AWAL GEJALA

Suasana pagi penuh haru kembali terjadi di keluarga Sundan. Kedua anaknya yang masih sangat belia, membuat siapapun yang mendengarnya merasa iba sekaligus bangga.

Suci yang berdiri di depan pintu kamar ponakannya, mendengar kalimat-kalimat indah dari kedua ponakannya itu, tak sadar meneteskan air mata haru.

"Suni... Sean... Kalian sungguh anak-anak ajaib." gumam Suci dalam hati.

Suci tak ingin semakin larut dalam haru yang justru malah menyakiti hatinya yang terdalam. Ia kembali berjalan menuju meja makan, berusaha baik-baik saja dan meneruskan pekerjaannya.

"Mereka sungguh manis ya." kata Bu Samsi sambil duduk di seberang Suci dengan cangkir teh ditangannya.

"Iya Bu, Sia benar-benar berhasil menjadi seorang ibu. Aku saja tak yakin bisa menjadi seperti dia nanti." jawab Suci sambil mengatur kembali nafasnya.

"Awalnya ibu tidak begitu senang dengan Sia. Mengingat keluarganya yang seperti itu. Tapi ternyata dia gadis baik seperti yang kamu katakan." kata Bu Samsi jujur.

"Makanya ibu itu jangan asal menyimpulkan. Nyatanya anak ibu yang ibu didik sebaik mungkin saja, malah bisa jadi jahat. Begitu sebaliknya, anak seorang penjahat, belum tentu mengikuti jejak orang tuanya." kalimat Suci begitu sederhana, namun sangat mengena ke dalam benak Bu Samsi.

"Iya. Ibu juga mau minta maaf pada Sia nanti. Selama ini, ibu kurang bersikap baik padanya. Ibu hanya melihat semua hal dari sudut pandang ibu saja." kata Bu Samsi sambil menghela nafas.

Kalimat penyesalan mengalir begitu tulus dari mulut seorang mertua. Setelah melihat begitu banyak hal baik yang telah dilakukan oleh menantu kesayangannya. Rasa sayang pun mulai tumbuh dengan tulus dari sanubari Bu Samsi.

"Kapan kita bisa mulai cek kesehatan untuk menjadi pendonor bagi Sia?" kata Bu Samsi kemudian.

"Nunggu kabar dari Mas Sundan, Bu."

"Setelah mengantar anak-anak ke sekolah, antar ibu ke rumah sakit saja ya. Ibu mau melihat kondisi Sia."

"Ibu, terima kasih. Akhirnya ibu bisa menerima Sia seutuhnya." Suci beringsut memeluk hangat ibu kandungnya itu.

"Maaf kan ibu, Suci. Ibu tidak mendengarkan semua yang kamu katakan."

Saling meminta maaf dan memaafkan. Kedua hal itulah yang sedang terjadi antara Bu Samsi dan anak perempuannya,Suci.

Banyak hal dimasa lalu yang begitu kurang baik dilakukan Bu Samsi pada Sia, menantunya itu. Bukan hanya sekedar selisih paham, namun terkadang Bu Samsi terlalu masuk ke dalam ,dan ikut campur urusan rumah tangga Sia, yang seharusnya tidak dilakukan Bu Samsi sebagai seorang ibu mertua.

Tidak salah juga jika Bu Samsi melakukan semua hal agar putranya bisa bahagia. Namun tugas seorang ibu akan ada batasnya,ketika putranya sudah berkeluarga.

...…............

Suatu sore setelah resepsi pernikahan Sundan dan Sia selesai dilaksanakan.......

"Sundan! Kenapa disini masih berantakan! Ajari istrimu bebenah!" teriak Bu Samsi saat melihat kamar putra nya berantakan dengan berbagai macam kado dan baju-baju pesta milik Sia.

"Ibu, kamu semua capek. Nanti lah biar kami bereskan." jawab Sundan dengan perlahan.

"Bagaiman nanti kamu bisa istirahat, kalau kasur pengantin malah penuh barang seperti ini!" Bu Samsi tampak semakin menjadi.

"Ibu,biarkan saya bereskan sekarang. Maaf." kata Sia sambil berjalan mendekat dan mulai menata kamar Sundan yang juga akan menjadi kamarnya juga.

"Seorang istri itu, harus bertindak cepat! Jangan menunggu orang lain mengingatkan!" kata Bu Samsi dengan keras.

"Sudah,Bu... Masih ada beberapa saudara dirumah. Nggak enak kalau ibu bentak-bentak Sia. Dia juga capek ,Bu." kata Sundan bermaksud menengahi.

"Jangan dimanja! Nanti melunjak! kamu seorang laki-laki! Kepala rumah tangga itu harus tegas!" kata-kata bu Samsi terdengar sangat tegas tanpa ampun.

"Ibu!!" Sundan menjadi terpancing dan meninggikan suaranya.

"Mas, sudah cukup. Aku yang tidak tanggap." kata Sia berusaha menenangkan suaminya.

"Bagus! Baru berapa hari kamu membawa anak penjahat ini menjadi bagian dari keluarga ini,tapi kamu sudah berani membentak ibumu." Bu Samsi tampak semakin kesal.

"Ibu..." Sia berusaha meredakan amarah Bu Samsi, namun, belum selesai sia akan berucap, Bu Samsi memotongnya dengan keras.

"Diam kamu! Anak seorang penjahat, tidak perlu berpura- pura baik." bentak Bu Samsi sambil menjulurkan telunjuknya ke arah wajah Mada.

mendengar suara teriakan sang ibu, Suci yang sedari tadi berbincang dengan sanak keluarga di ruang tengah, beranjak mencari sumber keributan.

"Kalian ini ada apa sih,malah ribut-ribut disini. Masih banyak kerabat dirumah, malu kalau mereka dengar." kata Suci sambil menutup pintu kamar kakaknya.

"Kamu lihat! Kamar yang biasanya selalu rapi, lihatlah berubah menjadi sarang persembunyian penjahat." Bu Samsi masih meninggikan suaranya.

"Sudah, itu bukan urusan kita lagi, Bu. Biarkan mereka sendiri yang membereskan. Ibu ikut Suci saja, Suci buatkan minuman hangat untuk ibu." Suci berusaha mencairkan suasana tegang malam itu

"Tapi suci... " Bu Samsi masih terlihat tidak puas.

"Ssssst.... Nanti kalau bapak dengar, goloknya nanti keluar." Suci memang tampak pandai meredakan amarah ibunya.

Sundan yang masih menahan amarah hanya terdiam, membuang muka dan tidak mau menatap ibunya.

Semua hal dimulai dari saat itu. Pertengkaran-pertengkaran kecil, perbedaan pendapat, sering membuat Sia harus menahan amarah. Sia tidak ingin menjadi menantu yang berani melawan mertuanya,meskipun terkadang sikap Bu Samsi bisa dibilang keterlaluan.

Namun, disaat yang tepat, Suci selalu bisa datang tepat waktu sebagai penengah.

Suci dan Sia sudah berteman sangat lama. Sehingga mereka bisa saling mengerti dan menguatkan. Saling terbuka dan saling mendukung. Sehingga, meskipun sia sering tertekan, suci akan selalu datang di saat yang dibutuhkan.

Suci bisa menjadi adik ipar sekaligus sahabat terbaik untuk Sia. Menjadi Tante yang bisa diandalkan juga untuk ponakan-ponakannya.

................

Kembali ke rumah sakit.....

Sundan duduk disamping Sia dengan wajah lelahnya. Wajah Sia terlihat semakin tirus dan pucat. Padahal baru beberapa hari ia dirawat.

"Mas, rasanya rambutku sangat lepek. Aku mau keramas." pinta Sia pada suaminya.

"Baiklah. Aku siapkan dulu air hangatnya." kata Sundan sambil beranjak menuju kamar mandi.

Setelah semua dirasa cukup, Sundan membantu istrinya untuk membersihkan diri. Dengan sangat telaten dan penuh perhatian, Sundan merawat istrinya.

Namun betapa terkejutnya Sundan, saat menyiram kepala istrinya, rambut Sia tampak banyak mengalami kerontokan. Bukan hanya satu atau dua helai. tapi terlihat sangat banyak rambut yang rontok.

Batin Sundan menjerit sakit, melihat kenyataan. Rasa sedih hampir tak bisa ia sembunyikan. Air mata pun mulai menggenang di sudut mata Sundan.

"Kenapa diam saja,Mas?" tanya Sia.

Sundan mengatur nafas, dan menyeka air mata yang hampir terjatuh.

"Kenapa diam saja?" tanya Sia lagi.

"Apa? Suara air bikin suaramu kurang jelas." Sundan menjawab sekenanya.

"Mas... Kepalaku mulai pusing lagi." keluh Sia kemudian.

Sundan menghentikan menyiram rambut Sia. Ia berpindah ke depan dan berhadapan dengan Sia.

"Kita sudahi saja. Sudah bersih juga kok. Pusing banget kah?" tanya Sundan sambil membelai kedua pipi Sia.

Sia hanya mengangguk. Dan terlihat melemas lagi. Sundan dengan sigap menangkap tubuh istrinya, membopongnya dan menempatkannya di atas ranjang rumah sakit lagi.

"Kenapa rasanya cepet banget capek ya?" tanya Sia lirih.

"Namanya juga orang sakit. Dah, nggak usah banyak mikir. Biar cepet pulih." kata Sundan berusaha menghibur sambil mengeringkan perlahan rambut Sia.

"Aku kangen anak-anak ,Mas." kata Sia lagi.

"Nanti sepulang sekolah,ereka pasti juga kesini." jawab Sundan lembut.

"Permisi... bapak Sundan dimohon ke ruang dokter sekarang. Ibu Sia mari saya periksa tekanan darahnya terlebih dahulu." kata seorang perawat yang masuk tak lama kemudian.

"Ada apa kita-kira suster kenapa dokter memanggil suami saya?" tanya Sia.

"Saya juga tidak paham, Bu Sia. Hanya dokter yang bisa menjelaskan semua hal. Seandainya saya tahu pun,saya tidak memiliki wewenang untuk memberikan informasi dari dokter." jawab perawat itu dengan sangat sopan.

...****************...

To be continue.....

Terpopuler

Comments

Anyah aatma

Anyah aatma

i hope sia sehat, dan kedua patsuri ini hidup bhgia

2024-11-18

0

Anyah aatma

Anyah aatma

panjang umur km ya suci

2024-11-18

0

Anyah aatma

Anyah aatma

kocak kau bumer😁

2024-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!