"Sekarang keselamatan Putri Han adalah yang paling penting," Kaisar memperingatkan. "Tidak boleh ada kesalahan lagi!"
Tianyu mengerling diam-diam ke arah Pangeran Kedua melalui sudut matanya, kemudian tersenyum miring.
"Ayah!" Tianyu membungkuk lagi, "Aku memiliki permohonan," katanya dengan sopan.
"Katakan!" respons ayahnya.
"Kakak Kedua sudah mengetahui identitas para pembunuh," kata Tianyu yang secara otomatis membuat Qiao Wu langsung memucat.
Kapan aku mengatakannya? pikir Qiao Wu kalang kabut.
"Karena pernikahan sudah di depan mata, banyak hal yang harus kuurus," Tianyu beralasan. "Untuk masalah pengawalan Putri Han, kupikir… Kakak Kedua adalah pilihan yang paling tepat untuk sementara waktu," usulnya sambil menunjuk ke arah Qiao Wu dengan ekor matanya. Seulas senyuman licik tersungging samar di sudut bibirnya.
Qiao Wu meliriknya dengan tatapan membara.
"Baiklah!" Kaisar menyetujuinya. Lalu menoleh ke arah Qiao Wu, melontarkan tatapan tajam. "Kau dengar baik-baik!" Ia memperingatkan. "Kalau sampai terjadi sesuatu pada Putri Han, aku akan bertanya padamu!"
Qiao Wu menelan ludah dengan susah payah, kemudian membungkuk pada ayahnya. "Ananda mematuhi perintah," katanya dengan suara tercekat.
Tianyu tertawa dalam hatinya.
Tak lama kemudian, mereka semua keluar dari aula singgasana.
Tianyu berjalan beriringan dengan kakaknya Pangeran Ketiga, sementara yang lain berpencar di beranda.
Pangeran Kedua menyusul Tianyu dan menjejeri langkahnya. "Adik Keempat sangat hebat, bisa mendapatkan tugas sepenting ini untukku," sindirnya seraya memaksakan senyum.
"Kalau begitu mohon lindungi pengantinku," sahut Tianyu balas tersenyum. "Aku pamit dulu!"
Pangeran Ketiga tersenyum samar di sisi Tianyu.
Lalu keduanya bergegas mempercepat langkah mereka.
Qiao Wu mendelik pada mereka dengan ekspresi getir, sementara mereka berlalu melewatinya dan tidak menoleh lagi.
Tianyu bisa merasakan tatapan Qiao Wu membakar punggungnya.
Sementara itu, di sisi lain istana, pejabat penerima tamu memandu rombongan diplomatik Han'An menuju wisma tamu.
Lu Xi menggamit lengan pelayannya yang masih mengenakan pakaian adat khas kekaisaran Han'An sementara dirinya masih mengenakan pakaian pelayan. Dan untungnya, keduanya mengenakan cadar.
Han Luo berjalan di sisi pelayannya dengan cemberut.
"Wuaaaaahhhh…" Lu Xi berdecak kagum sembari jelalatan. Tidak menyadari raut wajah kakaknya. "Udara di sini sangat segar," serunya dengan tampang kampungan. "Pemandangannya juga bagus. Tapi orang-orang di sini harus mematuhi peraturan. Benar-benar merepotkan."
Pelayannya menanggapinya dengan mengangguk-angguk seraya tersenyum kikuk.
"Kalau tidak, kau gantikan aku saja untuk menikah!" cerocos Lu Xi tanpa beban sedikit pun.
"Lu Xi!" Han Luo mendesis tajam dan memelototinya.
Pelayan Lu Xi langsung menciut.
"Setelah sampai di tempat istirahat, cepat bertukar kembali dengan Yue Yan!" Han Luo memperingatkan. "Kalau tidak, saat identitas kalian terbongkar, kalian akan diseret ke pengadilan atas tuduhan membohongi Kaisar. Apa kalian tahu apa hukuman membohongi Kaisar?"
Lu Xi menggembungkan pipinya sembari membeliak sebal.
Sejak penyerangan di gerbang kota, Han Luo sudah merasa ada yang salah dengan mempelai dalam kereta. Tapi mengingat hal itu membuat adiknya terhindar dari bahaya, ia tak ingin memperhitungkannya.
Tidak disangka adiknya masih berpikir untuk melanjutkan leluconnya sampai ke tahap yang paling ekstrem.
"Benar-benar keterlaluan," Han Luo memarahinya.
"Aku hanya bercanda," Lu Xi langsung mengkerut.
Itu adalah pertama kalinya ia melihat kakaknya begitu gusar. Biasanya Han Luo selalu bersikap lembut dan memanjakannya.
"Seriuslah sedikit," Han Luo menasihati. "Aku tahu kau bukan gadis liar yang tidak mengerti tata krama. Ingatlah, kau di sini untuk menjalankan sebuah misi."
"Misi?" Suara seorang gadis menyentakkan mereka. "Misi apa?"
Seorang gadis seusia Lu Xi, sama mungilnya dengan Lu Xi, tahu-tahu sudah berdiri di tengah koridor menghadang mereka. Menelengkan kepalanya seraya berkacak pinggang. Mengawasi Han Luo dengan mata terpicing.
"Saya memberi salam pada Putri!" Pejabat yang memandu mereka ke wisma tamu membungkuk pada gadis itu dengan kedua tangan tertaut di depan wajah.
Han Luo dan Lu Xi serentak menegang.
Putri? pikir Han Luo sedikit gusar. Seberapa banyak yang sudah ia dengar? Ia bertanya-tanya dalam hatinya.
"Ini adalah Pangeran Kedua Han," pejabat itu memperkenalkan seraya melayangkan sebelah tangannya ke arah Han Luo. Lalu menunjuk Yue Yan yang mengenakan pakaian pengantin tradisional khas negara Han'An. "Yang ini…"
"Ah!" Putri Zhujia itu memotong perkataan pejabat tadi. "Aku tahu!" serunya menampakkan ekspresi senang dan antusias seorang anak kecil. "Kau pasti Putri Han yang akan melakukan perjodohan dengan Kakak Keempatku," terkanya. "Bernama…" gadis itu menggantung kalimatnya sesaat sembari mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung telunjuk, bola matanya bergulir ke atas. Dahinya berkerut-kerut mencoba mengingat-ingat. "Han-Lu-Xi!" gumamnya mengeja pelan nama Han Lu Xi. "Benar, kan?"
Yue Yan tersenyum gelisah dan membungkuk dengan kikuk.
"Kami memberi salam pada Tuan Putri!" Han Luo membungkuk cepat-cepat, berusaha menyelamatkan situasi canggung itu untuk menghindari kecurigaan si tuan rumah.
Lu Xi dan pelayannya turut membungkuk.
"Kami ingin pergi ke tempat istirahat," kata Han Luo dengan sopan. "Sambil menunggu panggilan dari Yang Mulia."
Putri Zhujia itu tak mau menyingkir dari jalan. Ia mengawasi Lu Xi dan pelayannya bergantian dengan mata terpicing. Kemudian menatap ke dalam mata Yue Yan. "Kenapa kau memakai cadar?" tanyanya polos.
Yue Yan serentak memucat dan tergagap-gagap.
"Izin menjawab, Tuan Putri!" Lu Xi menyela cepat-cepat seraya membungkuk. "Ini adalah adat Han," katanya beralasan.
"Aku bertanya padanya!" sergah Putri Zhujia itu seraya menunjuk ke arah Yue Yan dengan dagunya.
Yue Yan gelagapan.
"Lagi pula ini bukan di Han'An!" Putri Zhujia itu menambahkan. "Dibuka juga tidak masalah. Sebentar lagi sudah mau jadi kakak iparku."
Lu Xi dan kakaknya bertukar pandang dengan gelisah. Sudah kehabisan akal untuk menangani Tuan Putri yang satu ini.
Dia terlalu kritis! pikir Han Luo.
"Ehem!" Kemunculan seseorang menyelamatkan mereka dari situasi.
Seorang gadis lain muncul di belakang Putri Zhujia. Sedikit lebih dewasa dan perangainya agak maskulin. Pakaiannya terlihat seperti pengawal bayangan.
"Salam pada Putri Keenam!" Lagi-lagi pejabat penerima tamu itu membungkuk.
Tuan Putri lagi? pikir Lu Xi mulai tak nyaman.
Lu Xi dan pelayannya turut membungkuk, begitu juga dengan Han Luo. "Memberi salam pada Tuan Putri," sapa mereka dengan sopan.
"Hmh!" Putri Keenam itu menjawab singkat dengan raut wajah dingin. Kemudian bersedekap dan menoleh pada adiknya, Putri Ketujuh.
Putri Ketujuh itu serentak menghabur menjauhi kakaknya sembari berteriak dan melambaikan tangannya pada Yue Yan, "Nanti aku cari kalian lagi!"
Lu Xi dan pelayannya membeku di bawah tatapan Putri Keenam. Sorot matanya memberikan aura tekanan seperti seorang jenderal. Gadis itu mengangguk singkat pada Han Luo setelah sejenak terdiam, lalu buru-buru pergi mengejar adik bungsunya.
Lu Xi menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments