Lu Xi duduk terpuruk sepanjang perjalanan pulang. Raut wajahnya terlihat bosan.
Apakah Nona Hu juga bertemu Shashou dalam perjalanan? Lu Xi bertanya-tanya dalam hatinya, sementara Tianyu terus menyimak.
Orang tua Hu Li Na mengatakan, Hu Li Na belum sampai di kediaman.
Tidak, tidak! Sergah Lu Xi dalam hatinya. Jika benar seseorang telah menjebaknya, dia takkan dibunuh dengan mudah. Orang itu masih membutuhkan Nona Hu. Pasti belum keluar dari istana, ia menyimpulkan.
Kalau begitu aku hanya perlu memastikan di mana Qiao Wu menyekap Hu Li Na, pikir Tianyu sementara ia duduk bergeming sembari berpangku tangan.
Sayang sekali! Lu Xi membatin getir. Di istana aku tak bisa leluasa. Kemudian ia mengerling ke arah Tianyu dengan wajah cemberut. Orang ini memelototiku sepanjang waktu, gerutunya dalam hati. Kediamannya dijaga ketat seperti penjara.
Tianyu mengetatkan rahangnya diam-diam.
Dasar kucing pencuri! Umpat Tianyu dalam hatinya. Kerjanya hanya menggeram dan memelototi diam-diam, menunggu kesempatan untuk mencuri dan melarikan diri.
Sesampainya di istana, Tianyu terus menempel di sisi Lu Xi ketika mereka berjalan di koridor.
Lu Xi melirik berkali-kali ke arah Tianyu melalui sudut matanya seperti anak kecil yang tidak menerima kekalahan dalam suatu permainan. Orang ini benar-benar senggang, gerutunya dalam hati sembari mendelik.
Tianyu tetap memasang wajah datar meski hatinya merasa tergelitik.
Tiga pengawal mereka mengekor di belakang dengan gerakan luwes penuh energi, memancarkan aura bintang muda yang berbinar-binar seperti boyband Korea di zaman modern. Sebut saja… Trio Broker—Berondong Keren!
Lu Xi mengerling melewati bahunya, mencoba menimang-nimang alasan untuk menyingkirkan Si Kembar.
Aku harus mencari cara untuk membuat bajingan ini sibuk dan mengirim Si Kembar ke ujung dunia, pikir Lu Xi.
Mau coba-coba kabur dariku? Pikir Tianyu. Jangan harap!
Mencapai teras kediaman mereka, Yueyan dan pelayan Tianyu menyambut mereka dengan membungkuk, menjamu mereka dengan sepoci teh dan aneka kudapan setelah keduanya memasuki ruang duduk.
"Aku ingin mandi," kata Lu Xi beralasan. Kemudian memanggil Yueyan untuk melayaninya.
Tianyu tak berkutik. Bagaimanapun perjanjian tetaplah perjanjian. Hanya saat mandi dan berganti pakaian, Lu Xi baru bisa terbebas dari pengawasan Tianyu.
"Aku benar-benar bosan!" erang Lu Xi dari ruang pemandian.
Tianyu tersenyum samar. Kemudian memanggil kedua pengawalnya. Lalu mengutus mereka untuk memata-matai kediaman Pangeran Kedua tanpa sepengetahuan Lu Xi, dan selama itu, tidak sekali pun Tianyu beranjak dari ruang duduk. Terus berjaga seakan tak punya pekerjaan lain.
Waktu berlalu…
Lu Xi tak juga keluar dari ruang pemandian.
Apa sebenarnya yang dia lakukan? Kenapa lama sekali? Tianyu bertanya-tanya dalam hatinya. Mulai curiga dengan situasinya.
Ia beranjak dari tempat duduknya dan memeriksa ke kamar rias. Lu Xi tidak ada di sana. Begitu juga dengan pelayan pribadinya.
Tidak benar! Tianyu menyadari. Tanpa pikir panjang, ia pun menerobos masuk ke ruang pemandian dan tersentak, lalu buru-buru berpaling.
Seseorang sedang berendam di dalam bak mandi. Memunggunginya. Dan tentu saja dalam keadaan telanjang.
Ternyata dia benar-benar belum selesai, pikir Tianyu merasa tak enak hati. "Kenapa lama sekali?" tanyanya tanpa berani menoleh.
Tidak ada jawaban.
Gadis dalam bak mandi itu menggigil sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada, memeluk dirinya sendiri. Ia mengerling melewati bahunya dengan takut-takut.
Bersamaan dengan itu, Tianyu juga sedang mengintip melalui ekor matanya.
Gadis dalam bak mandi itu serentak memucat.
Tianyu spontan menggeram seraya mengepalkan tangannya. "Yueyan!" hardiknya dengan murka. "Cepat kenakan pakaianmu!" Kemudian melangkah keluar dengan langkah-langkah lebar.
Beberapa saat kemudian, Yueyan sudah berpakaian lengkap dan melangkah keluar, berdiri gemetar di belakang Tianyu. Wajahnya tertunduk ketakutan.
"Mana dia?" tanya Tianyu dengan suara menggeram.
"Tuan Putri…" Yueyan menjawab parau. "Tuan Putri…"
"Katakan!" hardik Tianyu dengan suara yang menggelar.
Yueyan menjatuhkan dirinya di lantai, kemudian tersungkur di dekat kaki Tianyu. "Hamba tak bisa mengatakannya," ratapnya mengais pengampunan.
"Pengawal!" Tianyu kembali berteriak.
Dua orang penjaga menyeruak ke dalam dan membungkuk serentak.
"Tangkap pelayan ini dan kurung dia di gudang!" titah Tianyu.
Yueyan spontan menjerit dan memohon-mohon.
Para pengawal itu menyeretnya keluar.
Yueyan meronta-ronta sembari memohon-mohon pada Tianyu.
Tianyu tidak peduli.
Anzu tergagap melihat gadis pelayan itu dengan raut wajah gusar, kemudian menatap Tianyu dengan ketakutan. Lalu buru-buru membungkuk.
Dengan raut wajah angker, Tianyu melangkah keluar dan bergegas meninggalkan kediamannya.
Sementara itu…
Di salah satu paviliun di wisma tamu, Lu Xi membungkuk di atap, mengintip ke dalam sebuah ruangan di mana Hu Li Na pernah tinggal melalui celah genting yang digesernya sedikit.
Seisi ruangan terlihat kosong dan telah dirapikan. Tidak ada tanda-tanda Hu Li Na pergi tanpa rencana. Barang-barangnya sudah tidak berada di sana.
Kemungkinan Nona Hu disergap di luar istana, pikir Lu Xi. Lalu memutuskan untuk memeriksa tempat lainnya. Tempat penambatan kereta kuda! Ia memutuskan.
Setelah mengunjungi keluarga Hu, Lu Xi sudah mengetahui simbol keluarga Hu. Simbol seperti itu biasa digunakan sebagai tanda pengenal tiap-tiap klan atau kelompok tertentu.
Ia hanya perlu menemukan kereta kuda dengan simbol yang sama untuk memastikan apakah Hu Li Na sempat meninggalkan istana sebelum ditangkap. Hal itu dibutuhkan untuk mencari petunjuk lainnya.
Tapi ketika ia melompat turun dan mendarat di pekarangan belakang paviliun itu, sesuatu di jendela menarik perhatiannya.
Sejumput jumbai---gantungan dari benang yang biasa digunakan untuk hiasan batu giok yang menggelantung di ikat pinggang, terjepit di tepi jendela yang tertutup rapat.
Lu Xi mengendap ke teras dan mendekat ke jendela itu, menarik jumbai itu dengan hati-hati dan menyimpannya untuk diteliti. Kemudian menyelinap ke sudut taman.
Beberapa saat kemudian, Lu Xi sudah menyelinap di area penambatan kereta kuda, mengendap-endap di antara deretan kereta itu dan menelitinya satu per satu.
Tidak ada kereta milik keluarga Hu! Lu Xi menyimpulkan setelah yakin semua kereta telah diperiksa.
Derap langkah seseorang terdengar mendekat.
Lu Xi spontan waspada. Dengan cepat ia menyelinap keluar dari gang antara deretan kereta kuda, kemudian melesat ke semak-semak tanaman hias.
KRAAAKK!
Lu Xi menginjak ranting kering ketika ia mendarat.
"Siapa?" teriak seseorang yang sedang mendekat tadi. Seorang penjaga taman.
Pria itu mendekat ke tempat persembunyian Lu Xi.
Gawat! pikir Lu Xi. Kemudian memaksa dirinya untuk berpikir cepat.
Tapi sebelum ia dapat berpikir, sebelum ia dapat bereaksi, penjaga taman itu sudah menemukannya.
"Siapa kau?" hardik penjaga itu.
Lu Xi menoleh dan mendongakkan wajahnya dengan gelagapan. "Aku—"
"Kenapa mengendap-endap?" Ternyata penjaga taman itu tidak mengenali Lu Xi.
"Aku—"
"Aku apa?" sembur penjaga itu tak sabar. "Kau seorang penyusup. Pasti mata-mata!"
"Ehem!" Suara seseorang menyela mereka.
Lu Xi dan penjaga taman itu serentak menoleh ke sumber suara.
Penjaga taman itu spontan membungkuk.
Zhu Tian Yu, tahu-tahu sudah berdiri di belakang penjaga taman itu sembari bersedekap. "Sudah! Tak perlu dicari lagi," katanya—entah bicara omong kosong apa. "Aku tampan dan kaya, aku bisa membelikanmu yang baru!"
Penjaga taman itu serentak memucat. "Permaisuri!" pekiknya kalang-kabut, lalu menjatuhkan dirinya di depan Lu Xi---berlutut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sry Handayani
bisaaje babang/Hey/
2024-07-01
0
Suezie Anggel
🥰🥰🥰💝💝💝💝
2023-09-29
0