"Selamat pagi semua! Mulai hari ini aku adalah wali kelas kalian. Panggil saja aku pak Roy!"
Ia memiliki mata yang tajam, badan yang kekar dan entah mengapa ia memiliki aura yang sangat membara.
Huh ... orang seperti ini adalah tipe orang yang paling menyebalkan.
Setelah berkata begitu, seluruh kelas yang tadinya berisik, perlahan-lahan mulai tenang.
Aku juga mulai memperhatikannya dari pojokan kelas.
"Kalian sadar bukan ini kelas apa? Kelas yang berisi orang-orang bodoh! Aku tak berkata bahwa kalian itu lemah. Kenapa? Karena kalian hanya belum tau bagaimana menggunakan kekuatan kalian dengan benar.
Maka mulai hari ini, aku akan membimbing kalian agar menjadi lebih kuat.
Ingat ini! Yang kuat selalu berdiri di atas yang lemah. Yang lemah akan ditindas, direndahkan, dicaci!
Jangan mau dibilang lemah sekalipun itu memang benar. Teruslah berlatih dan belajar sampai menjadi yang terkuat!" Ia melanjutkan sambutan nya dengan kata-kata yang mencoba memotivasi kami, sampai ....
"Berengsek! Jangan seenaknya berkata bahwa aku ini lemah!" Seorang anak laki-laki yang terlihat sentimentil bediri dan meneriakkan kata-kata tidak sopan.
"Kau ini sama sekali tidak mendengarkan bukan? Tapi aku suka anak yang bersemangat."
"Kau meremehkanku?" Wajah anak itu memerah.
"Jadi kau ingin bertarung denganku?" Pak Roy memprovokasi anak itu.
"Dengan senang hati!"
Sungguh kelas yang sangat bersemangat. Tentu ini akan menjadi halangan bagiku untuk mendapatkan kedamaian.
Setelah itu hampir seluruh anggota kelas ikut dalam kerusuhan tersebut.
Hanya aku dan beberapa anak lainnya yang terlihat tetap tenang.
"Hei, kau!" Anak laki-laki di sebelahku menyapa.
Aku menoleh.
"Aku perhatikan kau diam saja. Apa kau tidak tertarik dengan kerusuhan ini?" Ia bertanya.
"Jangan bicara denganku." Aku memalingkan wajah.
"Hm? Sepertinya kau membenci hal-hal merepotkan seperti ini. Apa aku benar?"
Oh? dalam sekali tebak benar ya?
Orang yang sangat peka. Aku harus menghindari jenis manusia seperti ini.
"Entahlah."
"Kau menarik." Dia menarik ujung bibirnya sehingga membuat lengkungan ke atas.
Aku hanya diam.
"Ryan Alvarado. Salam kenal. Namamu?" Dia mengulurkan tangannya.
"Aray Kenzie." Aku memperkenalkan diri namun tak membalas uluran tangannya.
Tiba-tiba Pak Roy menggebrak meja.
"Daripada ribut begini, latih tanding di hari pertama sepertinya bukan ide yang buruk. Pilihlah seseorang yang akan menjadi lawanmu. Jika kau menang, kau bisa bertarung denganku sepuasnya."
Ide yang merepotkan.
"Baiklah. Siapapun lawannya aku tidak akan kalah!" Anak itu mengangkat dagunya.
"Maka pilihlah!" perintah pak Roy pada anak itu.
Ia melihat sekelilingnya, mencari lawan. Tadi ia bilang ia akan menang siapapun lawannya?
Namun, sepertinya itu hanya omong kosong. Karena dari gerak-gerik nya ia sedang mencari yang paling lemah. Dan yang ia pilih adalah—
"Kau! Lawanlah aku!" katanya sambil mengarahkan jari telunjuknya padaku.
Eh? Bocah ini benar-benar ... apa memang keberuntunganku seburuk itu? Aku tidak harus menerima tantangannya, kan?
"Merepotkan. Pilih yang lain saja" Bahkan aku sama sekali tidak menatapnya.
"Kau takut? Benar kata orang, yang lemah akan selalu lari dari medan perang."
Hm? Mau memprivokasiku? Lucu sekali. Apa sebaiknya aku ikuti saja permainannya? Toh, tidak akan lama.
Maka aku perlahan menatapnya remeh, terkekeh merendahkan.
"Lemah? Aku tarik kata-kataku. Akan kutunjukkan padamu apa itu lemah."
"Silakan. Aku pasti akan menghajarmu sampai kau meminta ampun kepadaku."
Seluruh kelas mulai bersemangat.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan membuat arenanya," kata pak roy.
Sekolah ini memiliki sistem tersendiri. Dengan campuran antara mantera sihir tingkat tinggi dan teknologi, mereka berhasil membatasi tindakan para siswa dengan menciptakan sebuah mantera sihir baru yang bernama [Arena].
Penciptaan Arena tidak terbatas pada seorang guru, akan tetapi siswa juga diperbolehkan untuk menggunakan mantera tersebut.
Bisa dibilang, ini mantera sihir yang diciptakan untuk bersama.
Namun, bukan sembarang orang yang bisa menggunakan mantera sihir ini. Meskipun termasuk dalam mantera sihir tingkat dasar, pengendalian magi yang stabil masih menjadi sebuah persyaratan dalam penggunaannya.
Magi adalah energi yang tersebar di seluruh dunia. Energi tersebut dapat digunakan dengan cara mengumpulkannya lewat udara dan mengkompresnya hingga bisa masuk ke dalam tubuh.
Tubuh manusia sendiri memiliki wadah alami yang memungkinkan agar magi dapat disimpan dan digunakan sebagai bahan bakar dalam penggunaan sebuah mantera sihir.
Proses pengisian magi dari alam juga termasuk penyaringan magi kotor, pemusatan magi dalam wadah, hingga mengalirkan magi ke seluruh tubuh agar dapat mengaktifkan sebuah mantera sihir yang efesien.
Pada dasarnya, seorang bayi manusia yang baru lahir kedunia pun sudah memiliki cadangan magi yang ia dapat dari ibunya selama masa kandungan.
Jadi, tergantung cara perawatan seorang ibu dalam masa kehamilannya, seorang bayi bisa dikatakan cacat, normal atau bahkan jenius dalam sihir.
Nah, cukup untuk penjelasan dasarnya. Mari kembali pada Pak Roy yang kini tengah mengangkat tangannya, merapalkan sebuah mantera sihir.
"[Creation: Battlefield]!"
Saat itulah percikan magi tersebar dalam ruang kelas berukuran 30x20 meter. Para murid bergumam takjub ketika merasakan magi seorang guru profesional di hadapan mereka.
Sedangkan aku tengah bersiap pada pemindahan fisik ke dalam dunia sihir virtual yang diciptakan oleh Pak Roy.
Seketika ruangan tempatku berada menjadi gelap. Bagai grafik dalam sebuah game online, pandangan gelap tersebut mulai terisi oleh jutaan partikel warna-warni hingga akhirnya berubah menjadi arena seperti Colosseum.
Menyapu bersih pemandangan asing disekitarku, angin sepoi-sepoi bercampur pasir halus menerpa wajahku.
Di tengah arena tersebut hanya ada aku dan anak sombong itu. Tersenyum sombong mengangkat dagunya di hadapanku, dia berkata,
"Tidak baik untuk tidak mengetahui nama satu sama lain sebelum bertarung. Perkenalkan, namaku—"
"Tak usah banyak bicara. Langsung saja," aku menyelanya secepat kilat, melambaikan tangan tanda tak tertarik.
Aku sungguh tak peduli dengan namanya.
Tidak ada gunanya berlama-lama dalam pertarungan bodoh ini. Niatku hanya untuk bermain-main dengannya sedikit saja.
Sudah lama aku ingin mengetes kemampuanku pada orang lain. Mungkin ini akan jadi pemanasan singkat sebelum menjalani hari-hari yang menyebalkan.
Aku harus menyelesaikan ini dengan cepat.
"Jangan terlalu sombong. Kau tidak akan bisa melawanku yang seorang bangsawan!" Ia berteriak.
Ini dia. Bangsawan. Kesombongannya melebihi tingginya langit. Konsep macam apa yang telah dipertahankan oleh kerajaan ini.
Keturunan mereka harusnya lebih memerhatikan kebun yang mereka tanam daripada bermain-main dengan strata sosial masyarakat.
"Kalau begitu, akan kuperlihatkan perbedaan kekuatan antara kita." Aku berkata dengan tenang.
Dengan begitu pertarungan dimulai.
Ia menggerakkan tangannya dan mengucap mantra,
"[Wind Blaze]."
Ini adalah mantera sihir tingkat dasar. Walaupun sama sekali tidak menguras simpanan magi, aku merasa ini tetap tidak pantas.
Mentransmisikan magi dari dalam tubuhnya, sebuah badai angin muncul di tengah Colosseum.
Langit menjadi gelap, angin berhembus kencang. Bersamaan dengan jutaan butir pasir yang ikut terbang bersama angin, pusaran angin besar mulai terbentuk.
Tornado itu mulai menarik apapun ikut kedalam pusaran nya, memporak-porandakan sebagian kursi penonton yang terbuat dari batu kuno.
Wow. Ini cukup kuat untuk sebuah mantera sihir tingkat dasar.
"Bagaimana? Apakah kau menyerah?"
Yah, mau bagaimanapun dia sangat percaya diri dengan kemampuannya.
"Ckckck," Namun, ini belum cukup. Aku menggelengkan kepala tanda tak setuju.
Aku akan mengakhiri ini dengan cepat.
Menatap bosan pertarungan ini, aku mulai bergumam, mengaktifkan sebuah mantera sihir.
Magi mulai tersebar di sekitar tubuhku. Ketika aku merasakan sebuah esensi aneh dalam tubuh, aku mulai mengayunkan kaki, melangkah satu kali.
Dan dalam sekejap, aku menghilang dan kembali muncul di belakang punggungnya, memberikan sebuah tekanan dahsyat.
"Apa–"
Keterkejutan tampak helas dalam mata pria itu, memperlihatkan kerutan kecil di dahinya.
Namun, tak membiarkan ia bereaksi pada strategiku, dengan cepat, aku meletakkan telapak tanganku di wajahnya.
Sekali lagi mengaktifkan sebuah mantera sihir.
"[Death]."
Sihir itu dengan cepat menyambar jiwanya, mengalirkan energi mematikan pada seluruh organ tubuh. merusak fungsi paru-paru, otak, hingga seluruh sel dalam tubuhnya berhenti bekerja.
Matanya berubah putih, tubuhnya berhenti bergerak, jatuh kaku menciptakan suara ambruk di samping kakiku.
"Hey, Nak. Jangan salahkan aku. Seharusnya kau memang tidak memulai pertarungan yang mustahil kau menangkan."
Aku bergumam kasihan dalam hati.
Seharusnya dia akan mati seketika, tapi aku menurunkan efeknya sehingga hanya akan mematikan fungsi beberapa organ tubuh dalam sesaat.
Bisa disebut juga dengan istilah pingsan.
Hanya 10 detik. Menyedihkan.
Sekolah juga memiliki teknologi virtual aneh yang berfungsi untuk menyiarkan pertarungan di dalam setiap [Arena] yang sedang berlangsung pada para siswa yang tertarik.
Tentu itu bertujuan untuk memobilisasi, membatasi, hingga mencatat kekuatan para siswa dan memasukkannya ke dalam database sekolah.
Cih, mereka benar-benar mengerti caranya menipu anak-anak.
Untungnya, akibat mantera sihir dasar elemen angin yang bocah ini ciptakan, visual pertarungan kita berdua pasti akan terhalang oleh badai bahkan dalam layar virtual para siswa.
Aku berjongkok dihadapannya, mendekatkan tubuhku ke telinganya dan berkata,
"Inilah yang kusebut lemah."
Arena yang berbentuk Colosseum pun perlahan menghilang. Partikel-partikel cahaya itu perlahan terbang ke udara, meninggalkan sebuah ruang gelap tak berpenghuni.
Hingga sedetik kemudian, aku sudah kembali ke dalam kelas, kemudian duduk perlahan di atas kursi.
Bisikan-bisikan terdengar dari seluruh kelas.
"Hei! Apa itu tadi? Cepat sekali."
"Bahkan aku tidak tau apa yang terjadi!."
"Padahal yang dilawan adalah seorang bangsawan. Aku dengar bangsawan itu juga cukup hebat."
"Berarti dia lebih hebat bukan?" Sambil melihat ke arahku.
Ah ... ini jadi tambah merepotkan.
Aku melihat tubuh bangsawan itu tergeletak di lantai kelas, namun aku tak peduli.
"Hei! Bukankah kau sangat hebat? Dapat mengalahkannya dengan sangat cepat seperti itu?" Mata Alvarado berbinar.
"Tidak, itu hanya kebetulan." Aku menyanggahnya.
"Sudah kuduga. Kau sangat menarik."
Aku tak mengerti apa yang dipikirkan orang ini.
"Hebat sekali! Kau mengalahkannya hanya dalam beberapa detik! Siapa namamu anak muda?" tanya pak Roy.
Apa maksudnya anak muda?
"Aray Kenzie. Itu namaku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Eros Lovera
badass Array cool banget
2022-06-07
0
Eros Lovera
keren ini , bisa dijadiin prinsip
2022-06-07
0
Shofia Febrianti
jelas
2022-03-24
0