LOST WAY

LOST WAY

Tanpa gejala...

"Ngiiiiuuuung...ngiiuuung....ngiiiuuunngg....." suara sirine ambulan terdengar memilukan hati bagi siapapun yang mendengarnya.

Sore itu jalanan nampak sangat sibuk. Para karyawan berlalu lalang menuju rumah mereka masing-masing.

Sia berjalan kaki ditrotoar, menenteng tas belanjaan di kiri berisi bermacam-macam sayuran, dan di tangan kanan berisi berbagai macam makan kecil.

Wajahnya yang pucat dengan penampilan lusuh, menandakan betapa dia tidak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Rambut yang panjang ia gelung sebisanya dengan poni acak-acakan berhamburan diwajahnya.

Ia berjalan terburu-buru mengingat kedua anaknya yang masih kecil tinggal hanya berdua dirumahnya yang tidak terlalu besar.

"Sia!!!" seseorang memanggil dari seberang jalan sambil melambaikan tangan.

Suci, teman semasa kuliah Sia yang bekerja di sebuah bank. Penampilannya berbanding terbalik dengan dirinya. Meski sudah sore, Suci tetap nampak rapi, dengan wajah yang dipoles sempurna.

"Minum nih!!" kata Suci sambil menyerahkan minuman dingin ke tangan Sia. "Sini, belanjaannya yang satu kubawakan." suci tampak peduli sahabatnya ini kerepotan.

"Enak ya, kerja kayak kamu, bisa cantik terus." kata Sia sambil menatap temannya itu.

"Ye... Enakan juga kayak kamu. Nggak usah berusaha tersenyum terus melayani beeeerbagai macam pertanyaan konsumen yang kadang aneh-aneh."

"Tapi kan kucel begini. Nggak ada waktu buat diri sendiri."

"Setidaknya kamu punya anak-anak menggemaskan yang selalu bisa membuatmu tersenyum." Suci menghibur Sia.

Sia hanya menghela nafas sambil menikmati minuman dingin pemberian temannya itu.

"Suami kamu lembur terus?"

"He-em."

"Mayan dong... dapet uang lembur."

"He-em... Bisa nabung buat si kecil ,tahun depan masuk sekolah."

Suci gantian menghela nafas. Dengan sendu dia berkata: "Lihat aku, punya pacar tapi rasa jomblo. Gara-gara kamu nih."

"Loh..kok aku?"

"Gara-gara keseringan bergaul dengan ibu rumah tangga, teman main ku cuma Suni sama Sean. Bahkan malam mingguku juga cuma nge-date sama mereka."

"Lah... Salah sendiri kamu keseringan main kerumahku. Aku juga tidak pernah mengundanmu."

"Cepetan yuk... Aku jadi kangen sama Suni dan Sean. Anak-anakmu beneran bikin gemes." Suci mempercepat langkahnya.

..............

"Suni!!!!! Sean!!!!! Tante datang!!!!" teriak Suci dihalaman rumah Sia.

"Tante....!!!!!" Suni dan Sean membalas berteriak dari balik jendela.

Sia membuka kunci pintu. Disambut Sean Dan Suni.

"Ate beliin apa buat Sean?" Tanya bocah 3 tahun itu dengan gemas.

"Itu belanjaan Mama. Tante kesini nggak bawa apa-apa." kata Sia

"Yeeee... Siapa bilang Tante nggak bawa apa-apa. Tante selalu punya sesuatu untuk kalian." kata Suci sambil membuka tas selempangnya.

"Apa ate...apa ate..." Sean kegirangan.

"Hmmmm apa coba... Tebak..." Suci menggoda.

"Pasti coklat!" seru Suni. Anak pertama Sia yang berusia 9 tahun.

"Kakak salah.... Yang bener adalah... Lolipop!!!!" seru Suci.

Sia memandanginya dari balik meja dapur. Sambil membereskan belanjaannya.

"Terima kasih ate!!!" seru anak-anak Sia kegirangan.

"Jangan sering-sering. Kamu juga harus nabung. Kalau pas nikah nanti biar tetep punya uang sendiri."

"Siap Bu."

Suci memang sangat senang menemani Suni dan Sean mainan. Dalam hatinya ingin sekali segera menikah dan memiliki anak sendiri. Namun pacar yang dicintainya masih sibuk bekerja diluar kota. Rasa kesepian membuatnya lebih sering main ke rumah Sia daripada nongkrong dengan teman single lainnya.

.......................

"Aku bantu masak ya... Kamu istirahat dulu... Kayaknya kamu capek banget. Pucat gitu." seru Suci saat memperhatikan Sia.

"Ah, agak pusing sebenarnya. Punggungku juga rasanya mau copot." Keluh Sia.

"Hm.... Pas anak-anak tidur siang, kamu nggak istirahat?" tanya Suci dan hanya dibalas gelengan kepala hampir tanpa tenaga.

"Aku rebahan sebentar ya." Pamit Sia.

"Oke."

"Bangunin setengah jam lagi."

"Siap."

Suci menatap sahabatnya yg berjalan sedikit terhuyung dengan wajah semakin pucat. diseberang dapur, ada sofa panjang yang biasanya dipakai Sia dan keluarganya berkumpul sambil melihat tv. Sofa menghadap ke barat menempel tembok. Dan Tv menghadap timur ditata sedemikian rupa di atas meja tv bergaya minimalis berbahan kayu jati asli. Meja tv ditata mepet di tembok sebrang sofa. Jika kamu duduk di sofa lalu menoleh ke kanan, akan terlihat meja makan kotak berukuran 80cm x 120cm. Meja makan juga terbuat dari kayu jati asli, tampak polos,namun mengkilap. Dan beberapa langkah di sebelahnya set meja makan, tampak dapur yang selalu tertata rapi dan bersih.

Jadi dari sofa tempat tv, akan sangat jelas melihat aktivitas dapur, dan meja makan karena memang sengaja tidak diberi pembatas apapun, agar rumah yang tidak terlalu besar itu menjadi tampak lapang.

Belum sampai tubuhnya terbaring di sofa, hanya tinggal satu langkah saja, namun Sia sudah jatuh dan pingsan. Suci tampak terkejut dan panik.

"Sia!!!!" Suci melempar sayuran yang dipegangnya entah kemana, dan segera menghampiri Sia.

"Mama kenapa Tant?" Suni mendekat.

"Mama pingsan Nak, tolong ambilkan hp tante di tas itu." kata Suci sambil menunjuk tas yang terletak di atas meja makan.

"Mama.... Kenyapa ma..." Sean tampak khawatir dan mulai menangis.

"Mama sakit Sean.. Jangan sedih."

"Tante... Mama berdarah.!! Hidung Mama!!!" Suni tampak histeris setelah menyerahkan hp Suci.

"Suni!!! Jangan panik.!Ada tante disini! Ajak adik main!! " saking paniknya karena kedua anak itu menangis, tak sengaja Suci membentak anak-anak itu.

Bukannya tenang, anak-anak Sia malah semakin menangis karena bentakan Suci. Namun meskipun sambil menangis, Suni pergi ke kulkas mengambil 2 batang es krim.

"Adik,,,, jangan nangis... Makan es krim yuk." kata Suni sambil mengusap air matanya yang tak mau berhenti.

"Nggak mauuuuu...." Sean masih menangis sambil menerima es krim dari kakaknya.

"Mamaaaaa..... Tanteeeee...." Suni masih tidak bisa menguasai dirinya sendiri sambil memeluk adiknya yang menangis.

Tak lama kemudian bu Samsi, ibunda Suci datang. Kebetulan rumah mereka masih satu komplek, hanya berjarak sekitar 200 meter.

"Nenek.... Mama Nek.... Mama kenapa Nek?"

"Tante sudah memanggil dokter. Nanti cepet-cepet diobati, trs langsung sembuh." kata Bu Samsi menghibur kedua anak kecil itu.

"Hidung Mama beldalah Nek. Kata Tante mama satit... kalena Sean nakal ya nek? Sean janji nggak nakal lagi..." Dengan sangat polos Sean membuat mata Bu Samsi berkaca-kaca karena terharu.

"Cup...cup... Kalian yang tenang ya... Kita berdoa yuk... Biar mama cepetan bangun." sang nenek menenangkan cucunya.

"Es kelinna meleleh kak..." (es krim nya meleleh kak) kata Sean dengan polos sambil menyerahkan ea krim ditangannya untuk kakanya.

Dengan tabah Suni menaruh kembali es krim yang tadi diambilnya ke tempat semula.

Ambulan datang. Anak- anak tetap dirumah bersama sang nenek. Suci menemani Sia ke rumah sakit.

Rumah sakit sore itu tampak sangat sibuk. Berbagai macam manusia berlalu lalang dirumah sakit. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang datang tergesa-gesa, ada yang datang tampak santai. Ada yang datang dengan penampilan kumal, ada yang datang dengan setelan mahal.

Banyak yang pergi dengan senyuman lebar dan anggukan untuk para perawat sebagai ucapan terima kasih. ada juga yang pergi diiringi isak tangis pilu dan kesedihan karena kehilangan orang tersayang.

"Tidak,,,, tidak akan terjadi apa-apa." rasa pilu, khawatir ,was-was dan penuh harap, Suci rasakan saat ini. Mondar-mandir ia menunggu dokter yang sudah sejak setengah jam lalu masih memeriksa Sia.

"Sia bagaimana Ci?" dengan tergopoh-gopoh seorang lelaki menghampiri Suci.

"Masih diperiksa Mas." kata Suci singkat.

.........

Sementara itu di ruang pemeriksaan.....

"Pasien belum siuman dok, usia 33, wanita. tekanan darah 110/70. mimisan sudah berhenti. seorang perawat melaporkan hasil pemeriksaan kondisi pasien." ada bintik kemerahan di bagian belakang lengan kanan, suhu 38'8°. Ada memar di atas lutut ,bulat, diameter 2 cm.

"Hubungi bagian Hematologi. Minta complete blood count, dan biopsi sumsum tulang." kata dokter memberikan arahan setelah memeriksa kondisi Sia.

Petugas medis bagian Hematologi pun segera datang. Mereka memasang pita ketat (tourniquet) di lengan Sia,di atas area pengambilan sampel darah

Mereka membersihkan kulit Sia dan kemudian memasukkan jarum kecil ke pembuluh darahnya. Selanjutnya, mereka menempelkan botol kecil atau alat menyuntikkan ke jarum untuk mengeluarkan darah. Mereka mengisi beberapa botol kecil.

Setelah mereka mendapatkan sampel semuanya, mereka melepaskan pita di lengan Sia. Mereka kemudian mengeluarkan jarum dan menekan area tersebut dengan bola kapas atau kain kasa kecil selama beberapa menit. Ini membantu menghentikan pendarahan dan memar.

(\=sumber !>>cancerresearchuk.org)

Para petugas medis bagian Hematologi bergerak dengan cepat dan tepat.

..................

Tak lama dokter keluar dari ruang pemeriksaan. Diikuti dua orang perawat.

"Keluarga Ibu Sia?"

"Saya suaminya,Dok." Sundan mendekati dokter.

"Hasil pemeriksaan fisik mengarah pada infeksi kelenjar getah bening. Kami sedang melakukan tes darah untuk pemeriksaan lanjutan. Kita tunggu hasilnya sebentar lagi."

"Boleh saya tengok istri saya Dok?"

"Silahkan."

Suci dan Sundan segera masuk ke bangsal itu, Sia tampak pucat dan sangat lemah. Tak tega rasanya. Sundan menatap gelisah wajah istrinya yg terlihat lebih tirus, hampir tidak dikenalinya.

"Kamu kenapa Sia?" Sundan melonggarkan dasi yang sedari pagi menyekek lehernya. Ia duduk disamping istrinya yang masih terbaring lemah.

Hp Sundan berdering .... Anak-anaknya terlihat menangis.

"Papa... Mama atit...!!!! Papa bisa sembuhin mama ya...." kata Sean dengan video call.

"Iya Sean... Papa ini lagi nemenin mama. Mama baru diperiksa, nanti pulang kok." Sundan berusaha terlihat baik-baik saja untuk menghibur anak-anaknya.

"Mama cuma kecapean aja kan,Pa?" Tanya Suni.

"Iya... Tungu dirumah sama Nenek. Jangan lupa makan. Papa bentar lagi pulang sama Mama dan Tante."

"Ok Pa.. Bye."

"bye." Sundan mengakhiri video call dengan anaknya."Kamu tidak pernah sakit, meskipun cuma masuk angin.tapi sekalinya sakit, bikin orang khawatir setengah mati."

"Kamu tidak pernah memberinya waktu untuk istirahat, Mas." kata Suci.

"Apa maksudmu? Dia selalu dirumah. Aku juga tidak pernah menyuruhnya bekerja. Salah apa aku?"

"Kamu pikir yang melelahkan itu hanya bekerja? Melakukan pekerjaan rumah tangga sendirian, sambil menjaga 2 anak, itu tidak mudah,Mas. Rasa lelah dan stressnya melebihi rasa lelah dan stressmu." kata suci lg.

"Dia bisa mengerjakannya dengan santai. Harusnya dia bisa ambil waktu sendiri untuk istirahat."

"Jika dia istirahat, pekerjaannya tidakakan selesai. Wanita akan merasa tidak puas, jika pekerjaannya tidak selesai. Dorongan itulah yang membuat wanita harus bekerja keras agar tampak sempurna di mata laki-lakinya."

Belum sempat Sundan membalas olokan adiknya, tiba-tiba ada alat medis yang terpasang disana berbunyi..

"Bip...bip...bip."

Sundan dan Suci tampak panik, lalu memanggil perawat...

"Sia!!!!!"

..................

Terpopuler

Comments

Marlina Bachtiar

Marlina Bachtiar

Betul 😔💪

2024-04-19

0

Alone 🕯️

Alone 🕯️

aku tanda in dl yah blm sempet baca

2024-01-26

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Gak kebayang gimna gemesnya nih bocah,

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!