Pagi itu suasana rumah Sundan tampak berbeda. Semakin sepi dan terasa semakin dingin. namun tak membuat Suni, gadis kecil yang memiliki hati sangat luas, melebihi usianya, bangun seperti biasa di jam 5.
Suci yang tengah sibuk dengan laptopnya duduk di meja makan. Sedangkan Bu Samsi bergelut dengan kompor,wajan,dan beberapa bahan masakan. Mereka tak menyadari Suni yang sudah terbangun.
Suni berjalan dengan diam menuju kamar mandi, membersihkan diri dengan mandiri. Usianya yang hampir mendekati 10 tahun dengan didikan lembut sang ibu, membuatnya tumbuh menjadi kakak yang sangat mandiri dalam banyak hal.
Suni menggosok giginya perlahan sambil menatap dirinya dalam kaca di dalam kamar mandi. Entah apa yang dipikirkan gadis cilik ini, namun matanya tampak mulai berkaca-kaca.
Diusapnya lembut ujung matanya, lalu berkumur membersihkan sisa busa dari pasta giginya. Suni tampak melanjutkan mandi di hawa dingin pagi itu.
Tak lama Suni keluar dari kamar mandi dengan handuk membalut tubuh mungilnya. Suni berjalan dengan sedikit gemetaran karena dingin menusuk masuk kedalam tulang-tulangnya.
"Suni,,, kamu tidak kedinginan?" Suci dan Bu Samsi mendekati Suni, setelah menyadari Suni mandi terlalu pagi di cuaca dingin.
"Dingin Nek, tapi biar segar." jawab Suni dengan bibir menahan gemetar.
"Tante bantu ganti baju ya?" kata Suci sambil melangkah menuju kamar Suni dan Sean.
"Tidak usah ,Tante. Suni bisa sendiri. Sudah Suni siapkan semua." jawab Suni sambil mengoleskan minyak telon ke beberapa bagian tubuhnya.
"Kamu anak baik. Tante bangga sama Suni. Tante sayang sama Suni."
"Suni juga sayang semuanya ,Tante." jawab Suni sambil mendandani dirinya sendiri.
Seragam sekolah langsung dikenakannya dengan mandiri. Tak lupa ia melihat kembali isi tas sekolahnya. Barangkali ada jadwal yang tertinggal.
Selesai berdandan, Suni keluar kamar dengan perlahan, tetap menjada kesunyian l, agar Sean yang masih terlelap tidak terganggu dengan semua aktifitas pagi itu.
Suni melangkah ke dapur mendekati neneknya. Ia menuangkan segelas kecil air putih dan menghabiskannya.
"Rajin sekali cucu nenek yang cantik ini." puji sang nenek masih sambil meneruskan aktivitas dapurnya yang hampir selesai.
"Suni lapar, Nek." kata Suni singkat sambil mencuci gelas yang digunakannya barusan.
"Sudah, biar nenek nanti yang cuci, letakkan saja. Nanti baju seragam Suni basah." kata bi Samsi saat menyadari Suni hendak mencuci gelas.
"Benar. Tunggu sebentar lagi masakan nenek selesai. Biar Tante yang cuci ini semua." Suci pun bergegas meraih gelas yang dipegang Suni.
"Suni cuma mau membantu." jawab Suni pelan.
"Tidak usah. Suni duduk saja, menunggu sebentar lagi, selesai masakan nenek." kata Suci dengan lembut.
Suni beringsut duduk di meja makan. Ia melihat sebentar layar laptop tantenya.
"Pekerjaan orang dewasa sulit ya ,Tante?" tanya Suni masih sambil menatap layar laptop tantenya.
"Iya. Tapi kalau sudah terbiasa, semua akan tampak mudah. Seperti PR Suni, kalau mau belajar dan berusaha, semua juga mudah kan?" jawab suci bijak.
"Hmm... Begitu." kata Suni sambil menganggukkan kepala.
Tak lama masakan Bu Samsi selesai. Suni tak mau membuang waktu. Dilahapnya semua masakan yang disediakan neneknya.
"Nenek, hari ini bisa bawakan bekal double untuk Suni?" kata Suni sambil mengunyah makanan.
"Boleh, tapi untuk siapa yang satunya?" tanya Bu Samsi sambil menatap bahagia ke wajah cucunya yang tampak lahap menikmati sarapannya.
"Masakan nenek enak. Suni mau makan banyak." kata Suni.
"Oh,benarkah? Boleh-boleh. Nanti nenek siapkan." Bu sambi mempercepat makannya. Ia merasa sangat bahagia dengan pujian cucunya.
Ia pun merasa tenang, melihat Suni bisa makan dengan baik, tak tampak terganggu dengan kondisi mamahnya yang masih terbaring dalam tidur lelap di rumah sakit.
"Nenek, Suni mau bangunin Sean dulu ya. sudah jam setengah 7." kata Suni setelah menyelesaikan sarapannya.
"Oke. Beruntung sekali ya, Sean memiliki kakak yang sangat memperhatikannya." kata Suci.
Suni menuju kamar nya yang ia tempati bersama sang adik. Dengan perlahan ia membangunkan Sean.
"Dik... Bangun... sudah siang, mau sekolah nggak?" kata Suni lembut sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sean perlahan.Namun belum ada respon apapun dari Sean.
"Sean.... Bangun...." Suni mengusap perlahan kepala sang adik.
""Hmmmmmhhhh" Sean mulai merespon sambil menggeliat.
"Kakak sudah selesai sarapan. Masakan nenek enak banget. Kakak tadi habis banyak." kata Suni merayu Sean agar segera bangun.
"Papah dimana? Mamah?" kata Sean sambil duduk dan mengusap-usap matanya.
"Kan mamah masih sakit di rumah sakit. Papah yang nemenin mamah." jawab Suni dengan lembut
"Sean kangen mamah sama papah." Sean tampak mulai berkaca-kaca.
"Kakak juga kangen. Makanya cepetan bangun. Kita sekolah dulu. Habis itu,kita kembali ke rumah sakit nemenin mamah." Suni tak habis akal meredakan isakan Sean.
"Tapi Sean mau mamah, Kak." Sean masih merengek.
Suni dengan sigap memeluk tubuh adiknya. Mengusap-usap punggungnya. Persis seperti yang dilakukan Sia saat memeluk anak-anaknya.
"Jangan sedih,Sean. Kita berdoa dulu yuk! Bangun tidur Sean harus berdoa, sekalian kita doakan mamah biar sembuh dan cepet pulang." kalimat ajaib keluar dari mulut gadis kecil seusia Suni.
Sean mengangguk, mengusap air mata, lalu mengambil sikap doa yang benar. Kedua anak kecil itu begitu khusyuk mengucapkan kalimat-kalimat indah pada sang pencipta.
kalimat-kalimat polos keluar dari mulut-mulut bersih kedua anak itu, berharap Sang Maha Kuasa mendengar dan mengabulkan permintaan tulus dari dua bocah itu.
...****************...
tp be continue.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Betapa hebatnya orangtua yg mendidik anaknya seperti Suni 👍
2024-05-08
0