapan gadis itu membakar punggungnya.
Tianyu berjalan menjauh dari kediamannya untuk menghindari keingintahuan Lu Xi yang tiada batas.
Dari gelagat Lu Xi, Tianyu bisa menebak gadis itu belum mengetahui bahwa dia adalah Pangeran Keempat.
Lebih baik dia tetap tak tahu apa-apa soal Pangeran Keempat sampai upacara pernikahan selesai! pikir Tianyu. Lalu memerintahkan pengawal kembarnya untuk mengawasi Lu Xi.
"Jangan sampai dia tahu akulah Pangeran Keempat," katanya.
"Baik!" Kedua pengawalnya serentak membungkuk dengan hormat tentara. Menyilangkan sebelah tangannya di depan dada dengan jemari terkepal menyentuh bahu.
Setelah kedua pengawal itu melaporkan bahwa Lu Xi sudah tidak berkeliaran di sekitar kediamannya, Tianyu baru menyelinap ke kediamannya.
Sungguh ironis! gerutunya dalam hati. Aku bahkan harus menyelinap diam-diam ke kediamanku sendiri!
Begitu ia sampai di ruang bacanya, kakaknya, Pangeran Ketiga sudah menunggu lama di depan meja teh. Duduk bersila dengan pembawaan tenang seorang cendekiawan.
Pangeran Ketiga memiliki tubuh tinggi dan tegap. Lebih kekar dari Qiao Wu. Tapi wajahnya terkesan lembut dan cantik. Raut wajahnya terlihat datar, namun sorot matanya seakan terus tersenyum. Ia hampir tak pernah mengenakan warna lain kecuali putih.
Namanya Zhu Li Qian.
Untuk membahas polemik yang bergejolak di masyarakat, Li Qian adalah orang yang tepat untuk diajak bicara.
"Pengantin pria yang pernikahannya akan segera tiba, tidak melekat dengan pengantin wanita?" tanya Li Qian bernada teduh. "Kenapa malah memanggilku ke sini dan membuatku menunggu sampai berjamur?"
Tianyu mendesah panjang sebelum mengutarakan keluh-kesahnya.
Sementara itu di pekarangan Wisma Tamu, Lu Xi berpapasan dengan Putri Ketujuh ketika ia baru kembali dari kediaman Tianyu.
Lu Xi melihat itu sebagai peluang.
Tanpa pikir panjang, ia pun mengundang Putri Ketujuh ke paviliunnya di wisma tamu, menjamu gadis itu untuk kemudian mengorek banyak informasi mengenai Pangeran Keempat. Terutama apa yang dibencinya.
Putri Ketujuh berusia delapan belas tahun dan masih polos. Gaya bicaranya seperti anak kecil. Namanya Zhu Xi Xia.
"Kakak Keempatku paling keren," cerita Xi Xia dengan gaya bertutur kekanak-kanakannya yang khas. "Terkenal bermulut pedas. Hampir semua wanita tak disukainya. Terutama wanita agresif, tipe kemayu, tipe penggoda elegan yang penuh tipu daya. Lebih benci lagi wanita yang suka drama. Sejenis rubah yang pura-pura teraniaya. Atau kucing kecil yang penurut di depan tapi mencuri di belakang."
Lu Xi dan pelayannya bertukar pandang dengan tercengang.
Dari mana gadis kecil ini belajar semua istilah keji semacam ini? pikir Lu Xi terkejut.
"Aksi unjuk rasa hampir selalu berakhir kisruh," Tianyu mendesah berat di akhir keluh-kesahnya.
"Untuk dapat menenangkan situasi, terlebih dulu harus menenangkan diri sendiri!" Li Qian menasihati. "Seperti kata pepatah, utamakan berkeluarga, pekerjaan belakangan."
"Kenapa ujung-ujungnya selalu mengungkit pernikahanku yang belum terjadi?" sembur Tianyu tak senang hati.
Li Qian tersenyum samar. "Kenapa semakin kemari perangaimu semakin mirip Jiao?" godanya tetap setenang batu karang.
"Siapa yang membicarakanku?" Orang yang dibicarakan tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu, berdiri miring menyandarkan sebelah bahunya ke bingkai pintu sembari mengipasi dirinya.
Zhu Jiao adalah kakak mereka, Pangeran Pertama. Perangainya mudah gelisah dan cenderung berprasangka buruk. Mudah tersinggung dan mudah mengambil kesimpulan. Tapi untungnya tak mudah marah. Mudah melupakan dan mudah memaafkan. Selebihnya dia terkesan selalu senang.
Tianyu dan Li Qian menyambut kakak mereka dengan tatapan dan senyuman samar.
"Omong-omong…" Jiao melangkah pelan ke arah mereka sembari tersenyum lebar. "Seorang Raja Yu yang hatinya murni dan tidak berkeinginan, ternyata diam-diam melindungi calon pengantinnya seperti posesif gila."
"Kenapa bicara pengantin lagi?" erang Tianyu semakin jengah.
"Coba katakan! Apa yang istimewa dari Gadis Han?" Jiao membungkuk di atas kepala Tianyu sembari menaik-naikkan sebelah alisnya dan kembali menyeringai.
Tianyu mengerang lagi. "Pokoknya sulit dijelaskan!" jawabnya bernada jengkel.
Kedua kakaknya terkekeh dan menggeleng-geleng.
Jiao belum sempat duduk ketika pengawal Tianyu tiba-tiba menyela mereka.
"Pangeran, Putri Han sudah datang!" Shi Mo melaporkan. "Sekarang dia sedang menunggu Anda di luar."
Jiao dan Li Qian berdesis menahan tawa sembari membekap mulut mereka dengan kepalan tangan.
Tianyu mengerang sembari memutar-mutar bola matanya.
"Bagaimana kalau Kakak Ketiga yang menyambutnya?" usul Li Qian bernada menggoda. Raut wajahnya tetap datar meski dipulas senyuman samar.
Sisi nakal Tianyu spontan bereaksi. "Ide bagus," bisiknya bersemangat, lalu buru-buru beranjak dari tempat duduknya sembari merenggut lengan hanfu Jiao dan menariknya ke ruangan sebelah yang hanya dibatasi dinding kertas berbingkai kayu.
Shi Mo berbalik dan berlalu dari ruangan itu.
Beberapa saat kemudian, Lu Xi melangkah masuk ke dalam ruangan dengan gaya kemayu yang dibuat-buat.
Tianyu dan Jiao mengintip dari ruangan sebelah melalui dinding kertas transparan yang menjadi pembatas ruangan.
Begitu Lu Xi melihat wajah Li Qian, matanya langsung membulat dan berbinar-binar.
Ternyata dia lumayan tampan! Lu Xi memekik dalam hatinya. Lalu membungkuk memberi salam sambil tersenyum tersipu-sipu.
Li Qian membalasnya dengan senyuman teduh yang menenangkan, kemudian melayangkan sebelah tangannya di atas meja, mempersilahkan Lu Xi untuk duduk di seberang meja dengan gaya elegan.
Ternyata dia juga begitu lembut, begitu berkharisma! pikir Lu Xi menggebu-gebu, namun bersamaan dengan itu, ia juga merasa terjebak oleh jeratnya sendiri.
Peduli setan! sergah Lu Xi dalam hatinya. Berusaha mengingatkan dirinya bahwa kedatangannya bukan untuk terpesona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Suezie Anggel
💝💝💝💝💝🥰🥰🥰🥰
2023-09-29
0