Kita kembali ke keluarga Sundan yang masih menunggu hasil resmi pemeriksaan dokter....
"Sayang... Kalian jangan khawatir,, mamah akan baik-baik saja. Dokter yang mengobati mamah itu sangat hebat. Kita hanya perlu berdoa. Agar mama kembali sehat."
Sundan mendekati kedua anaknya dan memeluknya.
"Tuhan akan membawa mamah kembali pada kita. Percaya itu." Imbuh Sundan.
Sean yang masih terisak, memeluk erat sisi kanan ayahnya, sedangkan Suni memeluk lengan kiri ayahnya,dengan tatapan tajam namun tenang.
Entah apa yang ada dalam benak si gadis mungil. terkadang dia bersikap dewasa tidak sesuai dengan usianya. Namun tak jarang juga akan merajuk seperti balita.
Tak lama pintu ruang ICU terbuka. Dokter Sam muncul menyapa keluarga Sundan dengan senyum ramah.
"Salam keluarga ibu Sia,,,, kondisi beliau semakin membaik. Kami selalu mengusahakan yang terbaik. Namun mengingat stadium kanker Bu Sia, kita harus tetap waspada. Siapkan juga donor jika sewaktu-waktu kami kekurangan."
Kalimat dokter Sam yang agak panjang terdengar sangat damai ditelinga. Semua hanya menganggukkan kepala. Tanpa ada protes sedikitpun.
"Keluarga inti sebaiknya melakukan tes darah ulang, sebagai antisipasi." kata dokter Sam lagi.
"Terima kasih dokter. Bolehkah kami menjenguknya?" kata Sundan.
"Silahkan. Tapi maksimal 2atau 3 orang. Sebaiknya bergantian. Dan silahkan memakai baju bezuk. Silahkan minta ke perawat jaga." jawab dokter Sam dengan ramah.
"Terima kasih, Dokter." rasa canggung masih tampak di kalimat Sundan.
Sundan membawa kedua anaknya untuk masuk melihat keadaan Sia.
"Pah,,, kenapa mamah tidur terus?" pertanyaan polos dari Sean saat melihat mamahnya terbaring lemah.
"Kan mamah tadi habis diberi obat sama dokter. Jadi memang mamah harus banyak istirahat." Suni menjawab dengan cepat.
"Oh, gitu ya Kak. Nanti pas bangun, pagi-pagi,mamah sudah sehat?"
"iya, makanya Sean harus banyak berdoa,biar sakitnya mamah dibuang sama Tuhan." Suni kembali menjawab pertanyaan adiknya.
Sundan yang terharu dengan kalimat Suni, hanya bisa mengulum ludah beberapa kali sambil menahan air mata saat menatap istri dan kedua anaknya.
"Jadwal cuci darah sudah diberikan dokter. Jangan lupa masukkan juga informasinya." kata seorang perawat yang sedang berdiri melihat satu kawannya sibuk dengan monitornya.
"Iya. Semoga selalu mendapat golongan darah yang sesuai. Agak langka kan akhir-akhir ini." kata si perawat tetap sibuk dengan tangan yang mengetik dan mata yang menatap tajam pada monitor.
Sundan mendengar obrolan kedua perawat itu dengan perasaan was-was.
"Kalian baik-baik jaga mamah ya... Papah mau tanya sesuatu sama mbaknya perawat dulu."
Kedua anaknya mengangguk setelah mendengar kalimat ayahnya.
Suni mengelap dahi mamahnya dengan tisu lembut dan perlahan. Sedangkan Sean memegang lembut jari telunjuk tangan kanan mamahnya.
"Kamu kalau jalan-jalan pasti pegangan telunjuk mamah ya ,Dek. " kalimat Suni sedikit terdengar gemetar.
"Iya. Terus jari mamah yang lain nangkap tangan Sean." jawab Sean dengan polos disertai raut girang.
"Kalau mamah sehat nanti, kita ajak jalan-jalan. Kita beli sesuatu buat mamah."
"Jajanan enak yang banyak itu loh kak. Kan mamah tiap hari ngajak Sean beli di tempatnya bude itu loh kak."
"Yang di depan gang itu?"
"Iya. Biar mamah sehat. Kalau banyak makan bisa sehat kan kak?" lagi-lagi pertanyaan polos Sean.
"Iya. Nanti kita kumpulkan uang jajan kita." Suni pun tampak bersemangat menantikan Sia bangun.
"Anak-anak bapak sungguh luar biasa. Saya trenyuh mendengar obrolan mereka. " kata perawat yang berdiri pada Sundan.
"Terima kasih mbak." jawab Sundan secukupnya.
"Jadi, tepat seperti yang tadi dikatakan dokter, karena golongan darah Bu Sia AB, sebaiknya, kerabat terdekat, melakukan tes darah. Untuk antisipasi. Golongan darah ini termasuk langka pak. Tidak banyak pendonor. Sedangkan kondisi Bu Sia tidak boleh sampai terlambat melakukan transfusi darah." si perawat menjelaskan.
"Iya Mbak,,, semua sudah siap untuk tes darah besok pagi." jawab Sundan penuh kepastian.
"Tes darah itu apa pah?" Suni mendekati papahnya dan bertanya.
"Itu cara agar kita tahu, kalau misalnya mamah butuh bantuan darah, darah kita cocok apa enggak dengan darah mamah." si perawat menjelaskan dengan hati-hati disertai senyuman ramah.
"Memang darah mama kenapa bisa berkurang?apa banyak nyamuk yang gigitin mamah?" Sean pun ikut mendekat.
"Bukan karena nyamuk sayang,,,, tapi karena virus yang sembunyi di badannya mamah."si perawat super sabar itu mendekati Sean, jongkok dan memegang bahu Sean dengan lembut.
"Virus?? Kuman maksud Tante?" Sean bertanya dengan polos.
"Nah, iya. Virus itu temannya kuman. Tapi sedikit lebih kuat." kata si perawat sambil membetulkan poni Sean.
"Jadi virus yang ngabisin darahnya mamah? terus biar virusnya mati gimana caranya Tante?" Sean masih terus bertanya.
"Dokter punya ramuan khusus,agar si Virus cepet mati. Tapi, karena virusnya banyak, kita semua harus siap memberikan darah kita buat bantu mamahnya adek biar kuat." kata si perawat dengan sangat sabar.
"Oh.. Caranya gimana Tante?"
"Yang boleh memberikan darah buat mamahnya adek, cuma orang dewasa, adek kan masih kecil, darahnya belum cukup,buat bantu mamah." perawat ini benar-benar sangat sabar menjawab pertanyaan polos Sean.
"Oh gitu. jadi papah bisa dong." kata Sean sambil menatap ayahnya.
"Bisa sayang. Nanti papah akan berikan darah papah untuk mamah."
"Memangnya biar bisa memberikan darah, harus umur berapa Tante?" Suni pun ikut bertanya.
"Harus usia 17 tahun sayang." jawab si perawat.
Suni tak lagi banyak bertanya. Dia kembali ke samping ibunya, dan menggenggam lembut jemari ibunya.
Sementara Sean bergelayut manja dilengan ayahnya.
...****************...
To be continue......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Anyah aatma
Suni,. km ini yaa, luar biasa...
2024-11-18
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Selalu sedih kl lihat Suni, sangat tegar 😔😭
2024-05-07
0