Dia

Suasana kelas hari pertama masuk sekolah anak-anak Paud. 

Para mama menunggu berjejer rapi duduk di luar kelas. 

Para orang tua mendengarkan bagaimana kira-kira yang dilakukan anak anaknya. 

Ada yang menangis, namun tak lama sudah mereda, karena memang sang guru pandai menanganinya.

Ada yang teriak-teriak. Ada yang banyak bertanya.

Namun kelas ditutup rapat oleh sang guru, sehingga para orang tua yg menunggu hanya bisa menebak-nebak hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

"Braaaaaaak…..!!!!!!" Terdengar suara sangat keras dari dalam kelas.

Lalu terdengar suara tangis histeris beberapa anak.

Semua orang tua pun kaget, tanpa disadari semua berdiri menunggu kabar dari sang guru.

Pintu kelas dibuka oleh seorang guru. Dari luar tampak seorang guru menemani beberapa  murid yang histeris menangis.

Dan seorang guru lagi menggendong keluar tubuh mungil anak yang tampaknya tak sadarkan diri.

Dengan cepat sang guru melesat membawa tubuh anak kecil itu menuju ruang uks. Diikuti Suni, kakek dan nenek.

Tak ada mulut yang berani berucap sepatah katapun. Semua bergerak dengan cepat.

Setelah membaringkan tubuh Sean di ranjang uks, seorang dokter memeriksa Sean.

"Maafkan kelalaian kami pak, bu." Kata bu guru dengan suara bergetar dan seluruh tubuhnya tampak sedikit menggigil.

"Sean kenapa bu guru?" Suni memotong dengan penuh rasa khawatir.

" Tadi, Sean sedang main perosotan sendiri. Saat kami teralihkan pada anak lain, ternyata ada anak di dekat Sean yang mendorong keras mainan perosotannya sampai Sean ambruk menimpa rak buku di pojok kelas."

 Sang guru menjelaskan.

"Anak kecil sekuat itu?" Tanya pak Samir.

"Kami juga tidak menyangka pak. Maaf kan kami. Sudah lalai dihari pertama."

Tak lama terdengar suara tangis Sean. Mereka segera menghampiri Sean.

"Mama.!!!!!!" Sean menangis sejadi-jadinya.

Suni dengan cepat melesat naik ke ranjang dan memeluk tubuh adiknya. Menepuk2 punggungnya penuh rasa sayang.

"Yang mana yang sakit Sean? Biar kakak tiup. Nanti pasti cepet sembuh." Kata Suni 

"Mama….!!!!" Sean masih tetap menangis memanggil mamanya.

"Mama kan sedang di rumah sakit sayang… Sean pinter sam kakek nenek dan kakak disini." Kata bu Samsi duduk di dekat mereka.

"Huuuuu…uhuhuuuuu… hwaaaaa…" Sean tampak masih syok. Menangis sejadinya.

"Tidak ada luka yang serius pak. Mungkin hanya karena syok, tadi pingsan. Semua masih aman. Kepala juga aman." Kata bu dokter jaga.

"Dokter yakin?" Kata pak Samir.

"Yang saya periksa sejauh ini seperti itu. Namun ada baiknya kita pantau. Kalau nanti ada memar muncul, atau apapun itu, bisa dibawa ke dokter lanjutan." 

"Terima kasih dokter." Kata pak Samir sopan. Lalu mendekati Sean yang masih menangis.

"Cup..cup…cup adikku yang pinter…. Kalau kamu nangis terus, nanti kakak juga ikut nangis." Suni masih berusaha menenangkan sang adik dengan terus memeluknya.

"Kakak… Sean takut…" Sean mulai menyadari ada kakaknya.

"Takut apa?" Jawab Suni lembut.

"Temen Sean nakal…huuuu uuuhuuuu…." Jawab Sean diantara tangisnya.

"Cup… cup.. cup… nanti temen Sean yang nakal kita laporin polisi ya. Biar dihukum sama pak polisi." 

"Me…memang..hiks..hiks… pak polisi bisa?" Kata Sean masih sambil menangis.

" Tentu saja bisa. Nanti kakek juga akan bantu pak polisi."kata pak Samir.

"Semua sayang Sean. Mungkin temen Sean nggak sengaja." Kata bu Samsi.

"Tapi Sean masih takut Kak…. Sean mau pulang… Sean nggak mau sekolah…

Sean mau mama….. hiks..hiks…" tangis sean kembali pecah.

"Ya udah… kita pulang ya. Tapi jangan nangis. Sekarang, biar kakak hukum temannya Sean. Gimana?" Suni masih mencoba menenangkan adiknya.

"Nggak mau… nanti kakak dipukul sama anak itu. Tangannya besar…." Sean memeluk tubuh kakaknya semakin erat.

"Ya udah, Sean gendong Kakek ya… kita pulang. Nanti siang kita jenguk mama. Oke?" Kata pak Samsi.

Kepala sekolah datang ke ruang uks itu menemui pak Samsi.

"Kami sangat menyesal pak… hal ini akan kami rapatkan dengan segera. Kami akan melakukan beberapa pembinaan untuk orang tua si anak tersebut. Akan kami infokan nanti hasil penyelesaiannya."kata Bu Kepala sekolah.

"Baik Bu. Terima kasih tanggapan cepatnya. Semoga anak kami tidak trauma."

"Sekali lagi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya." Kata bu kepala sekolah sambil menundukkan setengah badannya pada keluarga pak Samir.

"Iya Bu. Namanya juga anak-anak." Pak Samir menanggapi dengan bijak.

"Maafkan bu Guru ya Sean sayang… Bu Guru tidak menjaga Sean dengan baik."

Sean yang sudah mulai tenang, mengangguk masih dalam pelukan sang kakak. 

"Janji ya… Bu Guru hukum yang tadi nakal." Seru Sean sambil membenamkan wajahnya lagi di dada mungil sang kakak.

"Iya sayang… Sean juga harus janji jadi anak kuat. Sean kan anak pinter. Sean juga anak pemberani. Besok sekolah lagi ya." Bu Kepala Sekolah merayu Sean dengan lembut.

Sean hanya mengangguk kecil dipelukan sang kakak.

…………..

Kita kembali ke rumah sakit.

Hari ini Sia dijadwalkan untuk kemoterapi pertamanya.

Deg-degan sudah bisa dipastikan.

Rasa takut dan khawatir pasti dirasakan juga oleh semua orang yang akan menjalani kemoterapi.

Perasaan itu bukan hanya dirasakan oleh si pasien. Tapi seluruh keluarganya akan merasakan hal yang serupa.

Beberapa perawat memasuki ruangan Sia.

Menanyakan kabar Sia pagi ini, menanyakan kondisi Sia saat ini. Menanyakan apakah bisa tidur nyenyak, dan sebagainya.

Semua terasa hanya seperti basa-basi sopan santun. Namun ada beberapa hal yang ternyata berguna dan dilaporkan dalam cacatan pada dokter yang akan memberikan tindakan medis penyembuhan.

Tak lama kemudian seorang dokter pun datang. Dokter laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut rapih dan wajah bersih. Bagi kebanyakan wanita, dokter semacam ini pasti akan menjadi idola.

"Selamat pagi, ibu Sia…. Bagaimana……" kalimat sang dokter terhenti saat ia melihat wajah Sia. "Sia..!!!" Seru sang dokter kemudian mendekat ke Sia.

Sia tampak sulit mengingat. Sia terdiam sesaat sambil mengamati wajah pak dokter tampan.

Sundan terhenyak namun hanya bisa diam memperhatikan.

"Sam? Kamu Sam?!" Sia tampak bisa mengenali wajah dokter itu.

"Ah, kau masih ingat." Sang dokter duduk di ranjang Sia, menghadap Sia. Seakan dia tidak peduli ada beberapa pasang mata memperhatikannya.

"Kamu sudah jadi dokter." Kata Sia. Ada sedikit kekaguman dalam kalimat singkatnya itu.

"Apa yang terjadi, kenapa kamu jadi seperti ini?" Tanya dokter Sam dengan mata menyelidik seluruh tubuh Sia.

"Ehem…ehem." Sundan tak mampu lagi hanya memperhatikan. Ia sengaja berdehem.

"Ah… kenalkan… itu suamiku, Sundan namanya." Kata Sia kemudian.

"Ah, maaf pak Sundan. Saya terlalu senang bertemu kawan lama saya, sampai tidak memperhatikan sekitar. Saya Sam. Dokter Sam. Yang akan menjadi dokter pribadi nyonya Sia."

Sundan mengangguk. Entah kenapa timbul rasa geram di benaknya. Namun ia berusaha menepisnya demi kesembuhan sang istri.

"Mohon bantuannya dokter. Bantu istri saya untuk sembuh." Sundan mengesampingkan kekesalannya. 

"Sudah jadi tugas saya , Pak Sundan. Tidak perlu sungkan. Akan saya kawal Sia sampai sembuh. Akan saya perhatikan tiap detiknya." Jawab sang dokter santai, namun terdengar ada banyak sindiran dan kesombongan di dalamnya.

"Kamu sudah siap Sia? Biar aku pastikan dulu beberapa hal. Silahkan berbaring." Kata Dokter Sam lembut pada Sia.

Sia hanya bisa menurut. Sia menatap wajah suaminya yang berdiri di sampingnya. Sia menyadari ada sedikit kekesalan dalam batin Sundan. 

"Oke. Semua baik. Kita lakukan kemoterapi sekarang?" Kata Dokter Sam.

Sia dan Sundan mengangguk kompak.

Sia duduk si kursi roda, di dorong seorang perawat, diikuti yang lainnya. Juga Sundan mengikuti dibelakangnya.

Namun tiba-tiba Dokter Sam menghentikan langkahnya. Tentu saja para perawat pun menghentikan langkahnya.

Dokter Sam meraih kursi roda yang diduduki Sia, dan mendorongnya perlahan. Para perawat hanya menurut dengan mulut terkatup dan saling pandang.

Bersamaan para perawat pun memandang Sundan yang berjalan paling belakang.

Sundan menjadi geram. Namun tak ada yang bisa dlakukannya. Dengan ekspresi bingung dan banyak pertanyaan, Sundan menggertakkan giginya dan tetap berjalan mengikuti rombongan itu.

Terpopuler

Comments

Anyah aatma

Anyah aatma

susah klo anak dah cari mama nya

2024-11-18

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

selalu aja ada anak yg cari perhatian 😔

2024-05-05

0

Kroos ♥️ Modric

Kroos ♥️ Modric

hi, aku datang.....
semoga hari kalian selalu berbahagia
sehat selalu
semangat up nya kakak
aku masih di sini kok

2023-10-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!