"Nona Hu sudah meninggalkan Jiyou!" kata seorang penjaga paviliun yang pernah ditinggali Hu Li Na.
Jiyou adalah nama ibukota negara Zhujia, tempat di mana kekaisaran berdiri.
"Kita terlambat," gumam Lu Xi bernada kecewa.
"Memangnya kenapa? Kita bisa menyusulnya!" tukas Tianyu sembari mengerling ke arah Lu Xi. Seulas seringai tipis tersungging di sudut bibirnya.
Dan untuk pertama kalinya, seringai Tianyu memacu semangat Lu Xi. "Baik! Kalau begitu tunggu apa lagi?" tantangnya seraya balas menyeringai.
Sejurus kemudian, mereka sudah berada di dalam kereta kuda, dikawal pengawal kembar dan juga Anzu.
"Kenapa harus naik kereta?" semangat Lu Xi kembali melempem. Duduk berhadap-hadapan dengan Tianyu dengan lutut mereka berimpitan membuat Lu Xi merasa dunianya semakin sempit.
Sudah cukup buruk harus selalu berada dalam pantauannya, terkurung dalam rumahnya sepanjang waktu, dan sekarang… untuk pertama kalinya aku keluar istana sejak aku tiba di Zhujia, aku juga masih harus berdesakan dengannya dalam satu kereta! gerutu Lu Xi dalam hatinya.
Membosankan!
Bukankah ini sama saja dengan tawanan?
Tianyu mendesah pelan tanpa kentara dan membeliak sebal diam-diam.
Lu Xi duduk cemberut dengan wajah tertunduk. Mau mengurungku? Benar-benar mimpi! Isi kepalanya tetap berisik.
Sekonyong-konyong kereta mereka tersentak.
Lu Xi terlontar dari tempat duduknya dan jatuh ke pelukan Tianyu.
Keduanya memekik tertahan dan saling memelototi.
Kedua tangan Tianyu melingkar ketat di bawah lengan Lu Xi sementara tangan gadis itu merenggut kedua bahu Tianyu hingga pria itu merunduk. Wajah Tianyu begitu dekat di cuping hidung Lu Xi yang mendongak karena terkejut.
"Putri!" Suara Anzu mengejutkan mereka. "Anda baik-baik saja?"
"A–-a—aku baik-baik saja!" jawab Lu Xi terbata-bata sambil cepat-cepat menarik tubuhnya menjauh dari Tianyu.
Lalu keduanya saling melepaskan diri dan memalingkan wajah. Kemudian tenggelam dalam kebisuan.
Namun tidak dengan kepala Lu Xi. Kenapa jantungku berdebar-debar? batinnya gusar.
Tianyu menelan ludah dan tergagap sambil memegangi dadanya sendiri. Jantungnya juga berdebar-debar.
Lu Xi meliriknya dengan mata terpicing.
Tianyu mengerjap seraya menurunkan tangan dari dadanya dan berdeham, kemudian menoleh ke arah tempat duduk sais. "Kalau berani membuat guncangan lagi, aku akan melempar kalian keluar kereta!" hardiknya pada si kembar.
Kereta tersentak lagi.
Lu Xi kembali terlempar ke pelukan Tianyu.
"Cari mati!" teriak Tianyu.
Bersamaan dengan itu, mereka mendengar suara berderak di sisi kereta, disusul teriakan lantang pengawal imut Lu Xi dari belakang kereta.
"Shashou!"
Shashou adalah istilah untuk menyebutkan sindikat pembunuh.
Serta-merta Tianyu meraup kedua bahu Lu Xi dan menyusupkan wajah gadis itu ke dadanya, kemudian membawanya merunduk di lantai kereta.
TRANG! TRANG! TRAAAAANG!
Suara-suara logam berbenturan membahana di luar kereta, disusul suara-suara berdesir senjata jarak jauh.
SLAAAASSSH!
Mungkin panah, mungkin juga belati. Lu Xi tak yakin.
Tapi suara berdebuk keras di belakang membuatnya tersentak. "Anzu!" pekiknya seraya meronta dari dekapan Tianyu.
"Aku tak apa-apa!" sahut Anzu dengan suara tercekik.
Lalu dalam sekali sentak, gadis itu sudah terlepas dari rengkuhan Tianyu. "Berani menyentuh Pengawal Imut-ku?" hardiknya seraya menerjang keluar melalui jendela. "Cari mati!"
Tianyu tercengang sesaat sebelum akhirnya menghambur keluar melalui pintu.
Pengawal kembarnya sudah tidak berada di kotak pengemudi.
Dan ketika ia melompat dari kereta, Lu Xi sudah menyerampang di atap kereta dalam gerakan-gerakan ringan tendangan memutar dan memantul-mantul ke sana-kemari.
Sekitar lima Shashou mengepung Lu Xi di sekeliling kereta dengan masing-masing membawa sepasang katana.
Lu Xi menghadapinya hanya dengan mengandalkan tangan kosong.
Sungguh gegabah! batin Tianyu seraya menghunus pedang yang menggelantung pada ikat pinggangnya, kemudian menjejakkan sebelah kakinya untuk kemudian memantulkan tubuhnya ke atas dalam gerakan salto, lalu mendarat di atap kereta, tepat di belakang Lu Xi dengan hanya bertumpu pada ujung jemari sebelah kakinya.
Lu Xi melejit di belakangnya dengan gerakan ringan seperti sehelai kain, namun kecepatannya seperti kilat.
WUSSSHHH!
Lu Xi menyapukan tendangan memutar di udara.
SLAAAASSSH!
Tianyu memutar di belakangnya seraya mengayunkan pedangnya ke samping.
Bug, BUG!
Anzu menjejak-jejakkan tumit sepatunya di dada para Shashou seperti sedang berlari di dalam putaran roda dengan posisi horizontal.
TRANG! TRANG! TRANG!
Shi Mo dan Shi Yi berputar-putar dengan punggung menempel saling membelakangi sementara pedang mereka melecut-lecut di tengah kepungan.
Salah satu Shashou melambungkan tubuhnya ke udara, kemudian menukik sembari menghujamkan ujung pedangnya ke arah Tianyu.
Lu Xi melesat ke arah Tianyu dan menyergap pinggang pria itu, kemudian membawanya berputar-putar, menendang, melejit, menyerampang sambil bergandengan tangan, seperti pasangan tari.
SLAAAASSSH!
SLAAAASSSH!
Pedang Tianyu melecut-lecut ke sana-kemari menyapu sejumlah Shashou di sekeliling mereka sementara si penyerang yang mencoba menikam Tianyu tersuruk di bawah kakinya menikam atap kereta.
Tianyu mengerling melewati bahunya seraya tersenyum samar. Lu Xi memeluknya dari belakang sembari merentangkan sebelah tangan Tianyu.
Sesekali gadis itu menarik tangan Tianyu dan mengayunkannya dengan tangannya menempel di tangan Tianyu, sesekali ia menuntun kaki Tianyu untuk menendang dengan mengaitkan kakinya di kaki Tianyu. Sesekali ia melempar Tianyu menjauh dengan memegangi pergelangan tangan Tianyu. Sesekali ia juga melempar pria itu dan melayangkannya di udara.
Setiap gerakannya membawa Tianyu untuk bergerak mengikuti gerakannya seperti tarian duo.
Tak sampai setengah dupa, mereka sudah berhasil menumbangkan semua penyerang.
Anzu menyeret salah satu Shashou untuk diinterogasi.
Lu Xi dan Tianyu melompat turun dari atap kereta.
Shi Mo dan Shi Yi berkeliling memeriksa mayat-mayat para Shashou yang bergelimpangan di sana-sini untuk memastikan semuanya benar-benar sudah tewas.
Lalu semuanya berkumpul di sisi kereta mengerumuni Shashou yang masih hidup.
"Katakan siapa yang mengutus kalian?" tanya Tianyu seraya menodongkan ujung pedangnya ke leher Shashou itu.
Shashou itu tidak menjawab. Ia menggeram dan tersentak, lalu jatuh terpuruk dan tidak bergerak lagi.
"Racun tutup mulut!" Lu Xi menyimpulkan. Kemudian membungkuk merenggut kain penutup wajah Shashou itu dan mendapati darah sudah membanjir di mulut pria itu.
Racun tutup mulut adalah sejenis bahan peledak yang disisipkan di bawah lidah. Dalam keadaan mendesak, mereka tinggal mengigit pemicu bom dan membunuh dirinya untuk menghindari interogasi.
Anzu berjongkok di depan mayat itu dan memeriksa tubuhnya untuk mencari petunjuk. Tapi tidak menemukan apa-apa.
"Buka sepatunya!" Lu Xi menginstruksikan.
Tianyu mengerling diam-diam ke arah gadis itu dengan tatapan menilai. Dia sungguh tidak terduga, katanya dalam hati. Bangsa Han benar-benar tidak bisa diremehkan!
"Tentara abadi kerajaan," gumam Anzu yang secara otomatis membuat semua orang membungkuk untuk melihat apa yang ditemukannya.
Shashou itu ternyata mengenakan pelindung kaki dari logam bercorak khusus yang hanya dimiliki pasukan tentara abadi kerajaan.
Anzu menyingkap lengan bajunya juga dan mendapati Shashou itu juga mengenakan pelindung tangan serupa.
Tianyu mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Qiao Wu! geramnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sry Handayani
musuhnya saudaranya sendiri bahaya itu
2024-07-01
0