Reuni

"Jangan terburu-buru, Veda. Dilihat dari pakaian mereka, aku duga mereka adalah anjing milik negara ini. Siapa tau bisa dijadikan sandera?"

"Tapi ada warga sipil diantara mereka. Kau melihatnya ibu dan anak itu? Aku dapat mencium bau lezat dari mereka berdua." Air liur menetes dari mulut Veda.

Apa-apaan mereka ini?

Itulah yang saat ini Ramesh pikirkan.

"Bersiaplah! Mereka berdua adalah penyusup yang dibicarakan prajurit yang datang ke istana hari ini." Bisik Veer pada ketiga temannya.

"Ck ... sial sekali kita bertemu dengan mereka disini. Bukannya komandan yang akan menghabisi mereka?" Ramesh mendecakkan lidahnya.

"Devika, cepat bawa pergi ibu itu dan anaknya ketempat yang aman. Setelah itu kembali kesini untuk membantu, ku mohon!" Alisa membuat keputusan yang tepat.

Devika mengangguk kemudian menghilang bersama ibu dan anaknya, menjauh dari medan perang.

"Menghilang? Sudah kuduga, mereka juga memiliki kemampuan. Sepertinya kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan."

Kata Rohan sambil membenarkan posisi kacamatanya dengan jari telunjuk.

"Jadi, aku boleh membunuh mereka?" Veda mengulang pertanyaan yang sama.

"Kau cukup membuat mereka lumpuh." Itulah keputusan Rohan.

Ramesh, Veer, dan Alisa mengeraskan rahang mereka, siap bertarung.

"Ck ... kau terlalu membosankan, Rohan. Setidaknya aku akan mencoba bersenang-senang dengan menyiksa mereka bertiga."

Trio bodoh mengambil ancang-ancang, merencanakan sesuatu.

"Ultraviolets flakes." Veda merapalkan mantra.

3 sinar terang ditembakkan dari langit, menembus awan-awan besar yang menghalangi.

Kemungkinan besar itu sinar ultraviolet yang berasal dari matahari.

Saat sinar semakin mendekati mereka bertiga,

"Sekarang!" Ramesh memberikan instruksi.

Trio itu berpencar kearah yang berbeda.

Sinar ultraviolet itu menghantam tanah kosong dan menghancurkannya, menyisakan 3 lubang yang sangat besar dan dalam.

"Lumayan, kurasa kalian akan mampu mengusir rasa bosanku." Veda menjilati bibirnya sendiri.

Ramesh mengepalkan kedua tangannya, Veer menarik pedang dari tempurungnya. Mereka berdua berlari mengincar Rohan sebagai musuhnya.

Sementara Alisa mempunyai tugas untuk mengambil alih pikiran Veda.

"Collection of natural forces."

"Unblocked version"

Ramesh dan Veer menyerang bersamaan.

Kepalan tangan Ramesh yang dipenuhi oleh kekuatan alam itu diarahkan langsung pada wajah Rohan.

Tebasan pedang Veer menyerang tubuh Rohan secara horizontal.

Rohan menunduk kemudian melompat mundur dengan sangat cepat, dia dengan mudah menghindari serangan dari keduanya.

"Tidak mungkin!" Ramesh dan Veer tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Rohan mengambil kesempatan saat Ramesh dan Veer dalam posisi menyerang, dengan begitu pertahanan mereka sangat lemah lalu segera melakukan counter attack.

"Depletion of life."

Rohan memukul perut keduanya sekaligus mengalirkan jurusnya melewati pukulan tersebut.

Ramesh dan Veer terpental jauh, terguling-guling karena pukulan Rohan.

Merasa nostalgia ketika menciumi tanah, Ramesh mencoba berdiri kembali.

Namun saat itulah efek dari serangan Rohan terasa. Energi terkuras habis dari tubuhnya, membuat Ramesh tidak mampu menggerakkan kakinya walaupun hanya sedikit.

"Tenaga ku benar-benar terkuras habis. Veer, bagaimana dengan-"

Kata-katanya terhenti setelah melihat Veer tersungkur di tanah, tidak bergerak.

Wajah Ramesh memucat, dia tidak menyangka mereka berdua akan dikalahkan semudah ini.

"Kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tetanggaku yang masih berusia 10 tahun. Tapi benar apa kata Veda, sepertinya aku bisa bersenang-senang dengan kalian."

Rohan tersenyum, berjalan mendekati Ramesh yang sudah tidak bisa bergerak, lalu menendang perut Ramesh sekuat tenaga.

Ramesh kembali terlempar jauh ke belakang.

Dimana kau, komandan Aray?

Hanya itu yang ada dipikiran Ramesh ketika terus dipukuli oleh Rohan.

Rambutnya dijambak, mukanya babak-belur. Dalam keadaan seperti itu, ia melirik Alisa yang sedang berada dalam pertarungan.

"Control of the devil's mind."

Alisa mencoba mengambil alih pikiran Veda. Namun, yang terjadi tidak sesuai yang diharapkan.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kau sedang bercanda?"

Tidak terjadi apapun pada Veda.

Entah karena Veda yang terlalu kuat atau Alisa yang terlalu lemah.

Sama seperti Ramesh, wajah Alisa terlihat sangat pucat saat menyadari perbedaan kekuatan mereka yang terlalu jauh.

Tanpa Alisa Sadari, Veda telah berdiri dihadapannya dan mencekik lehernya dengan kuat.

"Oi, oi ... kau serius tidak sih? Aku jadi kesal, tau!" Cengkraman Veda makin kuat.

Alisa tersenyum, masih ada satu orang lagi yang belum Veda sadari keberadaannya.

"Apa yang kau tertawa–"

Sebuah pisau kecil tiba-tiba tertancap di punggung Veda, tepat di bagian vitalnya, tulang sumsum. Darah menyebar dengan cepat pada seragam yang Veda kenakan.

Dari gagang pisau itu perlahan mulai terlihat orang yang memegangnya.

Devika.

"Keparat! Aku akan membunuhmu."

Veda yang kesal karena ditusuk dari belakang, langsung menghajar Devika tepat di wajahnya.

Devika hanya mempunyai bakat untuk menghilang, sisanya nol besar sehingga ia diterbangkan oleh pukulan Veda. Tanpa menunggu sedetikpun untuk Devika berdiri kembali,

Veda merapalkan mantra mematikan,

"ghost missile."

Laser berwarna hitam pekat ditembakkan dari ujung jari Veda, Itu adalah serangan yang mampu menghancurkan arwah lawan.

Setelah terkena serangan ini bahkan arwah mu tidak akan bisa pergi ke surga ataupun neraka dikarenakan arwah tersebut sudah lenyap, terbakar habis serangan mematikan itu.

Sungguh, nyawa mereka berempat berada dalam bahaya.

Komandan Aray, selamatkan kami!

Batin Alisa berkata demikian.

Serangan mematikan itu semakin mendekati Devika.

"Devika! Menghindar!" Teriak Alisa padanya.

Tapi itu tidak mungkin.

Saat Devika telah pasrah menerima kematiannya, tembakan laser itu meleset dari target nya. Terpantul ke angkasa, menembus awan-awan yang hingga diatasnya.

Tidak, Itu bukan meleset, tapi seseorang menepisnya dengan tangan kosong.

Seorang yang masih amat sangat muda, dengan wajah datar, ia berkata,

"Maaf, aku terlambat."

"Komandan Aray!"

Alisa, Ramesh, dan Devika tercengang dengan kemunculannya secara tiba-tiba.

Tapi Veda dan Rohan tidak kalah kaget, karena serangan pamungkas Veda yang dapat ditahan sebegitu mudahnya.

"Kau! Kau adalah bocah yang menahan serangan ku saat disekolah!"

Rohan menyadari bahwa mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Brengsek! Aku akan membalasmu untuk yang sebelumnya!"

Veda mengingat ini adalah kedua kali serangan pamungkasnya di tahan oleh orang yang sama.

"Oh? Ternyata kalian. Reuni yang menyenangkan bukan? Tapi maaf saja, aku sudah terlalu lelah, jadi, aku tidak bisa menemani kalian bermain."

"Omong kosong! Aku yakin kau masih mempunyai banyak kekuatan untuk bertarung melawan kami berdua. Jika tidak, mana mungkin berani datang kesini sendirian."

Kata veda sambil memegangi bekas luka tusuk yang masih terbuka.

"Tidak juga, aku datang kesini karena yakin mampu mengalahkan kalian berdua dengan cepat. Contohnya seperti ini." Aray membalas santai.

Ptak

Jentikan jari pertama adalah untuk memindahkan quartet bodoh itu berteleportasi kesisinya dan memasang pelindung sihir mutlak pada mereka.

Ptak

Jentikan jari yang kedua itu untuk melancarkan serangan.

"Destructive waves."

Bersamaan dengan jentikan jari aray, gelombang elektromagnetik yang sangat kuat ikut tersebar ke area sekitarnya.

Dengan gelombang tersebut, aray mengincar otak mereka.

Otak merupakan organ tubuh vital yang menjadi pusat koordinasi dalam tubuh manusia, sehingga apabila otak mengalami kelainan maka akan berpengaruh besar pada kontrol kordinasi pada tubuh manusia.

Gelombang elektromagnetik sebesar itu mampu memporak-porandakan kerja otak manusia sehingga koordinasi antar organ tubuh menjadi tidak seimbang dan mengakibatkan lumpuh sementara.

Sekuat apapun mereka, gelombang ini pasti akan berdampak pada keduanya.

Veda dan Rohan seketika ambruk dan terbaring dalam keadaan lumpuh.

Karena pada pertarungan sebelumnya Aray gagal membawa pulang mangsanya, kali ini dia tak akan melepaskan mereka berdua dengan mudah.

Pertarungan selesai.

"Eh? Sudah selesai?" Ramesh tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Komandan Aray memang yang terbaik!" Setelah berkata begitu Alisa menangis terisak.

"Hiks... Hiks.." Alisa terus menerus menghapus air matanya, tetapi air mata itu tak kunjung berhenti turun dari sumbernya.

"Oi! Kenapa kau menangis? Bukankah komandan menang?"

Ramesh yang tak tahan melihat perempuan menangis segera bertanya.

"Tidak, aku kira kita semua akan mati. Tetapi setelah komandan datang, aku benar-benar bersyukur kita masih hidup. Terimakasih banyak, Komandan." Alisa tersenyum dan menangis pada saat yang bersamaan.

Hal itu membuat Aray bingung sehingga ia mengulurkan tangan dan mengusap air mata yang ada di pipi Alisa.

Alisa tampak sedikit kaget.

"Aku bukanlah ahli dalam menenangkan seorang perempuan yang menangis. Jadi, jangan buat aku bingung."

"Ternyata kau bisa romantis juga ya, Komandan?" Alisa tersenyum manis.

Saat Aray disebut romantis, ia sedikit gelagapan.

"Aduh ... kepalaku sangat sakit ... apa yang sedang terjadi?"

Veer yang baru bangun dari tidur panjangnya memasang wajah bodoh.

Demi melihat wajah yang benar-benar bodoh itu, mereka semua tertawa bersama.

Hari sudah menjelang malam, sudah saatnya mereka kembali ke istana.

"Baiklah, Ini sudah terlalu larut. Karena kita mendapat tangkapan yang besar, kita harus segera kembali ke istana dan melapor pada raja." Kata Aray dengan wajah yang tetap datar.

"Baik, Komandan!" Quartet bodoh sudah kembali dalam semangatnya.

"Tapi tetap saja, dilihat dari manapun, kau ini sangat datar ya, komandan?"

Ramesh menciptakan lelucon dan membuat mereka semua kembali tertawa.

Langit sudah gelap saat mereka kembali ke istana.

Hari ini sungguh melelahkan bagi.

Dan hari ini adalah awal mula dari hari-hari melelahkan selanjutnya.

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

hari yg melelahkan

2022-12-28

0

Shofia Febrianti

Shofia Febrianti

bagi siapa kak😁

2022-03-25

0

Satria Kirana

Satria Kirana

ceritanya emejing, good job thor 🥰👍👍

2021-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Upacara pembukaan
3 Perkenalan
4 Perkenalan 2
5 Kemampuan & kekuatan
6 Penyerangan
7 Penyerangan 2
8 Ancaman
9 Imajinasi & hal yang nyata
10 Ekspektasi & Realita
11 Wanita Menyebalkan
12 Militer
13 Seleksi
14 Pembunuhan masal
15 Kenangan si pelaku
16 Pleton 1
17 Kebenaran yang tak terduga
18 Penyelamatan
19 Reuni
20 Reuni 2
21 Anggota baru
22 Kejadian yang sama
23 Terlambat
24 Sangat terlambat
25 Masa kecil
26 Rapat
27 2 serangan terakhir
28 Junior yang malas
29 Kesombongan level dewa
30 Pemalas yang jenius
31 Kecurigaan Alicia
32 Pulau Andalas
33 Pulau Andalas 2
34 Pulau Andalas 3
35 Ruang hampa
36 Harapan
37 Pelarian
38 Andai aku
39 Sandiwara
40 Firasat
41 Survival
42 Legenda
43 Dunia Ini Rusak
44 Makhluk Mitologi
45 Peliharaan
46 Keluar
47 Hari-hari terakhir
48 Ujian Penempatan 1
49 Ujian Penempatan 2
50 Ujian Penempatan 3
51 Sadar Akan Diri
52 Sebuah Persiapan
53 Raja?
54 1 Vs 10,000,000
55 Tujuan
56 Eadred
57 Tak Perlu Khawatir
58 Berita Mengejutkan
59 Badan Kepolisian Negara
60 Kamera
61 Kediaman Bayanaka
62 Cilukba
63 Matahari
64 Pulang
65 Meliburkan Diri
66 Diriku Yang Lain
67 Meth
68 Ada Lagi?
69 Rak Hitam
70 Festival Alles 1
71 Festival Alles 2
72 Festival Alles 3
73 Mythomania
74 Kejutan Hart?
75 Akhir Dari Dunia
76 Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77 Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78 Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79 Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80 Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81 Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82 Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83 Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84 Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85 Nomor Telepon
86 Goddin
87 Tamasya
88 Berangkat! - Zand Kingdom
89 Maria Ocean
90 Fellow City
91 Altar
92 Visual
93 Broken House
94 Dandelion City
95 Mata Uang
96 Celah Peraturan
97 Kesalahan
98 Mawar Di Tengah Neraka
99 Evolusi
100 Mata Biru
101 Canggung
102 Laksanakan!
103 Psikis
104 Gagal
105 Hakim Agung
106 Hak-Hak
107 Tak Ada Yang Mustahil
108 Isi Hati
109 Garden Of Death
110 Selanjutnya
111 Visual
112 Psikopat Dermawan
113 Pindah Rumah
114 Denza, Kota Para Dewa
115 Sudut Pandang Yang Berbeda
116 Pertarungan Pembuka
117 Barie Sang Naga Putih
118 Satu Goresan Kecil?
119 Senyuman
120 Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Upacara pembukaan
3
Perkenalan
4
Perkenalan 2
5
Kemampuan & kekuatan
6
Penyerangan
7
Penyerangan 2
8
Ancaman
9
Imajinasi & hal yang nyata
10
Ekspektasi & Realita
11
Wanita Menyebalkan
12
Militer
13
Seleksi
14
Pembunuhan masal
15
Kenangan si pelaku
16
Pleton 1
17
Kebenaran yang tak terduga
18
Penyelamatan
19
Reuni
20
Reuni 2
21
Anggota baru
22
Kejadian yang sama
23
Terlambat
24
Sangat terlambat
25
Masa kecil
26
Rapat
27
2 serangan terakhir
28
Junior yang malas
29
Kesombongan level dewa
30
Pemalas yang jenius
31
Kecurigaan Alicia
32
Pulau Andalas
33
Pulau Andalas 2
34
Pulau Andalas 3
35
Ruang hampa
36
Harapan
37
Pelarian
38
Andai aku
39
Sandiwara
40
Firasat
41
Survival
42
Legenda
43
Dunia Ini Rusak
44
Makhluk Mitologi
45
Peliharaan
46
Keluar
47
Hari-hari terakhir
48
Ujian Penempatan 1
49
Ujian Penempatan 2
50
Ujian Penempatan 3
51
Sadar Akan Diri
52
Sebuah Persiapan
53
Raja?
54
1 Vs 10,000,000
55
Tujuan
56
Eadred
57
Tak Perlu Khawatir
58
Berita Mengejutkan
59
Badan Kepolisian Negara
60
Kamera
61
Kediaman Bayanaka
62
Cilukba
63
Matahari
64
Pulang
65
Meliburkan Diri
66
Diriku Yang Lain
67
Meth
68
Ada Lagi?
69
Rak Hitam
70
Festival Alles 1
71
Festival Alles 2
72
Festival Alles 3
73
Mythomania
74
Kejutan Hart?
75
Akhir Dari Dunia
76
Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77
Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78
Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79
Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80
Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81
Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82
Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83
Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84
Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85
Nomor Telepon
86
Goddin
87
Tamasya
88
Berangkat! - Zand Kingdom
89
Maria Ocean
90
Fellow City
91
Altar
92
Visual
93
Broken House
94
Dandelion City
95
Mata Uang
96
Celah Peraturan
97
Kesalahan
98
Mawar Di Tengah Neraka
99
Evolusi
100
Mata Biru
101
Canggung
102
Laksanakan!
103
Psikis
104
Gagal
105
Hakim Agung
106
Hak-Hak
107
Tak Ada Yang Mustahil
108
Isi Hati
109
Garden Of Death
110
Selanjutnya
111
Visual
112
Psikopat Dermawan
113
Pindah Rumah
114
Denza, Kota Para Dewa
115
Sudut Pandang Yang Berbeda
116
Pertarungan Pembuka
117
Barie Sang Naga Putih
118
Satu Goresan Kecil?
119
Senyuman
120
Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!