Perkenalan 2

Bel sekolah telah berbunyi menandakan selesainya pelajaran.

Aku bangkit dari tempat dudukku, berjalan menuju pintu.

"Eh... A-aray!" Seorang perempuan dengan teman-teman nya menahanku.

"Boleh kenalan? Aku melihat pertarunganmu tadi, dan kupikir itu sangat keren." Katanya malu-malu.

"Bukankah kau sudah tau namaku?"

"Tapi kau kan belum mengenalku ... "

Aku memalingkan wajah. "Itu tidak perlu." Ucapku tak peduli, pergi meninggalkannya.

"Dasar sombong! Kau pikir kau menarik?" teriaknya.

"Idiot ... " Gumamku kesal.

Aku tak peduli dengan mereka, karena mereka hanya akan menjadi pengganggu hari-hari yang damai saja nantinya.

Ketika aku berjalan dilorong kelas, seseorang memanggilku.

"Aray!" Alvarado memanggilku sambil berlari ke arah ku.

"Jangan mengikuti ku!"

"Ayolah ... Bukankah kita ini teman?"

"Aku tak ingat pernah berteman denganmu."

"Tapi aku ingat!" Dia mengatakannya sambil tersenyum. Uh ... Aku bisa trauma.

Benar-benar orang yang keras kepala.

"Aku tidak butuh teman dan tidak ingin berteman."

"Kau ini ... Setidaknya lihatlah mataku ketika sedang berbicara."

Aku berjalan cepat meninggalkannya, namun dia tetap mengikutiku.

Ketika tiba di depan gerbang sekolah, aku bertemu Alicia. "Kak Aray!!" Teriaknya sambil melambaikan tangan.

Aku berjalan mendekati nya.

"Oh ... Tidak biasanya kau berjalan bersama seorang? Dia temanmu?" tanya Alicia sambil melirik alvarado yang berdiri di belakangku.

"Tidak. Dia bukan temanku. Dia hanya–" Belum selesai aku menjelaskan, Alvarado memotong,

"Perkenalkan. Namaku Ryan alvarado, teman sekelas Aray." Jelasnya sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Alicia Kenzie, adik perempuannya. Salam kenal."

"Jadi kau adiknya ya? Memang mirip sih ... Tapi sepertinya sifatmu berbeda, maksudku sangat berbeda."

"Ya ... Seperti itulah. Omong-omong, bolehkah aku tau apa kemampuan mu? Maaf, aku terlahir dengan rasa penasaran yang besar."

Rasa penasaran yang besar? Konyol sekali. Jika memang begitu seharusnya dia tau seberapa busuk dunia ini sehingga tidak sebegitu mudahnya berkenalan dengan seseorang.

"Tidak apa-apa. Aku mampu mengendalikan dan memanipulasi elemen api, tapi aku belum terlalu mahir .... " Alvarado tertawa kecil, mengusap belakang kepalanya.

"O, ya? Itu berarti kita sama. Aku juga pengendali api!" Aku bisa melihat Alicia pura-pura kaget, menutupi mulut dengan tangannya.

Palsu sekali. Padahal dia tahu manusia pengendali api adalah yang paling banyak di dunia ini. Sangat mainstream.

Tapi tidak serta-merta mereka semua berada pada tingkatan yang sama. Yang membuatnya berbeda adalah kekuatan dan kontrol yang tepat.

"Tapi seperti yang aku katakan, aku tidak bisa mengendalikannya dengan benar. Karena itulah aku ditempatkan dikelas Anfänger. Tapi aku heran dengan kakakmu yang memiliki kekuatan yang seperti itu, bukankah seharusnya dia masuk kelas stryke, bahkan unver mungkin? Kau melihat pertarungannya bukan?" Alvarado bertanya, mengangkat alisnya.

Memang benar. Karena setiap pertandingan yang ada di sekolah pasti akan di tayangkan secara langsung, seharusnya Alicia melihatnya.

Aku penasaran apa dia memang melihatnya. Jika iya, sayang sekali aku harus melakukan sesuatu kepadanya.

"Hm ... Entahlah. Memangnya kakakku sekuat itu ya? Yang aku tau, dia bahkan tidak bisa bertarung." Jelas Alicia.

Aku terdiam, mengalihkan pandangan dari keduanya.

Alvarado melihatku seakan tidak mengerti. Bagaimana mungkin Alicia yang telah hidup lama denganku, tidak mengetahui kekuatanku yang sebenarnya.

Aku melihat seorang pria berambut putih lurus bermata biru berjalan ke arahku dengan beberapa orang di sebelahnya, berjalan beriringan mendampingi..

"Yo, anak baru!" Ia menyapaku.

Aku menatapnya datar.

"Hei, hei ... Jangan begitu. Aku hanya ingin menyapa adik kelasku. Kau yang namanya Aray Kenzie bukan? Apa aku salah?"

"Tidak, kau benar." Aku menjawab malas.

"Aku melihat pertarungan tadi, hebat sekali kemampuanmu itu."

Dia melihatnya? Dalam badai angin besar itu?

"Jangan kaget begitu. Kau mungkin bisa menipu yang lain, tapi kau tidak bisa menipu mataku ini." Katanya sambil menunjuk matanya sendiri.

"Aku tidak peduli. Lalu apa urusanmu?" Aku mencoba mempercepat pembicaraan.

"Sebelumnya biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Devdan Bayanaka, aku Ketua OSIS di sini."

Kini aku mengerti.

"Lalu?" tanyaku.

"Karena sepertinya kau akan berguna bagi OSIS, maukah kau bergabung dengan kami?"

"Aku menolak." Aku menjawab dengan cepat.

"Brengsek! Beraninya kau menolak ajakan Devdan!" teriak anak laki-laki yang terlihat bagai berandalan meski menutupinya dengan kacamata palsu untuk membuatnya seperti anak teladan.

Mungkin dia salah satu bawahannya?

"Apa maksudmu? Kau menawarkan bukan? berarti aku mempunyai hak untuk bergabung atau tidak, dan aku menolak."

Berandalan tadi sepertinya siap untuk maju menyerang, namun ditahan oleh Devdan.

"Sabar!" Ia berkata kepada berandalan tersebut.

Devdan diam sejenak, menatapku tajam. "Tampaknya kau sangat berhati-hati. Baiklah, kalau begitu, akan kuubah kalimatku. Bergabunglah dengan OSIS!"

"Kalau aku tidak mau?"

"Hmm ... Bagaimana kalau begini. Kau bisa melawan salah satu bawahanku. Dan jika kau menang, terserah kau saja. Namun jika kau kalah, kau harus bergabung dengan osis." Ia mengajukan penawaran.

Lagi-lagi hal yang merepotkan.

"Huh ... Kalian terus-menerus berdatangan mengganggu hidupku. Aku jadi penasaran, apakah pertumpahan darah disekolah diperbolehkan?" Aku berkata dingin.

"Entahlah." Devdan tersenyum.

"Kau tidak akan membiarkanku lewat bukan?"

Devdan melipat kedua tangannya, mengangkat dagunya. "Aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan."

"Manja sekali. Baiklah, aku menerimanya."

"Siapapun lawannya kau tidak keberatan kan?" Ia bertanya.

"Tentu."

Lalu ia menunjuk satu orang dari bawahannya untuk maju melawanku.

Ternyata seorang perempuan cantik dengan rambut pendek berwarna perak dengan tubuh agak pendek maju ke depan.

"Kau tidak akan berkata tidak akan melawannya karena dia perempuan bukan?"

"Jangan khawatir, aku penganut kesetaraan gender."

"Namaku Avara Amrita, salam kenal. Mohon untuk tidak menahan diri." Avara membungkuk kecil.

Sepertinya dia cukup tenang. Ketika dilihat dari dekat ternyata dia kecil sekali.

Tapi aku tak peduli.

Selama sudah masuk medan perang, maka dia musuhku, dan aku tak akan mengampuninya.

"Aku tidak akan menahan diri, tenang saja."

"Kalau begitu, aku akan membuat arenanya.

creation: battlefield." Devdan mulai membaca mantra, membuat arena.

Bisa membuat arena menandakan bahwa ia telah menguasai kemampuannya.

Dia patut diwaspadai.

Secara perlahan, tanah tempatku dan Avara berdiri mulai menggelap, partikel-partikel kecil muncul membentuk dunia buatan yang disebut arena.

Sebenarnya dunia buatan bukan untuk arena saja, namun paling sering digunakan untuk itu.

Arena kali ini bukan berbentuk Colosseum, ini lebih seperti tanah yang luas tanpa tembok dan atap. Benar-benar lapangan luas tanpa adanya satu benda pun terlihat sejauh mata memandang.

"Jadi, apa kemampuanmu?" Avara memulai pembicaraan.

"Memberitahukan informasi penting kepada lawan? Aku tidak sebodoh itu."

"Kukira kau benar. Kalau begitu, mari kita mulai!" Avara memasang kuda-kuda, memposisikan dirinya bagaikan sedang memegang sebuah katana,

"Create: calya!"

Dari udara tempatnya berdiri, partikel-partikel kecil mulai bergerak menuju genggaman tangannya, merajut dirinya perlahan, membentuk sebuah katana yang sangat kuat dan tanpa cacat.

Dengan gerakan yang sangat cepat, ia menghilang dan muncul di depanku, mengayunkan pedangnya.

Aku menghindar dengan tenang.

Ia terus-menerus mengayunkan pedangnya ke segala arah, mencari titik-titik vital, mencari kesempatan saat aku terlihat lengah.

Namun, aku terus menghindarinya tanpa terluka sedikitpun, melompat mundur beberapa langkah darinya.

"Kau tidak buruk." Pujiku pada Avara.

"Harusnya aku kan yang bilang begitu?"

"Tapi maaf, aku akan segera mengakhirinya."

Kemudian aku menghilang dan muncul persis di wajahnya, mencoba memukul namun ia menghindar.

"Ternyata larimu cepat juga ya?" Ia mengembalikan pujian.

Dengan sebuah kemampuan unik, aku muncul

di belakang punggung Avara dan memukulnya

pelan, namun entah bagaimana mampu menerbangkannya, terpental jauh.

Dengan teknik yang sama, aku menghilang dan muncul berdiri sejajar dengannya, menendang Avara ke langit dengan santai.

Avara terlempar, mengambang beberapa puluh meter di atas permukaan tanah. Beberapa tulang rusuknya patah.

Sebuah gelembung menyelimuti tubuhku.

Plop

Bersamaan dengan suara letusan gelembung terdengar, aku berpindah tempat secara instan ke atas tubuh Avara lalu menghempaskan tubuhnya menghantam bumi, menghancurkannya, menciptakan sebuah lekungan besar.

"Tidak mung-" Avara terbatuk, memuncratkan darah keluar dari mulutnya, mengotori seragam sekolah yang ia kenakan.

Aku muncul di hadapannya kemudian berkata,

"Kau salah. Berlari bukan gayaku. Itu teleportasi."

.

.

.

Battlefield perlahan mengilang dan kemudian kembali menjadi halaman depan sekolah dengan banyak murid yang menonton kami.

Lagi-lagi aku menarik perhatian.

Orang-orang yang menyaksikan pertandingan tadi mulai berkerumun untuk melihatku lebih dekat.

"Haha! Sungguh mengesankan! Sepertinya aku terlalu meremehkanmu." Devdan tertawa puas seakan mendapat hasil pancingan yang sangat besar.

"Boleh aku pergi sekarang?"

"Benar. Sesuai kesepakatan, kau menang, maka aku akan membiarkanmu lewat."

Setelah menatap Devdan risih, aku berbalik kemudian berjalan menjauh dari kerumunan.

"Kak Aray! Kau baik-baik saja? Aku mengkhawatirkanmu tau!" tanya Alicia cemas.

"Itu tadi hebat sekali Aray! kau terus-menerus berpindah tempat seperti itu!" Alvarado berteriak senang.

"Aku baik-baik saja."

"Benarkah?!" Wajah Alicia terlihat semakin cemas.

Melihatmu begitu semakin membuatku tidak ingin menunjukkan kemampuanku kepadamu.

"Ya, aku baik-baik saja." Jawabku, sedikit tersenyum.

"Ternyata kau bisa tersenyum juga." Goda Alvarado.

"Berisik."

Terpopuler

Comments

IG: _anipri

IG: _anipri

Ceritanya manarik

2022-07-14

0

re_tacky

re_tacky

noice

2022-06-24

0

Eros Lovera

Eros Lovera

mantapp

2022-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Upacara pembukaan
3 Perkenalan
4 Perkenalan 2
5 Kemampuan & kekuatan
6 Penyerangan
7 Penyerangan 2
8 Ancaman
9 Imajinasi & hal yang nyata
10 Ekspektasi & Realita
11 Wanita Menyebalkan
12 Militer
13 Seleksi
14 Pembunuhan masal
15 Kenangan si pelaku
16 Pleton 1
17 Kebenaran yang tak terduga
18 Penyelamatan
19 Reuni
20 Reuni 2
21 Anggota baru
22 Kejadian yang sama
23 Terlambat
24 Sangat terlambat
25 Masa kecil
26 Rapat
27 2 serangan terakhir
28 Junior yang malas
29 Kesombongan level dewa
30 Pemalas yang jenius
31 Kecurigaan Alicia
32 Pulau Andalas
33 Pulau Andalas 2
34 Pulau Andalas 3
35 Ruang hampa
36 Harapan
37 Pelarian
38 Andai aku
39 Sandiwara
40 Firasat
41 Survival
42 Legenda
43 Dunia Ini Rusak
44 Makhluk Mitologi
45 Peliharaan
46 Keluar
47 Hari-hari terakhir
48 Ujian Penempatan 1
49 Ujian Penempatan 2
50 Ujian Penempatan 3
51 Sadar Akan Diri
52 Sebuah Persiapan
53 Raja?
54 1 Vs 10,000,000
55 Tujuan
56 Eadred
57 Tak Perlu Khawatir
58 Berita Mengejutkan
59 Badan Kepolisian Negara
60 Kamera
61 Kediaman Bayanaka
62 Cilukba
63 Matahari
64 Pulang
65 Meliburkan Diri
66 Diriku Yang Lain
67 Meth
68 Ada Lagi?
69 Rak Hitam
70 Festival Alles 1
71 Festival Alles 2
72 Festival Alles 3
73 Mythomania
74 Kejutan Hart?
75 Akhir Dari Dunia
76 Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77 Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78 Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79 Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80 Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81 Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82 Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83 Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84 Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85 Nomor Telepon
86 Goddin
87 Tamasya
88 Berangkat! - Zand Kingdom
89 Maria Ocean
90 Fellow City
91 Altar
92 Visual
93 Broken House
94 Dandelion City
95 Mata Uang
96 Celah Peraturan
97 Kesalahan
98 Mawar Di Tengah Neraka
99 Evolusi
100 Mata Biru
101 Canggung
102 Laksanakan!
103 Psikis
104 Gagal
105 Hakim Agung
106 Hak-Hak
107 Tak Ada Yang Mustahil
108 Isi Hati
109 Garden Of Death
110 Selanjutnya
111 Visual
112 Psikopat Dermawan
113 Pindah Rumah
114 Denza, Kota Para Dewa
115 Sudut Pandang Yang Berbeda
116 Pertarungan Pembuka
117 Barie Sang Naga Putih
118 Satu Goresan Kecil?
119 Senyuman
120 Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Upacara pembukaan
3
Perkenalan
4
Perkenalan 2
5
Kemampuan & kekuatan
6
Penyerangan
7
Penyerangan 2
8
Ancaman
9
Imajinasi & hal yang nyata
10
Ekspektasi & Realita
11
Wanita Menyebalkan
12
Militer
13
Seleksi
14
Pembunuhan masal
15
Kenangan si pelaku
16
Pleton 1
17
Kebenaran yang tak terduga
18
Penyelamatan
19
Reuni
20
Reuni 2
21
Anggota baru
22
Kejadian yang sama
23
Terlambat
24
Sangat terlambat
25
Masa kecil
26
Rapat
27
2 serangan terakhir
28
Junior yang malas
29
Kesombongan level dewa
30
Pemalas yang jenius
31
Kecurigaan Alicia
32
Pulau Andalas
33
Pulau Andalas 2
34
Pulau Andalas 3
35
Ruang hampa
36
Harapan
37
Pelarian
38
Andai aku
39
Sandiwara
40
Firasat
41
Survival
42
Legenda
43
Dunia Ini Rusak
44
Makhluk Mitologi
45
Peliharaan
46
Keluar
47
Hari-hari terakhir
48
Ujian Penempatan 1
49
Ujian Penempatan 2
50
Ujian Penempatan 3
51
Sadar Akan Diri
52
Sebuah Persiapan
53
Raja?
54
1 Vs 10,000,000
55
Tujuan
56
Eadred
57
Tak Perlu Khawatir
58
Berita Mengejutkan
59
Badan Kepolisian Negara
60
Kamera
61
Kediaman Bayanaka
62
Cilukba
63
Matahari
64
Pulang
65
Meliburkan Diri
66
Diriku Yang Lain
67
Meth
68
Ada Lagi?
69
Rak Hitam
70
Festival Alles 1
71
Festival Alles 2
72
Festival Alles 3
73
Mythomania
74
Kejutan Hart?
75
Akhir Dari Dunia
76
Akhir Dari Dunia 2 - Gavin & Cerberus
77
Akhir Dari Dunia 3 - Kembang Api
78
Akhir Dari Dunia 4 - Zand & Elax
79
Akhir Dari Dunia 5 - Pengetahuan
80
Akhir Dari Dunia 6 - Dewa Imajinasi
81
Akhir Dari Dunia 7 - Janji
82
Akhir Dari Dunia 8 - Timelapse Rewind
83
Akhir Dari Dunia 9 - Devdan Vs Edzard
84
Akhir Dari Dunia 10 - Teh & Biskuit
85
Nomor Telepon
86
Goddin
87
Tamasya
88
Berangkat! - Zand Kingdom
89
Maria Ocean
90
Fellow City
91
Altar
92
Visual
93
Broken House
94
Dandelion City
95
Mata Uang
96
Celah Peraturan
97
Kesalahan
98
Mawar Di Tengah Neraka
99
Evolusi
100
Mata Biru
101
Canggung
102
Laksanakan!
103
Psikis
104
Gagal
105
Hakim Agung
106
Hak-Hak
107
Tak Ada Yang Mustahil
108
Isi Hati
109
Garden Of Death
110
Selanjutnya
111
Visual
112
Psikopat Dermawan
113
Pindah Rumah
114
Denza, Kota Para Dewa
115
Sudut Pandang Yang Berbeda
116
Pertarungan Pembuka
117
Barie Sang Naga Putih
118
Satu Goresan Kecil?
119
Senyuman
120
Rumah Kayu Di Bawah Rembulan [S1-END]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!