Ancaman

"Apa yang terjadi?"

Para murid yang sadar setelah dihentikannya waktu terbangun kebingungan.

"Kenapa kita tiba-tiba bisa berpindah tempat begini?"

Mereka mulai bertanya satu sama lain. Namun, tidak ada yang dapat menjawabnya.

"Di mana kita?" Ketua kelas Unver bertanya kepada temannya.

"Sepertinya kita berada di depan gerbang utama sekolah."

"Sungguh aneh. Seingatku, kita semua masih bertarung melawan para penyusup itu, dan tadi dia menembakkan sesuatu .... " Wajah ketua kelas Unver menjadi pucat pasi setelah mengingatnya.

Setelah melihat sekelilingnya, ia memutuskan untuk mengontrol situasi yang tengah terjadi saat ini.

"Apakah kalian semua baik-baik saja?" Ia bertanya cemas.

"Ya, kami baik-baik saja! Banyak yang terluka, tetapi tidak ada korban jiwa." Jelas salah satu bawahannya.

"Syukurlah .... "

Terlihat di dekat gedung utama sekolah seorang murid perempuan tengah berjalan kembali ke gedung olahraga.

Dia Alicia.

Sepertinya dia mencoba mencari Aray, kakaknya.

Dengan perasaan gelisah ia berlari melihat ke sekelilingnya, berharap menemukan orang yang ia cari.

Namun, langkahnya terhenti saat seseorang yang memanggilnya.

"Alicia! Apakah kau juga sedang mencari Aray? Jika iya, biarkan aku membantumu." Itu alvarado.

"Oh ... Alvarado. Terimakasih aku terbantu."

"Ya ... Tidak apa-apa."

"Aku tidak melihat kakak sejak kita berpindah tempat secara tiba-tiba. Apakah kau melihatnya?"

"Kalau aku sudah menemukannya, maka aku tidak akan membantumu untuk mencarinya."

"Benar juga ya ... Ngomong-ngomong, sedari tadi aku juga tidak melihatmu. Kau dari mana saja?"

"Ah ... Daripada itu, lebih baik kita bergegas mencarinya." Ia mengelak.

"Baiklah"

Kemudian mereka berdua kembali mencari Aray.

.

.

.

.

Setelah ledakan besar terjadi, aku memeriksa keadaan para penyusup, namun, aku sama sekali tidak menemukan mereka.

Kabur ya?

Ya tidak masalah. Lagipula mereka juga sedang terluka parah. Jika ada yang mengejarnya, kemungkinan besar para penyusup itu akan tertangkap.

Tapi kalau tidak ... Yasudahlah.

Tidak akan menjadi masalah bagiku. Jika mereka datang lagi dan membawa teman-temannya, aku tinggal menghancurkan mereka semua.

Setelah mendapatkan hasil yang mengecewakan, aku kembali ke tempat para siswa berkumpul.

Memasukkan tangan ke dalam saku lalu berjalan menyusuri gedung sekolah menuju gerbang utama.

Di perjalanan aku bertemu Alicia dan Alvarado.

"Kakak!" Alicia berlari kearahku.

Diikuti oleh Alvarado dibelakangnya sambil melambaikan tangannya.

Ketika sampai Alicia langsung memelukku.

"Kau dari mana saja? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu."

Aku agak sedikit risih. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit memeriksa keadaan."

"Syukurlah kalau kau baik-baik saja." Ia menghela napas panjang, melepaskan pelukannya.

"Aku kira kau sudah mati atau semacamnya." Alvarado angkat bicara.

Aku diam menatapnya.

"Eh ... Tidak mungkin kau mati ya?" Dia cengar-cengir sendiri.

"Karena kita sudah berkumpul. Ayo kembali!" ajak Alicia.

"Ya." Balasku singkat.

.

.

.

.

Suara bel berbunyi menandakan datangnya jam pulang sekolah.

Para murid merapihkan barang bawaannya.

"Baiklah! Pelajaran hari ini selesai. Jangan lupa untuk terus berlatih di rumah!" Pak Roy mengakhiri pelajaran dengan kata-kata mainstreamnya.

"Baik!" jawab para murid serempak.

"Dan tentang kemarin, jangan terlalu dipikirkan. Pihak sekolah telah mengurusnya." Katanya, merapikan buku yang ia bawa.

Kali ini semua murid terdiam, menunduk dalam-dalam.

"Kalau begitu, Bapak duluan. Oiya, satu lagi. Hampir saja lupa. Aray! Datanglah ke ruangan kepala sekolah, beliau menunggumu."

Setelah mengatakan hal yang merepotkan, ia berjalan pergi meninggalkan kelas.

Ada urusan apa kepala sekolah dengan ku?

Dipikirkan pun akan merepotkan.

Aku memutuskan untuk menyelesaikan hal ini dengan cepat, bangkit dari kursi, pergi berjalan keluar kelas.

Setelah mencari tempat sepi, aku berteleportasi ke depan pintu ruangan kepala sekolah.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk pintu.

"Masuklah!" Terdengar suara ringan dari dalam.

Aku membuka pintu dan melangkah masuk.

Ruangan ini cukup besar, perabotannya disusun dengan rapi, sehingga tidak terlalu memenuhi ruangan.

Siluet hitam dari kursi yang ada di hadapanku terlihat, karena cahaya terang di belakangnya aku jadi tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Badannya tidak besar malahan bisa dibilang kecil. Dan jika dilihat dari bayangannya, dia juga langsing.

Apa dia seorang perempuan?

"Salam kenal dan selamat datang di ruanganku, Aray. Namaku dari Daiva Hira. Kau bisa memanggilku Bu Hira." Ia memperkenalkan diri.

Ternyata benar, dia perempuan. Kalau dilihat dia masih muda, wajahnya sangat cantik dan menawan.

Mungkin masih kisaran umur 20 tahun?

"Jadi ada urusan apa?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Sepertinya kau tidak suka basa-basi. Kalau begitu langsung saja."

Aku mendengarkan dengan malas.

"Kau ingat serangan kemarin?"

"Tentu saja."

"Sepertinya negara utara telah menyatakan perang secara tidak langsung dengan negara kita lewat serangan kemarin. Kau tau mengapa mereka memilih menyerang sekolah ini?"

"Entahlah."

"Karena sekolah ini adalah pabrik pembuat pasukan yang sangat kuat yang dimiliki oleh negara kita."

Aku terus mendengarkan.

"Dan aku yakin untuk selanjutnya akan terus berdatangan musuh yang lebih kuat dari yang sebelumnya. Setelah ini aku yakin mereka tidak akan hanya menyerang sekolahan ini. Namun juga menyerang penduduk sipil."

"Lalu apa urusannya denganku?"

"Nah sekarang kita masuk ke pembicaraan inti. Pemerintah memintaku untuk mengumpulkan murid-murid yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dan mengirimkannya kepada negara untuk membantu melindungi rakyat." Jelasnya.

"Maksudmu untuk berperang?" Aku mencoba meluruskan kata-katanya yang ambigu.

"Ya, dengan kata lain begitu."

"Dan kau mengira aku termasuk salah satu orang yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata?"

"Tepat sekali."

"Maaf. Sepertinya kau salah orang."

"Benarkah?" Ia bertanya dengan tenang.

Aku mengerutkan dahi.

"Lalu bagaimana dengan ini? Kau bisa menjelaskannya?" Lalu ia memperlihatkan kepadaku video yang ada pada tabletnya.

Dalam video tersebut diperlihatkan pertarungan antara para murid dengan kedua penyusup.

Di akhir video para murid tiba-tiba menghilang dan mucullah aku berdiri di tengah lapangan menghajar para penyusup tersebut.

Kali ini aku tidak bisa mengelak. Aku tidak memperhitungkan hal ini.

"Bagaimana? Kau bisa menjelaskannya?" tanyanya, menaikkan kedua alisnya.

"Tidak ada yang dapat aku jelaskan."

"Jadi ... Kau ingin bergabung?"

"Aku menolak." Jawabku sangat cepat.

Matanya tiba-tiba menjadi tajam, seakan matanya saja dapat memotong-motong tubuhku.

"Hm ... Kau tau? Aku dapat melakukan sesuatu yang tak dapat kau hindari." Ia bangkit dari kursinya, berdiri mensejajarkan diri denganku.

"Contohnya?" tanyaku penasaran.

Dia mulai menarik pedang dari sarungnya perlahan. Lalu dalam sekejap yang mata manusia biasa tidak mampu mengikutinya, ia menghilang dan muncul di depanku, mengayunkan pedangnya ke arah leherku.

Gerakannya secepat suara.

Tapi aku tidak bergerak sama sekali. Ketika jarak antara pedangnya dan leherku hanya tinggal seujung jari, gerakannya terhenti oleh kemampuan telekinesisku.

Mata kami saling bertemu, wajahnya terlihat tetap tenang walaupun sedang mengarahkan pedangnya pada seorang murid yang baru masuk sekolah selama beberapa minggu.

"Contohnya seperti ini." Ia berkata dingin.

"Tapi sepertinya kau tidak dapat melakukanya."

"Kau benar, namun, pada saat yang bersamaan kau juga salah."

"Apa maksudmu?" Aku bertanya.

"Saat ini memang benar aku tidak dapat melukaimu. Namun, selanjutnya jika aku menyerangmu dengan kecepatan yang tidak

bisa diikuti oleh matamu, maka kau akan terpotong-potong menjadi bagian-bagian kecil." Sepertinya ia cukup percaya diri dengan kemampuannya.

"Oh? Aku kira kau tidak akan mampu melakukannya." Aku menantangnya.

"Benarkah? Jangan sombong hanya dengan kemampuan selemah itu."

"Apa yang kau tau tentang diriku?"

Ketika situasinya agak menenang aku melepaskan kekuatanku.

Setelah dapat bergerak, ia mundur beberapa langkah, namun tidak menyarungkan kembali pedangnya.

"Kau mempunyai beberapa kemampuan sekaligus. Teleportasi dan telekinesis."

Aku tidak mampu menahan senyumku.

"Apanya yang lucu?"

"Tidak. Aku pikir kau sama sekali tidak tau apa-apa tentang diriku."

Ia terpancing.

"Bahkan jika aku menggunakan gerakan yang sangat cepat sampai matamu pun tidak dapat mengikutinya, aku masih tidak dapat melukaimu. Kau bilang begitu?" tanyanya memastikan.

"Benar sekali."

Kemudian dia mengarahkan pedangnya kembali kepadaku.

"Kalau begitu mari kita coba."

Ia menarik napas dalam-dalam. Dalam kesunyian, ia membisikkan sesuatu lalu tiba-tiba menghilang, lembaran berisi laporan kerja yang terletak di atas mejanya seketika berhamburan, terbang kesana-kemari, menutupi pandanganku.

Meski aku tidak bisa melihatnya, namun aku masih bisa merasakan kehadirannya.

Di belakangku.

Menunggu saat yang tepat sampai aku bergumam, "Reversal."

Dengan begitu tubuhnya dan tubuhku bertukar posisi.

Pedangnya mengenai udara kosong, sedangkan aku segera mengeluarkan pisau kecil dari dalam saku seragamku, menempelkannya pada leher wanita itu.

"Apa?" Raut wajahnya mengerut, membuktikan bahwa ia terkejut.

"Kau sepertinya salah paham. Aku tidak memiliki dua kemampuan. Aku hanya memiliki satu."

"Ugh ... " Bu Daiva menahan napas, bertanya, " ... dan apa kemampuanmu itu?" Dalam posisi seperti itu dia masih bisa berbicara ya?

Hebat sekali.

"Kau ingin tahu? Tidak begitu hebat, aku hanya seorang bocah dalam masa puber yang suka berkhayal."

Tiba-tiba ia tertawa.

"Apa-apaan itu? Kedengarannya sangat hebat."

"Hanya sekedar memberitahu saja, ujung jarimu bahkan takkan mampu menyentuhku," kataku dingin, menatap tajam matanya.

Setelah beberapa saat, keadaan mulai canggung sehingga aku melepaskannya daripada genggamanku, berbalik arah, berjalan menuju

pintu keluar.

Sembari menyarungkan kembali pedangnya ia berkata, "Jika aku tidak dapat melukaimu, maka aku dapat melakukanya kepada adikmu bukan?"

Aku berhenti bergerak.

"Kau mengancamku?" tanyaku tanpa membalikkan badan sedikitpun.

"Entahlah." Ia tersenyum.

Benar-benar wanita yang jahat.

"Percuma, percuma ... kusarankan kau jangan gegabah. Karena aku dapat membunuhmu kapan pun aku mau."

Senyuman di wajahnya lenyap.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku berteleportasi keluar dari ruang kepala sekolah.

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

Gila sih, Aray aja berani lawan kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah dibuat ketar-ketir sama Aray. Wow, benar-benar menarik!

2022-07-16

0

Z3R0 :)

Z3R0 :)

sebenarnya orang bodoh bukan orang bodoh tapi mereka hanya malas untuk melakukan sesuatu

2022-05-08

0

Z3R0 :)

Z3R0 :)

haha kepala sekolah kalah Ama murid pindahan dari emang dah tapi iya sih aray punya kemampuan yang bis di bilang ngechet yah menghayal dan jadi curang kan

2022-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Upacara pembukaan
3 Perkenalan
4 Perkenalan 2
5 Kemampuan & kekuatan
6 Penyerangan
7 Penyerangan 2
8 Ancaman
9 Imajinasi & hal yang nyata
10 Ekspektasi & Realita
11 Wanita Menyebalkan
12 Militer
13 Seleksi
14 Pembunuhan masal
15 Kenangan si pelaku
16 Pleton 1
17 Kebenaran yang tak terduga
18 Penyelamatan
19 Reuni
20 Reuni 2
21 Anggota baru
22 Kejadian yang sama
23 Terlambat
24 Sangat terlambat
25 Masa kecil
26 Rapat
27 2 serangan terakhir
28 Junior yang malas
29 Kesombongan level dewa
30 Pemalas yang jenius
31 Kecurigaan Alicia
32 Pulau Andalas
33 Pulau Andalas 2
34 Pulau Andalas 3
35 Ruang hampa
36 Harapan
37 Pelarian
38 Andai aku
39 Sandiwara
40 Firasat
41 Survival
42 Legenda
43 Dunia Ini Rusak
44 Makhluk Mitologi
45 Peliharaan
46 Keluar
47 Hari-hari terakhir
48 Ujian Penempatan 1
49 Ujian Penempatan 2
50 Ujian Penempatan 3
51 Sadar Akan Diri
52 Sebuah Persiapan
53 Raja?
54 1 Vs 10,000,000
55 Tujuan
56 Eadred
57 Tak Perlu Khawatir
58 Berita Mengejutkan
59 Badan Kepolisian Negara
60 Kamera
61 Kediaman Bayanaka
62 Cilukba
63 Matahari
64 Pulang
65 Meliburkan Diri
66 Diriku Yang Lain
67 Meth
68 Ada Lagi?
69 Rak Hitam
70 Festival Alles 1
71 Festival Alles 2
72 Festival Alles 3
73 Mythomania
74 Kejutan Hart?
75 Akhir Dari Dunia
76 Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77 Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78 Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79 Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80 Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81 Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82 Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83 Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84 Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85 Nomor Telepon
86 Goddin
87 Tamasya
88 Berangkat! - Zand Kingdom
89 Maria Ocean
90 Fellow City
91 Altar
92 Visual
93 Broken House
94 Dandelion City
95 Mata Uang
96 Celah Peraturan
97 Kesalahan
98 Mawar Di Tengah Neraka
99 Evolusi
100 Mata Biru
101 Canggung
102 Laksanakan!
103 Psikis
104 Gagal
105 Hakim Agung
106 Hak-Hak
107 Tak Ada Yang Mustahil
108 Isi Hati
109 Garden Of Death
110 Selanjutnya
111 Visual
112 Psikopat Dermawan
113 Pindah Rumah
114 Denza, Kota Para Dewa
115 Sudut Pandang Yang Berbeda
116 Pertarungan Pembuka
117 Barie Sang Naga Putih
118 Satu Goresan Kecil?
119 Senyuman
120 Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Upacara pembukaan
3
Perkenalan
4
Perkenalan 2
5
Kemampuan & kekuatan
6
Penyerangan
7
Penyerangan 2
8
Ancaman
9
Imajinasi & hal yang nyata
10
Ekspektasi & Realita
11
Wanita Menyebalkan
12
Militer
13
Seleksi
14
Pembunuhan masal
15
Kenangan si pelaku
16
Pleton 1
17
Kebenaran yang tak terduga
18
Penyelamatan
19
Reuni
20
Reuni 2
21
Anggota baru
22
Kejadian yang sama
23
Terlambat
24
Sangat terlambat
25
Masa kecil
26
Rapat
27
2 serangan terakhir
28
Junior yang malas
29
Kesombongan level dewa
30
Pemalas yang jenius
31
Kecurigaan Alicia
32
Pulau Andalas
33
Pulau Andalas 2
34
Pulau Andalas 3
35
Ruang hampa
36
Harapan
37
Pelarian
38
Andai aku
39
Sandiwara
40
Firasat
41
Survival
42
Legenda
43
Dunia Ini Rusak
44
Makhluk Mitologi
45
Peliharaan
46
Keluar
47
Hari-hari terakhir
48
Ujian Penempatan 1
49
Ujian Penempatan 2
50
Ujian Penempatan 3
51
Sadar Akan Diri
52
Sebuah Persiapan
53
Raja?
54
1 Vs 10,000,000
55
Tujuan
56
Eadred
57
Tak Perlu Khawatir
58
Berita Mengejutkan
59
Badan Kepolisian Negara
60
Kamera
61
Kediaman Bayanaka
62
Cilukba
63
Matahari
64
Pulang
65
Meliburkan Diri
66
Diriku Yang Lain
67
Meth
68
Ada Lagi?
69
Rak Hitam
70
Festival Alles 1
71
Festival Alles 2
72
Festival Alles 3
73
Mythomania
74
Kejutan Hart?
75
Akhir Dari Dunia
76
Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77
Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78
Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79
Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80
Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81
Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82
Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83
Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84
Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85
Nomor Telepon
86
Goddin
87
Tamasya
88
Berangkat! - Zand Kingdom
89
Maria Ocean
90
Fellow City
91
Altar
92
Visual
93
Broken House
94
Dandelion City
95
Mata Uang
96
Celah Peraturan
97
Kesalahan
98
Mawar Di Tengah Neraka
99
Evolusi
100
Mata Biru
101
Canggung
102
Laksanakan!
103
Psikis
104
Gagal
105
Hakim Agung
106
Hak-Hak
107
Tak Ada Yang Mustahil
108
Isi Hati
109
Garden Of Death
110
Selanjutnya
111
Visual
112
Psikopat Dermawan
113
Pindah Rumah
114
Denza, Kota Para Dewa
115
Sudut Pandang Yang Berbeda
116
Pertarungan Pembuka
117
Barie Sang Naga Putih
118
Satu Goresan Kecil?
119
Senyuman
120
Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!