Tak lama kemudian, kedua pengawal Tianyu kembali bersama seorang tabib.
Tianyu duduk terpuruk dengan kepala terkulai di tepi tempat tidur. Tidak sadarkan diri.
"Pangeran! Permaisuri!" Kedua pengawal itu tersentak dan menghambur ke arah mereka. Memeriksa keduanya dengan raut wajah cemas.
"Apa yang terjadi?" pekik mereka bersamaan. "Kenapa bisa dua-duanya?"
"Biar kulihat!" Tabib yang mereka bawa bergegas mendekat dengan tergopoh-gopoh.
Shi Yi berinisiatif untuk memberitahu Pangeran Ketiga sementara Shi Mo berjaga di kamar Tianyu bersama tabib itu.
Anzu dan Yueyan berebut menghampiri Shi Yi. "Apa yang terjadi?" tanya mereka bersamaan.
"Jangan sekarang!" sergah Shi Yi cepat-cepat. "Aku harus memberitahu Pangeran Ketiga."
Anzu dan Yueyan serentak bertukar pandang.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" gumam Yueyan dengan gusar.
Tak lama berselang, Shi Yi sudah kembali lagi bersama Pangeran Ketiga.
Tianyu sudah diangkat ke tempat tidur dan dibaringkan berdampingan dengan Lu Xi.
"Mereka keracunan," tabib itu melaporkan pada Li Qian.
Li Qian mengawasi kedua pengantin itu dengan raut wajah datar. Kemudian menoleh ke arah tabib. "Sembuhkan Permaisuri dulu," katanya.
Seisi ruangan serentak tergagap.
"Bagaimana dengan Pangeran?" tanya tabib ragu-ragu.
"Untuk sementara tak akan mati," jawab Li Qian tanpa ekspresi.
Si kembar spontan bertukar pandang.
Li Qian berbalik dan mengedar pandang, meneliti sekeliling ruangan sementara sang tabib mulai menuliskan resep dan memberikannya pada Li Qian.
"Saya sudah menyumbat penyebaran racunnya dengan akupuntur," kata tabib itu. "Tapi takkan bertahan lama. Obatnya harus segera didapatkan."
Li Qian meraih kertas resep itu dan mempelajarinya beberapa saat, kemudian memberikannya pada si kembar.
Shi Mo menerimanya.
Li Qian menggerakkan kepalanya sedikit, mengisyaratkan Shi Mo untuk bergegas.
Kedua pengawal itu serentak beranjak meninggalkan ruangan, diikuti tabib di belakang mereka. Shi Yi bergabung dengan pelayan dan pengawal Lu Xi di teras, sementara Shi Mo berangkat ke toko obat.
Li Qian tertunduk mengawasi kotak pipih persegi panjang di lantai yang tampak familier.
Hu Li Na! pikirnya.
Ia ingat beberapa saat lalu ia dan Jiao berpapasan dengan gadis itu di pekarangan.
Hu Li Na membawa kotak itu.
Hu Li Na adalah teman kecil Tianyu, salah satu dari orang yang tidak menginginkan perjodohan ini terjadi. Gadis itu diam-diam mencintai Tian Yu.
Untuk apa dia harus repot-repot memberikan hadiah pernikahan?
Li Qian membungkuk memungut kotak itu, dan menemukan setangkai tusuk sanggul tertindih di bawahnya.
Tusuk rambut wanita? pikir Li Qian. Sekarang ia sudah bisa menyimpulkan bahwa hadiah itu ditujukan untuk Han Lu Xi. Dan itu menjadi terasa semakin janggal mengingat obsesi Hu Li Na pada Tianyu.
Li Qian kemudian meneliti kotak itu dan menemukan berkas darah di dasar kotak. Ia menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatannya.
Permukaan kotak itu tampak tak rata seperti kurang polesan, serpihan kayu mencuat seperti jarum.
Sungguh berniat! batin Li Qian, kemudian mengamankan barang bukti itu.
Setelah Shi Mo kembali, Li Qian memberi perintah pada Yue Yan untuk merebus obat.
Yue Yan bergegas ke dapur dengan tergopoh-gopoh.
Tatapan Li Qian sekarang berpaling ke arah An Zu. "Kau, ikut aku!"
Anzu membungkuk dengan hormat tentara, kemudian mengikuti Li Qian ke ruang baca Tianyu.
"Kau orang asli Han'An?" Li Qian bertanya setelah mereka berada di ruang baca. Ia duduk bersila di depan meja rendah lesehan sambil menuang secangkir teh.
"Benar, Yang Mulia!" jawab Anzu sambil membungkuk.
"Kau tahu sesuatu tentang… Kutukan Darah?"
Anzu mengerjap dan menatap Li Qian dengan sorot gelisah. "Itu hanya mitos," katanya sambil tertunduk.
Li Qian mengerutkan keningnya.
"Selama hidup hamba, hamba belum pernah menemukan pasangan yang benar-benar terikat sumpah sehidup-semati," jelas Anzu.
"Pasangan?" Li Qian menaikkan sebelah alisnya. "Sumpah sehidup-semati?"
"Kutukan Darah adalah legenda cinta sejati seperti Sampek-Engtay."
"Cinta sejati," gumam Li Qian, lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Lalu terkekeh dan menggeleng-geleng.
Anzu serentak mengerling ke arah Li Qian dengan mata terpicing.
Li Qian menyesap tehnya, kemudian menurunkan cangkirnya dan tercenung. Lalu mendongak menatap Anzu dengan ketertarikan baru. "Menurutmu… kutukan ini bukan berasal dari darah Han?"
"Konon seorang pengembara jatuh cinta pada gadis Han," Anzu mencoba menjelaskannya dengan cerita. "Untuk membuktikan cintanya, pria itu menjalankan ritual Sumpah Sehidup-semati. Dengan darahnya, ia bersumpah bahwa jika setetes saja darah gadis itu tertumpah olehnya, maka ia akan membayar dengan darahnya. Ia berhasil meyakinkan gadis Han itu dan menikahinya. Setelah malam pertama, pria itu terikat sumpah sehidup-semati. Jika istrinya terluka, maka dia terluka. Jika istrinya menangis, ia juga menangis. Dan saat istrinya mati, dia juga mati."
Li Qian terkekeh dengan ekspresi geli dan getir. Malam pertama, pikirnya merasa tergelitik. Ritual sumpah yang konyol!
Bukankah sudah cukup jelas malam pertama selalu menjadi momen pertumpahan darah?
Masih saja melakukan sumpah!
"Bagaimana?" Anzu balas bertanya. "Menurut Anda, apakah kutukan itu berasal dari darah Han?"
Li Qian menggeleng. Seulas senyuman getir masih tersungging samar di sudut bibirnya. "Bisa ya, bisa tidak," jawabnya tak yakin. "Apakah ritual Sumpah Sehidup-semati merupakan bagian dari tradisi Han?"
"Selama berabad-abad, bangsa Han melakukan ritual Sumpah Sehidup-semati pada setiap pria yang menginginkan perempuan Han," cerita Anzu. "Tapi bicara soal tradisi, jelas pria itu yang membawa tradisi ini. Mungkin tradisi dari bangsanya. Entahlah! Bagian itu tak pernah diceritakan. Bahkan negara asal si tokoh pria. Barangkali Penulis Keparat malas berpikir!"
"Jadi, ritual Sumpah Sehidup-semati benar-benar ada?"
"Ya, itu sudah menjadi tradisi bangsa Han sampai sekarang," jawab Anzu. "Tapi tidak satu pun pernah terbukti!"
Li Qian terkekeh getir sekali lagi. "Meski begitu, ritual tetap menjadi tradisi?"
"Sebagian orang masih percaya ritual itu teramat sakral, hanya ketulusan setiap pelaku yang diragukan. Itulah sebabnya kenapa Kutukan Darah dikategorikan sebagai legenda cinta sejati. Pada akhirnya, kebenaran cinta sejati juga diragukan!"
"Bagaimana dengan pria yang menikahi perempuan Han tanpa melakukan ritual Sumpah Sehidup-semati?"
"Yang melakukan ritual saja tidak berhasil, bagaimana dengan yang tidak melakukannya?" Anzu balas tersenyum getir.
"Menurutmu, apakah Raja Yu pernah melakukan ritual ini?"
"Bagaimana mungkin?" tukas Anzu. "Pertama, pernikahan digelar di sini dengan adat Zhujia. Kedua, Tuan Putri kami baru mengetahui kebenaran tentang Pangeran Keempat setelah upacara pernikahan. Lebih dari itu, mereka tak pernah akur!"
"Tak pernah akur?" Li Qian mengerutkan keningnya. "Bukankah kau bilang Tuan Putri kalian baru mengetahui kebenaran tentang Pangeran Keempat setelah upacara pernikahan?"
"Mereka sudah saling mengenal satu sama lain, jauh waktu sebelum kesepakatan antara kedua negara terjalin," cerita Anzu. "Hanya saja, Tuan Putri kami tak tahu siapa Pangeran Keempat."
Li Qian berdesis menahan tawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sry Handayani
emang jodohnya itu
2024-07-01
0