Menjelang malam, rombongan Misi Diplomatik Han tiba di gerbang perbatasan kota, memasuki pusat perbelanjaan, dikelilingi masyarakat hingga sulit berjalan.
"Tidak benar!" desis Tianyu pada kedua pengawalnya. "Mereka sengaja membawanya berputar-putar," jelasnya. "Tampaknya sedang berusaha mengulur waktu!"
Kedua pengawalnya bersiap menunggu perintah.
"Lindungi Misi Diplomatik Han'An agar terhindar dari pembunuh!" instruksi Tianyu. "Aku akan menemui Pangeran Kelima."
"Baik!" Kedua pengawal itu membungkuk serempak, lalu bergegas dan berpencar.
Tianyu masih bergeming, bertengger di balkon sebuah menara.
Kereta calon mempelai tersentak dan berhenti tiba-tiba.
Seorang gelandangan tiba-tiba tersungkur ke tengah jalan, hampir tergilas roda kereta.
Bersamaan dengan itu, sejumlah pria berpakaian ninja, lengkap dengan penutup wajah dan kepala, melompat dari atap-atap toko, mengendap-endap di belakang kereta mempelai.
Sejumlah pengawal Han disergap dengan mulut dibekap, kemudian dihabisi tanpa suara.
Tapi suara berdebuk di belakang membuat beberapa orang waspada, lalu menoleh ke belakang.
"Ada pembunuh!" teriak seorang pengawal.
Seketika suasana berubah gaduh.
Kerumunan orang-orang tersentak dan berhamburan disertai pekik-jerit ketakutan.
Para pengawal dari kedua negara serentak bertindak.
"Lindungi Tuan Putri!" teriak Han Luo sambil menghunus pedangnya dan melompat dari atas kudanya dalam gerakan salto.
TRANG! TRANG! TRAAAAANG!
Ledakan pertempuran mulai bergejolak.
Salah satu dari pria berpakaian ninja menghujamkan tombak ke jendela kereta mempelai.
"AAAAAAAAAAAAARRRRRRGH!" jeritan melengking di dalam kereta membuat semua orang tersentak.
Terutama Han Luo. Itu tidak terdengar seperti Lu Xi! pikirnya terkejut.
Tianyu melompat dari menara, melayang ke tengah-tengah kepungan, menyapukan mata pedangnya sembari berputar-putar.
TRAAAAANG!
Tiga orang ninja tumbang dalam sekejap.
Han Luo tersentak dan menoleh ke belakang.
Tianyu segera berbalik memunggunginya, lalu buru-buru menjauh.
"Tunggu!" pekik Han Luo menghentikan Tianyu.
Tianyu berhenti dan membeku di tempatnya tanpa menoleh.
"Pahlawan, boleh tahu namamu agar aku bisa berterima kasih?" tanya Han Luo.
"Kalau kau ingin berterima kasih, kembalilah ke negeri asalmu!" jawab Tianyu bernada ketus. Lalu buru-buru pergi.
Zhu Qiao Wu mengawasi punggung Tianyu dengan mata terpicing.
Tianyu bisa merasakan tatapan kakaknya membakar punggungnya. Kemudian menenggelamkan dirinya ke dalam kerumunan.
Han Luo menelan ludah dan tertunduk. Lalu mendesah seraya mendekat ke jendela kereta, mencoba memastikan keadaan adiknya. "Lu Xi, kau baik-baik saja?"
Tidak ada jawaban.
Membuat Han Luo merasa tak tenang, lalu memutuskan untuk melihat ke dalam kereta, mengecek sendiri keadaan adiknya. Ia baru saja menyentuh tirai kereta dengan ujung jarinya ketika suara di dalam menghentikannya.
"Aku baik-baik saja!" kata suara itu sedikit terbata-bata.
Han Luo mengerutkan keningnya. Kenapa suara Lu Xi terdengar aneh? pikirnya.
"Apa yang salah, Diplomat Negara?" Suara Pangeran Kedua Zhujia menyentakkan Han Luo.
"Ah—" Han Luo mengerjap dan tergagap. "Tidak ada!" jawabnya cepat-cepat. Lalu buru-buru kembali ke atas kudanya.
Tianyu mengawasi jendela kereta mempelai dari belakang salah satu lapak pedagang ketika iring-iringan itu mulai berjalan.
Sosok samar di dalam kereta terlihat tegang, posisi duduknya sedikit terlalu tegak.
Mungkin hanya syok! Tianyu menyimpulkan. Yang penting dia belum mati, pikirnya tak peduli. Lalu berbalik cepat-cepat dan…
BRUK!
Seseorang menubruk dadanya.
Tianyu menggeram dan mengetatkan rahangnya, bersiap untuk menyemburkan kata-kata umpatan, tapi hanya membeku dengan alis bertautan.
Han Lu Xi?
Gadis itu ternyata tidak berada di dalam kereta.
Lalu siapa yang di kereta? pikir Tianyu. Apa dia berniat menukar mempelai?
Cari mati!
"Kenapa kau lagi?" erang Lu Xi sembari memelototi Tianyu.
Tianyu mengernyit seraya menarik wajahnya menjauh. Gadis ini sungguh berisik! katanya dalam hati.
"Bagaimana bisa, kau ada di Han'An, tapi juga ada di sini? Kenapa kau ada di mana-mana?" cerocos Lu Xi seakan tidak bernapas. Bola matanya bergulir meneliti Tianyu dari atas ke bawah, kemudian kembali ke atas, ke wajahnya.
"Berisik!" dengus Tianyu sembari mendelik.
"Jawab aku!" hardik Lu Xi tak sabar. "Bagaimana bisa kau ada di sini juga? Apa kau menguntitku?"
Tianyu menjauhkan wajahnya lagi dengan mata dan mulut terkatup. Tak tahan dengan suara Lu Xi yang berisik di dekat kupingnya.
"Jawab!" desak Lu Xi seraya merenggut kerah mantel Tianyu.
"Jawab yang mana?" desis Tianyu bernada jengkel. "Pertanyaanmu banyak sekali. Begitu banyak, sampai aku tak ingat satu pun!"
"Jawab saja!" Lu Xi menggeram seraya mengetatkan cengkeramannya.
"Lepaskan!" perintah Tianyu tak peduli.
"Kau—"
"Kubilang lepaskan!" ulang Tianyu memotong perkataan Lu Xi.
Lu Xi akhirnya melepaskan cengkeramannya, kemudian bersedekap sembari cemberut.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Tianyu.
"Itu tadi pertanyaanku," sergah Lu Xi setengah mendengus.
"Kau pasti sedang mencuri!" tuduh Tianyu.
"Mana boleh aku mencuri di sini," jawab Lu Xi polos. "Kakakku bilang, di sini tak ada yang akan menganggapku Tuan Putri. Tak ada orang yang akan membayar ganti rugi di belakangku."
"Ganti rugi?" Tianyu spontan menautkan alisnya.
"Hm'mh!" Lu Xi mengangguk dengan raut wajah kekanak-kanakan. "Selama ini kakakku yang selalu membayar ganti rugi di belakangku," ungkapnya sambil tertunduk.
Tianyu melirik wajah gadis itu dengan mata terpicing. Tiba-tiba teringat pada An Zu, pengawal bayangan Lu Xi yang katanya Pelayan Imut itu.
Pengawal itu menyergap bahu Tianyu sewaktu hendak mengejar Lu Xi yang telah melarikan kantong uangnya.
Ternyata begitu? pikir Tianyu seraya berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa.
Sebenarnya gadis ini sakit apa? batinnya geli.
"Lalu kenapa kau ke sini?" tanya Tianyu dipenuhi modus terselubung.
Lu Xi menggembungkan pipinya. Raut wajahnya berubah muram.
Pembicaraan dua pengunjung pasar yang melintas di dekat mereka mengalihkan perhatian Lu Xi.
"Rombongan perjodohan Han'An itu bertemu pembunuh," cerita seorang pria dengan menggebu-gebu.
"Apa?" Lu Xi tiba-tiba tersentak dan menyergap lengan hanfu pria yang sedang mengobrol itu.
Pria itu menoleh dan mengedikkan bahunya dengan ketus. Lalu buru-buru menjauh.
"Hei—" Lu Xi terpekik dan mencoba mengejar pria itu. Tapi Tianyu segera merenggut pergelangan tangannya dan menahannya. Kalau dia sampai menghilang akan semakin repot, pikirnya.
"Sudah kuduga mereka begitu licik!" gerutu Lu Xi seraya menendang kerikil di bawah kakinya.
Tuanyu meliriknya dengan mata terpicing.
"Huh! Apanya yang bertemu pembunuh?" rutuk Han Lu Xi dalam gumaman tak jelas. "Pasti mereka sendiri yang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisiku. Benar-benar berniat menggagalkan perjodohan! Kenapa tak langsung menolak saja? Dasar pengecut!"
"Omong kosong apa yang sedang kau gumamkan?" tanya Tianyu pura-pura tidak mengerti, meski hatinya tak tahan ingin membungkam mulut berisik gadis itu. "Ah! Aku tahu!" terkanya. "Kau kan orang Han'An! Wanita dalam kereta itu pasti kakakmu yang tadi kau ceritakan. Kau ke sini bersama rombongan itu, kan? Apa aku benar?"
"Apanya yang kakakku?" gumam Lu Xi dengan wajah cemberut. "Yang di kereta itu pelayanku!" Lu Xi memberitahu.
"Apa?" Tianyu nyaris tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengumpat. Tindakan heroik yang kulakukan tadi hanya untuk melindungi pelayan? pikirnya merasa jengkel.
"Aku sudah menduga kereta mempelai akan menjadi incaran utama," tutur Lu Xi beralasan.
Tianyu langsung terdiam. Sungguh salah besar sudah mati-matian melindungimu! rutuknya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sry Handayani
pinter jg dia
2024-06-30
0
Suezie Anggel
horeeeeeee💝💝💝💝🥰🥰
2023-09-25
0