"Plasma destroyer."
Dua kalimat singkat Veda mampu menggerakkan bola hitam besar tersebut, membuat jarak antara bola besar dengan para murid semakin menipis.
Tak cukup mengikis habis atap GOR sekolah, bola hitam mengerikan itu juga membakar tanah tempat kami berpijak walaupun tak menyentuhnya sama sekali.
Namun perempuan dari kelas Unver yang kemungkinan besar adalah ketua kelas mereka menatap tak gentar, menunggu dengan tenang.
Ketika jarak antara bola tersebut dengannya semakin menipis, hanya tinggal meninggalkan beberapa puluh sentimeter saja, bola itu terhenti, mengambang diam di udara.
"Apa?!" Para penyusup tak bisa menahan rasa kagetnya.
Bagaikan sebuah robot yang dipencet tombol off nya, ia akan berhenti bergerak, diam mematung tak berdaya.
Ketua kelas Unver tersenyum.
Aku mengerti. Telekinesis.
Tanpa menunggu para penyusup mengerti dengan situasinya, Ketua kelas Unver menggerakkan bola hitam besar berbalik menyerang kepada dua penyusup.
Para penyusup yang masih bingung tak sempat untuk menghindar, sehingga mereka terkena serangan telak senjata makan tuan.
"Sial–" Kata-katanya tertelan oleh serangan yang terlanjur mengenai tubuhnya.
Ledakan besar terjadi di langit-langit gedung olahraga, cahaya yang sangat terang menyelimuti seluruh sekolah, menyilaukan setiap mata para siswa.
Ketika cahayanya mulai meredup, terlihat bahwa ledakan tersebut meninggalkan asap tebal yang tak dapat ditembus oleh mata telanjang.
"Apakah berhasil?" Salah seorang anak kelas unver bertanya.
Ketua kelas Unver menoleh. "Belum selesai." Jawabnya dengan memasang ekspresi waspada.
Mataku langsung tertuju pada asap tebal yang ditinggalkan oleh ledakan barusan.
Dia benar. Ini masih belum berakhir.
"Semua siaga!" teriak ketua kelas Unver.
Asap tebal perlahan menghilang, menunjukkan sosok yang berada di dalamnya.
"Hahaha ... " Veda tertawa, memperlihatkan gigi-gigi mungilnya. " ... Sudah lama sekali setelah ada seseorang yang mampu menahan seranganku, bahkan melemparkannya kembali kepadaku." Dia meludah ke sembarang arah.
"Jangan senang dulu. Kau akan mati kalau aku tidak sempat memasangkan pelindung sihir pada kita berdua." Kata pria di sebelahnya sambil membenarkan posisi kacamata yang ia kenakan.
Mereka sama sekali tidak terluka.
Sudah seharusnya begitu. Kalau negara utara hanya mempunyai prajurit yang lemah, mereka tidak akan berani memulai perang dengan negara timur yang dikenal mempunyai banyak prajurit yang sangat hebat ini.
Seluruh anggota kelas unver terlihat geram. Kecuali untuk ketua kelasnya.
Ia tetap tenang, terlihat sudah bisa memprediksikan hal ini.
Ada beberapa murid yang mengira serangan tadi mengenai mereka, tapi kenyataannya bahkan tak menggores mereka sedikitpun.
Ketika mereka menyadari kalau penghalang sihir yang dibuat oleh penyusup itu menghilang setelah terkena serangannya sendiri,
mereka mencoba untuk kabur.
"Oh? Jadi masih ada yang mencoba untuk melarikan diri? Sudah kubilang kan, tidak akan kubiarkan satu orang pun lewat." Kemudian ia mengarahkan jari telunjuk nya tepat ke arah salah satu murid yang mencoba melarikan diri.
Bola kecil berwarna hitam terkumpul diujung jari-jarinya. Tapi tidak seperti serangan veda, dia mengubah bola itu menjadi tembakan laser kilat.
Seorang murid yang disasarnya menyadari arah tembakan laser tersebut, namun sepertinya sudah terlambat. Ia hanya bisa berteriak dengan keras.
"TOLONG!!"
"fire arrow !"
Sesuatu terjadi di luar dugaan.
Tepat ketika ia menutup matanya, pasrah menerima kematiannya, Alicia menghilang dari sisiku.
Ia berlari sambil menembakkan jurusnya.
Sebuah percikan api ditembakkan keluar dari telapak tangan Alicia, terbang cepat menuju laser sang penyusup.
ketika keduanya bertabrakan, laser super cepat milik sang penyusup terpental, berbelok arah mengenai dinding-dinding, membolonginya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Alicia kepada murid yang hampir mati diserang.
Terlihat jelas bahwa dia akan mendapatkan trauma seumur hidup, namun perlahan-lahan ia mulai tenang. "Ya, aku baik-baik saja. Terimakasih telah menyelamatkanku."
"Ya. Sama-sama."
Para murid lainnya melihat kesempatan untuk melarikan diri sekali lagi, mulai berlari bersamaan menuju pintu keluar gedung olahraga.
Betapa bodohnya mereka.
"Hm ... Seranganku sebelumnya dapat dihentikan. Kalau begitu, bagaimana dengan yang ini .... " Pria tersebut kembali merentangkan tangannya.
Ia sekali lagi menembakkan lasernya. Namun kali ini lasernya membagi dirinya sendiri sesuai jumlah para murid, mengejar mereka tanpa ampun.
Para murid itu terlalu banyak menyebabkan masalah dalam situasi seperti ini.
"Tidak akan kubiarkan!" teriak ketua kelas Unver.
Aura berwarna putih menyelimuti tubuhnya.
Seketika laser-laser itu berhenti. Seakan telah terhipnotis oleh lawan untuk balik mengkhianati majikannya, laser-laser tersebut mulai berbalik arah, bergerak mengincar para penyusup.
Pria itu langsung membentuk suatu perisai sihir yang terlihat kuat.
Serangan senjata makan tuan digagalkan.
"Trik yang sama tidak akan bekerja kepadaku." Ia membersihkan debu yang jatuh di pundaknya, berkata, "Aku tidak tau di negara ini ada seseorang dengan kemampuan yang sangat merepotkan. Aku terlalu meremehkan kalian."
Jika terus seperti ini, mungkin tidak akan ada akhirnya.
Apakah aku harus turun tangan?
Aku mencoba mencari Devdan kesana-kemari, tetapi ia tak terlihat di manapun.
"Hei! Apakah aku boleh menyerang lagi?" pinta Veda tak sabar.
"Tentu saja. Kali ini jangan sampai dapat ditahan, dan jangan sisakan seorang pun hidup." Pria itu memberikan syarat mengerikan.
Aku yakin ini akan menjadi serangan yang merepotkan.
Veda kembali mengangkat kedua tangannya, berkonsentrasi, siap melancarkan serangan berskala besar untuk yang kedua kalinya.
Jutaan bola hitam seperti yang terakhir kali ia gunakan mengapung di udara, bergerak acak seperti sekumpulan lalat di tempat sampah.
Sepertinya ia berencana mengincar setiap individu dengan bola itu.
"Kukuku ... Rasakanlah ini para manusia tak berguna!" Veda tertawa keras, melepaskan serangannya.
Para siswa yang dapat bertarung semakin siaga.
Ini gawat. Aku tidak yakin ketua kelas Unver
dapat menahan serangan sebanyak dan sekuat ini, apalagi dia telah menahan serangan sebelumnya yang menguras banyak energinya.
"Semuanya pasang pelindung! Kalau bisa, lindungilah orang-orang yang sedang terluka!" Ia memerintahkan teman-temannya.
Aku kira ini saatnya aku beraksi.
Namun ketika aku melakukan langkah pertama untuk melakukan serangan balik, tubuhku berhenti bergerak dan pengelihatanku menggelap.
Apa yang terjadi?
Tak lama kemudian, seseorang menyentuh pundakku. Seketika aku dapat bergerak kembali dan pengelihatanku perlahan mulai bekerja.
"Yo, Aray!" Orang yang berdiri di hadapanku adalah Devdan si ketua OSIS bersama Avara di sebelahnya.
Mataku bergerak mengelilingi GOR sekolah, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.
Serangan itu terhenti.
Tidak, bukan hanya itu. Bahkan kedua penyusup dan para murid benar-benar berhenti bergerak.
Reruntuhan gedung olahraga yang mengapung tak bergerak di udara, wajah ketakutan para siswa, aku mampu melihatnya dengan sangat jelas dan mendetail.
Sampai tempat ini pun terasa tidak memiliki udara.
Devdan menghentikan waktu.
Kemampuan yang sangat tidak biasa.
"Ada apa? Apakah kau terkejut dengan kemampuanku ini." Ia menyadarkan lamunanku.
"Tidak." Sebenarnya aku sedikit kaget.
Devdan merangkul pundakku. "Ayolah ... Kau sangat membosankan, maksudku reaksimu itu. Seharusnya kau sekarang benar-benar terkejut melihat kemampuan yang paling ingin dimiliki manusia di dunia ini."
Aku hanya diam.
Memasang poker face mungkin adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Aku tidak tau apa yang akan dilakukannya di waktu yang akan datang.
"Jadi, apa yang kau rencanakan?" Aku bertanya.
"Hm ... Benar juga. Sebenarnya aku melakukannya hanya karena tidak ingin pertarungan ini berakhir dengan membosankan."
Alasan macam apa itu?
"Sepertinya mulai dari sini akan kuserahkan kepadamu."
Aku menatapi para murid yang berhenti bergerak, mematung pada posisi yang terbilang cukup aneh, kemudian bertanya, "Baiklah. Apa yang akan terjadi jika aku menyentuh orang-orang yang waktunya terhenti?"
"Tidak akan terjadi apapun. Mereka akan bergerak jika aku membuat kontak langsung. Seperti yang kulakukan padamu tadi."
Aku mengangguk.
"Apakah kau berencana untuk memindahkan mereka semua menjauh dari gedung olahraga satu persatu." Ia memasang wajah curiga.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak akan melakukan sesuatu yang merepotkan seperti itu. Akan ku pindahkan mereka sekaligus. Setelah itu aku akan bertarung dengan bebas tanpa dilihat oleh siapapun." Jelasku padanya.
"Oh ... Lalu bagaimana caramu memindahkan mereka semua sekaligus."
"Itu mudah."
Ptak
Aku menjentikkan jariku sekali.
Seketika semua murid yang ada di dalam atau dekat gedung olahraga berpindah ke tempat yang aman dalam sekejap.
"Woah ... Jadi kau dapat menggunakan kemampuan teleportasimu dengan cara seperti itu? Betapa curangnya .... " Wajahnya seperti bayi yang mendapat mainan baru.
"Sekarang, batalkan kemampuanmu!" perintahku padanya.
"Baiklah. Unable."
Dengan itu waktu kembali berjalan seperti semula, bola-bola hitam mulai bergerak kearahku.
Aku menutup kedua mataku, berkonsentrasi.
Tubuhku mengeluarkan cahaya putih yang sangat terang, seperti yang dilakukan oleh ketua kelas Unver.
Ketika aku membuka mata, jutaan bola hitam itu berhenti bergerak.
"Apa? Bagaimana mungkin? Seranganku dapat dihentikan lagi?" teriak Veda tak percaya.
Pria disebelahnya menyelidik, mencari tahu siapa yang melakukannya.
Namun, dia tak hanya menemukanku dihadapannya, tapi juga sadar bahwa semua murid telah menghilang secara misterius.
"Siapa kau?" Kedua penyusup itu menatapku heran sekaligus merendahkan.
Aku menatap tajam, menjawab singkat, "Aku bukan siapa-siapa."
Sekarang saatnya melakukan serangan balik. Gerakan acak jutaan bola tersebut kini berubah berpola, balik menyerang pemiliknya.
"Mustahil! Dia juga bisa telekinesis? Apa dia menirunya?"
Langkah kedua serangan balik ini adalah membuat mereka lengah. Aku berteleportasi ke belakang mereka lalu menyentuh pundak keduanya.
Mereka tersentak dan langsung menoleh ke belakang. "Ap–" Kedua penyusup itu tercengang.
Kemudian dengan menggunakan kedua jari telunjuk, aku menyentuh pipi mereka, dan dengan wajah datar aku berkata,
"Kena."
Lalu kembali berteleportasi menjauh dari gedung olahraga.
Karena mereka tak sempat membuat pelindung akibat distraksi yang kuciptakan, bola-bola itu benar-benar mengenai mereka berdua.
Ledakan yang lebih besar terjadi setelahnya.
Cahaya yang sangat terang kembali menyelimuti seluruh sekolah.
"Kalian salah paham dengan kemampuan tiru-meniru itu .... Karena kemampuanku yang sesungguhnya adalah [Perfect Imagination]"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
IG: _anipri
'Perfect Imagination' mantap
2022-07-16
0
Z3R0 :)
🗿curang kekuatan imajinasi bisa buat apapun bahkan mengcopy kekuatan orang lain
2022-05-07
0
Anak Puber
skill itu bukan cheat lagi, selama kau bisa memikirkan sesuatu dan kekuatanmu cukup, apapun bisa dilakukan :))
Ini mah lebih dari cheat, mc bisa aja gunain skillnya buat jadi Dewa atau menciptakan semesta lain 🗿
2021-09-05
0