Lu Xi menarik bangkit tubuhnya dari lantai sembari menggembungkan pipinya. Lalu menerjang ke arah Tianyu seraya mengayunkan tinjunya.
Tianyu menangkap kepalan tangan Lu Xi dengan telapak tangannya, kemudian memuntirnya. Tapi hanya sedikit. Tiba-tiba ia mengerjap dan membeku. Tangannya masih mencengkeram kepalan tangan Lu Xi. Tatapannya terpaku pada pergelangan tangannya sendiri.
Lu Xi melengak menatap pria itu dengan alis bertautan.
Tatapan mereka saling menghujam satu sama lain dalam waktu yang lama.
Ternyata benar! pikir Tianyu. Ketika memuntir tangan Lu Xi, ia merasa seperti tangannya sendiri yang dipuntir. Kutukan itu benar-benar nyata.
Lu Xi mengerjap dan menyentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Tianyu, lalu mendengus dan mendelik sembari berbalik. Hampir bergegas ke arah pintu.
Tianyu segera menyergap bahu gadis itu dan menahannya.
"Lepaskan!" hardik Lu Xi sembari menepis tangan Tianyu dengan tangannya.
Tianyu tidak melepaskannya. "Sudah kubilang, mulai sekarang kau tak boleh menghilang dari pandanganku!" ia menegaskan.
"Kau—" Lu Xi berbalik dan mendorong dada Tianyu.
Tianyu tetap bergeming. Tapi cengkeraman tangannya sudah terlepas dari bahu Lu Xi.
Lu Xi memelototi pria itu sembari berkacak pinggang. "Apa maksudnya jangan menghilang dari pandangan?" geramnya dalam gumaman rendah. Ia menyorongkan kepalanya ke arah Tianyu, mendekatkan wajahnya ke wajah Tianyu.
Dan untuk pertama kalinya, Tianyu tidak menghindar. Tidak menarik wajahnya menjauh seperti kebiasaanya.
"Masih tidak menjawab?" Lu Xi akhirnya merenggut kerah baju Tianyu, menarik turun bahunya hingga ia membungkuk.
Tianyu juga tidak menolak.
"Baiklah…" Lu Xi menggeram semakin dalam. "Kalau begitu katakan di mana pengantinku? Apa kau menyekapnya? Atau dia sendiri yang memaksamu untuk menggantikannya?"
Rupanya sampai saat ini Lu Xi masih mengira keberadaan Tianyu di kamar pengantinnya semacam siasat jahat.
Tianyu berdesis menahan tawa. Tapi tetap tidak bergerak maupun memberontak.
"Apa yang lucu?" sembur Lu Xi tak sabar. "Kenapa kau tertawa?"
Tianyu tidak menjawab. Ia mengatupkan mulutnya dan mengulum senyumnya.
"Sebenarnya apa maumu?" Lu Xi akhirnya mulai serius. Raut wajahnya berubah dengan cepat. Menampakkan ekspresi tegas dan tenang dengan strategi yang cerdik bak pemain catur yang berpengalaman.
Tianyu mendesah pelan, "Jangan khawatir," katanya seraya menatap ke dalam mata Lu Xi. Mencoba menunjukkan ketulusan. "Aku tak akan menyentuhmu (dalam arti yang lebih intim), mengganggumu, maupun menindasmu. Aku tak akan melakukan apa pun yang melewati batas," ia meyakinkan.
Lu Xi mengerjap dan terperangah. Kembali ke wajah aslinya. Tolol!
"Yang perlu kau lakukan hanyalah tinggal di sisiku," jelas Tianyu. "Tak boleh pergi diam-diam, tak boleh ceroboh, tak boleh terluka. Hanya perlu memastikan kau baik-baik saja!"
Lu Xi kembali mengerjap dan menelan ludah. Kemudian merekahkan bibirnya, tapi tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
"Biar kuperjelas," imbuh Tianyu. "Kau sudah tak bisa lagi kembali ke Han'An. Kau tak punya pilihan sekarang!"
Lu Xi masih bergeming dengan mata dan mulut membulat.
"Aku berani menjamin hubungan kita selanjutnya akan berjalan sesuai keinginanmu," lanjut Tianyu setelah sejenak terdiam. "Tidak terikat hubungan suami-istri, tidak melanggar Dekret Kaisar. Dan yang terpenting, tidak membuatmu dicela oleh bangsamu sendiri. Menikah, tapi tidak menjadi suami-istri. Di depan semua orang, kau adalah istriku. Di depanku, kau hanyalah diplomat negara! Bukankah itu yang kau inginkan?"
"Kau…" Lu Xi mendesis parau dengan suara tercekat, menggerak-gerakkan mulutnya dengan penuh keragu-raguan.
Tianyu menaikkan sebelah alisnya. Menunggu!
"Kau… Pangeran Keempat…? Zhu… Tian… Yu…?" Lu Xi bertanya terbata-bata. Seperti orang yang baru belajar bicara.
Tianyu mengangguk sembari mengulum senyumnya.
Lu Xi menelan ludah dengan susah payah, kemudian menatap wajah Tianyu.
Tiba-tiba Lu Xi tak yakin apa yang harus dilakukan. Tidak mengira Pangeran Keempat adalah si Wajah Kaku.
Ia bahkan tak tahu apakah ia harus gembira atau sebaliknya.
Kebenaran tentang Tianyu mematahkan seluruh prasangka dan angan-angannya. Meluruhkan semua rencana dan persiapannya.
Perjanjian kesepakatan yang dirancangnya hanya akan berlaku jika Pangeran Keempat tidak sesuai dengan harapan.
Si Wajah Kaku yang dikenalnya tidak termasuk pria yang tidak diharapkan sekaligus tidak termasuk yang diharapkan.
Lu Xi sama sekali tidak merasa keberatan jika pria itu menjadi suaminya. Namun bersamaan dengan itu, dia juga tidak percaya pria itu menjadi suaminya.
Kalau Pangeran Keempatnya dia… aku malah tak tahu harus bagaimana, Lu Xi menggumam dalam hatinya. Tapi apa maksudnya jangan menghilang dari pandangan?
Tianyu tertawa dalam hatinya. Kemudian berdeham sembari mengepalkan sebelah tangan di depan mulutnya. "Jadi, bagaimana?" tanyanya kemudian.
"Baik…!" Lu Xi menjawab ragu. "Tapi apa maksudnya tak boleh menghilang dari pandangan?"
Tianyu hampir tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. "Aku tak pernah mengulangi perkataanku sampai dua kali," ia menegaskan.
Penyiksaan dimulai sejak mereka harus berbagi tempat tidur.
Keduanya berbaring kaku di bawah satu selimut dengan tetap menjaga jarak, tidak berani bergerak, tidak berani berbalik atau berguling untuk mencari posisi yang nyaman.
Hanya terlentang kaku dan mengerjap.
Situasi itu membuat tubuh keduanya terasa kebas sementara kantuk mereka tak kunjung bertandang.
Celakanya, Kaisar mengirim seorang Penguping untuk memantau aktivitas mereka.
Tianyu bisa mendengar gerakan halus si penguping yang mengendap-endap di depan pintu kamar mereka.
Ia mengerling ke arah Lu Xi dan mencoba membuka mulutnya, tapi lalu hanya tergagap tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
"Lihat apa?" geram Lu Xi sembari mendelik pada Tianyu.
Tianyu menggeser kepalanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Lu Xi.
Lu Xi spontan terbelalak.
Tianyu mengacungkan telunjuk di depan mulutnya mengisyaratkan Lu Xi untuk tenang, lalu berbisik di telinga Lu Xi, "Di luar ada Penguping. Kaisar mengirimnya untuk memantau aktivitas kita," ia memberitahu.
"Ada hal seperti itu?" desis Lu Xi sembari mengerutkan keningnya. Kemudian melirik Tianyu dan terperanjat, "Tunggu dulu!" katanya dalam bisikan tajam. "Meskipun kau tampan, jangan harap kau bisa menyentuhku!" ancamnya.
Tianyu mengerang sembari mendesah pelan. "Hanya penguping," bisiknya bernada menghardik. "Tak mungkin sampai mengintip. Itu melanggar norma. Lagi pula siapa yang ingin menyentuhmu? Yang perlu kita lakukan hanya bersuara!"
"Bersuara?" tanya Lu Xi tak mengerti.
Tianyu mengetatkan rahangnya, "Yang kumaksud adalah suara aktivitas malam pertama pasangan suami-istri."
"Mana aku tahu suaranya seperti apa?!" Lu Xi melotot tak sabar.
Tianyu menggeram tertahan seraya menggertakkan giginya. "Kalau begitu aku akan membantumu," katanya bernada jengkel, lalu mencubit sebelah pipi Lu Xi.
Lu Xi spontan meringis dan menepiskan tangan Tianyu.
Tianyu terkekeh tipis.
Si "Penguping" membekap mulutnya menahan senyum, membayangkan adegan panas malam pertama di ranjang pengantin.
Lu Xi menggeram seraya mendorong perut Tianyu dengan lututnya.
"Ugh!" Tianyu memekik tertahan.
Imajinasi si "Penguping" di luar semakin liar.
Tianyu menepiskan lutut Han Lu Xi dengan tangannya.
Lu Xi balas menepis tangan Tianyu.
Detik berikutnya, kedua mempelai itu saling baku-hantam dan mengacaukan seisi kamar.
Bag! BUG!
Bag! BUG!
BRUAK!
Demikian pada akhirnya cerita malam pertama mereka sedikit terlalu bersemangat.
Pertarungan berakhir imbang.
Kedua-duanya sama-sama babak-belur.
Benar-benar Pasangan Bencana!
Si Penguping di luar berlanting gembira dengan wajah semringah. Lalu bergegas meninggalkan kediaman mereka untuk melaporkan berita panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments