"Sebenarnya… akulah yang akan melakukan perjodohan itu," Lu Xi mengaku. "Aku sengaja bertukar tempat untuk menghindari insiden ini."
Tianyu mengerling ke arah Lu Xi. Sebelah alisnya terangkat tinggi. Gadis ini kelihatannya saja polos, katanya dalam hati. Ternyata dia lumayan licik. Begini saja terpikirkan!
"Kau bilang apa?" ejek Tianyu, pura-pura tidak percaya. "Kau yang akan melakukan perjodohan?" Tianyu lalu tergelak. "Lihat dirimu!" ejeknya sembari melirik pakaian Lu Xi. "Apa kau memenuhi kualifikasi?"
"Memangnya aku peduli?" tukas Lu Xi setengah mencebik. "Kau pikir aku menginginkan perjodohan ini? Kalau bukan karena aku satu-satunya Putri Kaisar, aku pasti tidak sesial ini!"
Iring-iringan kereta mempelai itu mulai berjalan. Lu Xi tersentak dan berbalik, lalu bergegas mengejar rombongan itu.
Tianyu mengawasinya diam-diam hingga benar-benar yakin gadis itu telah bergabung dengan rombongannya.
Gadis itu menyelinap ke barisan pelayan di sisi kereta dan mengenakan cadar.
Tianyu mendesah berat seraya memutar-mutar bola matanya. Benar-benar pasangan bencana, pikirnya frustrasi.
Beberapa saat kemudian, Tianyu sudah kembali ke istana melalui jalan pintas dan rahasia, kemudian menemui adiknya, Pangeran Kelima, untuk mendiskusikan rencana selanjutnya.
Setelah itu, ia sembunyi di kediamannya sementara kakaknya, Pangeran Kedua meledak murka begitu sampai di kediamannya karena gagal menjebak Pangeran Kelima.
Seluruh penghuni Kediaman Raja Wu dibuat kalang-kabut mulai dari pejabat, pengawal, pelayan hingga ke juru masak dan juru minuman. Entah itu wanita, entah itu laki-laki, bahkan anak-anak, semuanya salah di mata Qiao Wu.
"Sesuai harapan Kaisar," komentar seorang pejabat yang bersekongkol dengan Pangeran Kedua. "Bangsa Han tak bisa diremehkan!"
"Kau tahu bukan itu maksudku!" hardik Qiao Wu semakin murka.
Para pejabat yang bersekutu di kediamannya serentak terdiam.
"Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan ini, menghabiskan banyak tenaga untuk datang ke Han'An dan tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk menyewa para pemberontak," cerocos Qiao Wu bernada frustrasi. "Pada akhirnya malah membantu prestasi Pangeran Kelima!"
Sementara itu, Pangeran Kelima yang dibicarakan sudah bergegas ke istana untuk menemui Kaisar.
"Putri Han'An sudah sampai di pos pejabat pemerintah," Pangeran Kelima melaporkan.
Pangeran Keempat sedang berganti pakaian sambil cemberut, dibantu pelayan pribadinya yang banyak mulut.
"Hamba tahu, Pangeran tak ingin melakukan perjodohan," cerocos pelayan itu sembari menyematkan hiasan rambut di belakang telinga Tianyu. "Tapi Pangeran sangat berkarisma," pujinya dengan gaya berlebihan. "Jika ingin membuat Putri Han tidak mengagumi Anda, itu bukan hal yang mudah."
Tianyu mendesah pelan dan mengerang dalam hatinya. Kata-kata Han Lu Xi terngiang dalam benaknya.
"Memangnya aku peduli?"
"Kau pikir aku menginginkan perjodohan ini?"
"Kalau bukan karena aku satu-satunya Putri Kaisar, aku pasti tidak sesial ini!"
Apanya yang mengagumi? pikir Tianyu. "Bakar semua pakaian itu!" perintahnya pada pelayan itu sembari mengerling ke arah tumpukan baju yang dikenakannya selama ia menyamar. Sebenarnya hanya mencoba mengalihkan pembicaraan untuk menyamarkan perasaannya yang tak keruan.
Pelayannya melirik pakaian itu dengan ekspresi menyayangkan, tapi hanya bisa membungkuk dengan patuh, "Baik," katanya tak berdaya.
Tak lama kemudian, Tianyu sudah keluar dari kediamannya, bergegas menuju istana.
Berusaha membatalkan perjodohan!
Di selasar istana, ia bertemu dengan kakaknya, Pangeran Kedua.
Pendirian Tianyu mendadak goyah.
Nilai pernikahannya dengan Bangsa Han jauh lebih tinggi dari prestasi Qiao Wu. Nilai-nilai itu dibutuhkan untuk menentukan siapa yang layak menjadi Putra Mahkota.
Sebenarnya Tianyu tidak berharap dirinya jadi Putra Mahkota, tapi ia lebih tidak berharap Pangeran Kedua yang jadi Putra Mahkota.
Zhu Qiao Wu adalah tipe pemimpin otoriter yang tak segan menindas orang yang lebih lemah.
Untuk negerinya, Tianyu berharap penerus tahta ayahnya bisa lebih baik.
Sayangnya, Pangeran Pertama tak bisa diandalkan. Keahliannya hanya seputar minum arak dan merayu perempuan.
Pangeran Ketiga adalah tipe pemimpin yang diinginkan Tianyu. Berkepribadian tenang dan berwibawa. Penuh kebijaksanaan dan sangat mencintai rakyat, peduli pada lingkungan seperti ayahnya. Tapi kakak ketiganya lebih mencintai musik dan karya sastra.
Sekarang hanya tersisa Pangeran Kelima. Tapi adiknya terlalu tulus dan mudah dijebak. Tidak pernah berprasangka buruk terhadap siapa pun. Tipe setia yang lebih cocok untuk pendukung.
Selebihnya tinggal Tianyu dan Qiao Wu.
Mau tak mau Tianyu harus bersaing.
"Tampaknya… masalah misi diplomatik Han'An yang bertemu pembunuh, Adik Keempat sudah mengetahuinya?" sindir Qiao Wu sembari tersenyum sinis.
"Bagaimana mungkin aku tak tahu?" Tianyu balas menyindir sembari tersenyum santun. "Aku calon suaminya!" timpalnya memanas-manasi.
Qiao Wu mendongakkan hidungnya dan memaksakan senyum, berusaha mati-matian untuk tetap mempertahankan wibawanya. "Untunglah Putri Han tidak terluka," katanya pura-pura peduli. "Kalau tidak… pernikahanmu yang belum terlaksana akan lenyap seperti asap," imbuhnya dipenuhi ancaman terselubung.
"Terima kasih atas perhatian Kakak," Tianyu tersenyum lagi. "Aku percaya Kakak Kedua bisa mengungkap identitas para pembunuh lebih cepat."
Mata keduanya berkilat-kilat dipenuhi persaingan meski bibir mereka bertukar senyum. Lalu keduanya bergegas memasuki aula singgasana.
"Pangeran Kedua dan Pangeran Keempat tiba!" Seorang pengawal mengumumkan.
"Ananda memberi salam pada Ayahanda!" sapa Tianyu.
"Ananda memberi hormat pada Ayahanda!" sapa Qiao Wu.
Kedua pangeran itu membungkuk serempak dengan jemari tertaut di depan wajah.
"Bangunlah!" perintah Ayah mereka.
Para pangeran itu sekarang berbaris di bawah altar singgasana ayahnya bersama dengan yang lain. Pangeran Pertama, Pangeran Ketiga, Pangeran Kelima, Putri Keenam dan Putri Ketujuh.
Tianyu kembali membungkuk dan menautkan kedua tangannya di depan wajah, "Ayah," katanya dengan sopan. "Mengenai kasus penyerangan Putri Han, banyak hal yang diragukan. Kumohon pada Ayah…"
"Masalah perjodohan dengan Bangsa Han dipenuhi hal tak terduga," tukas Kaisar memotong perkataan Tianyu. "Apakah cocok dengan maksudmu?" tanyanya seakan sudah bisa menebak maksud Tianyu.
Tianyu langsung tertunduk. Raut wajahnya berubah muram. "Aku memang tidak bersedia melakukan perjodohan," ia mengaku.
Saudara-saudaranya serentak mengerjap dengan gelisah.
"Sudah berjalan sejauh ini," tandas ayahnya tidak peduli. "Apakah pantas kau menolaknya sekarang?"
"Ananda tidak berani," sahut Tianyu dengan suara tercekat.
Saudara-saudaranya serentak tertunduk.
"Dengar semuanya!" Kaisar meninggikan suaranya. "Karena masalah ini dilakukan oleh pasukan pemberontak, maka tak cocok untuk disebarkan!"
Pasukan pemberontak? pikir Tianyu sinis. Mereka mengatakan ini ulah pasukan pemberontak?
"Utusan Misi Diplomatik Han harus dihibur!" titah Kaisar. "Perjodohan kali ini, adalah untuk meminta perlindungan Han'An. Kalian sudah tahu pertahanan Bangsa Han sulit ditembus. Sekarang kalian juga sudah tahu mereka tak bisa diremehkan. Mereka sangat sulit dihadapi. Kalau sampai ada kesalahan sedikit saja, mereka tak akan segan untuk kembali. Dan kita tak akan pernah punya kesempatan lagi!"
Tianyu menelan ludah. "Aku sudah mengerti," katanya parau. Yang tidak aku mengerti adalah... kenapa harus aku yang jadi tumbal? Ia menambahkan dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Pichaacha
biasanya yg jadi 'tumbal' keluarga dia yg paling spesial, dapat di percaya, bertanggungjawab, dapat diandalkan, dsb
2023-12-11
2
Suezie Anggel
im coming kaka zhayaaang
2023-09-29
0