2 tahun lalu....
Sundan adalah lelaki setia yang selalu menjaga pandangannya. Bahkan jauh sebelum bertemu dengan sia, ia hanya pacaran sekali saat masih di bangku SMK.
Bukan karena culun, tapi memang karena dia pria cool yang no romantik-romantik.
Itulah sebabnya saat bertemu bahkan sampai menikah dengan Sia, Suci selalu berdiri dibalik suksesnya kencan si kakak.
Waktu ini flashback saat Sundan harus bekerja di luar kota selama 3 bulan. Karena di perusahaan cabang kekurangan staff, Sundan ditugaskan untuk membantu di perusahaan cabang.
Tidak ada rasa khawatir sedikitpun dalam benak Sia, karena ia pun hafal betul watak suaminya itu.
"Sia… kalau kamu butuh bantuan, jangan segan-segan minta tolong Suci atau Ibu atau Bapak ya." Kata Sundan sambil memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil.
"Nggak perlu khawatir,Mas….kamu jugaa baik-baik di sana. Jaga makan."
"Oke. Bye." Sundan mengecup kening istrinya, memeluknya sesaat.
"Kamu nggak usah khawatir. Bapak bakal sering nengok mereka." Pak Samir, ayah sundan mendekati putranya.
"Iya loh Mas, rumah kita juga cuma jarak beberapa rumah aja, khawatirnya terlalu lebay." suci menggoda kakaknya.
"Dia itu sebenarnya nggak pengen jauh-jauh dari istri dan anak. Bilang aja kamu bingung kalau jauh dari anak istri." Bu Samsi pun ikut menggoda putranya.
"Ibu... Anakmu sebenarnya aku atau Sia? Bukannya berpihak padaku malah ikut -ikutan Suci." Sundan menanggapi ibunya.
"Kau juga!!! Adik macam apa, bukannya khawatir abangnya mau bepergian. Malah nyuruh cepet-cepet pergi."
"Kakak banyak omong deh!!! Buruan. Ketinggalan pesawat nanti. Keburu jemput Suni di sekolah juga." ujar Suci.
Dirasa sudah cukup berpamitan, Sundan menuju bandara diantar Suci,adik perempuannya.
"Jangan lupa kasih kabar kalau nyampek. Sia pasti sangat khawatir sama kamu ,Mas." kata Suci sambil tetap fokus mengemudi.
"Yang suaminya itu aku. Sudah seharusnya aku begitu. Kenapa sekarang kamu ribut mulu sih?"
"Ya kan aku cuma mengingatkan. Kamu tuh seringnya nggak peka. Kalau udah ketemu teman, kamu pasti lupa sama keluarga."
"Itu dulu...sekarang aku sudah punya anak istri. Otomatis mereka yang jadi prioritas kangen ku lah."
"Awas kalau lupa.!!!" Suci menekankan peringatannya.
Keheningan tercipta sesaat, mereka terhenti sejenak di depan perlintasan kereta karena ada kereta yang harus melintas.
'Ddduuuuaaaaarrrkk..... Bbbraaaaarrkkkk....'
Suara keras di belakang mengejutkan mereka. Reflek keduanya melihat arah belakang.
Sundan turun dari mobil untuk melihat yang terjadi.
C
"Kecelakaan Mas." kata seseorang yang juga turun dari mobilnya.
"Apa nabrak apa Mas? Suaranya kenceng banget." tanya Sundan.
"Mobil nabrak truk yang sudah berhenti Mas."
Sundan mendekat untuk melihat keadaan.
"Saya sudah panggil polisi. Tunggu polisi datang saja." kata orang yang lain.
"Tapi kasihan itu wanitanya sampai kelempar."
"Eh...eh... Dia bangun!!! Tolongi saja!" kata yang lain saat melihat wanita yang terlempar bergerak.
"Jangan!!!! Tunggu polisi saja. Tunggu ambulan. Takutnya malah salah."
"Orang nolong kok salah."
Terjadi perdebatan kecil diantara orang-orang yang menyaksikan kecelakaan tadi.
Sundan melihat sang wanita yang terkapar di tengah jalan. Seakan dia mengenalnya. Atau hanya mirip saja.
Naluri Sundan membuatnya semakin mendekati si wanita yang wajah dan kakinya berlumuran darah.
Polisi datang beserta ambulan mengikuti dibelakangnya.
Saat petugas kesehatan menolong si wanita, tampak si wanita pun menatap Sundan. Mata ketemu mata sesaat.
"Sundan..." tampak si wanita memanggil namanya lirih seraya melambaikan tangannya dengan lemah karena menahan rasa sakit.
"Sasa?!!!"
Entah apa yang dipikirkan Sundan. Ia mendekati si wanita yang bernama Sasa.
"Mas!!! Ayo jalan!" panggil Suci.
"Aku kenal sama salah satu korban ci.... Kita tolong dulu ya."
"Nanti kamu terlambat."
sungguh sangat dilema. Sundan tak tega meninggalkan orang dikenalnya sedang mengalami hal buruk. Tapi disisi lain dia harus segera pergi.
"Memang siapa?" Suci mendekati kakaknya yang tampak bingung.
"Sasa." jawab Sundan dengan rasa segan dengan adiknya.
"Sopirnya dikonfirmasi meninggal ditempat."kata seorang yang juga menyaksikan disana.
Sundan dan Suci saling pandang sejenak.
"Kita ikuti dulu sampai rumah sakit,Mas. Sambil hubungi keluarganya."Suci pun tampak tidak tega.
Sundan dan Suci mengikuti ambulan menuju rumah sakit.
Untungnya si wanita tidak mengalami luka yang sangat serius. bahkan sama sekali tidak pingsan.
"Aku yang membuatnya nabrak Sun..." kata Sasa disela isak tangisnya.
"Kamu harus tenang Sa.." Sundan menepuk Sasa yang duduk diranjang. Sundan berdiri disamping Sasa.
"Aku tadi buru-buru harus ke bandara." Sasa nampak berantakan.
Suci mendekat dan mengulurkan sisir. Namin tampaknya Sasa tidak memperdulikan. Dengan perlahan Suci menyisir rambut Sasa yang berantakan.
Begitulah awal pertemuan kembali Sundan dengan mantan pacarnya sewaktu SMA.
Semenjak Sasa ketahuan selingkuh saat usia pacaran mereka satu tahun, Sundan tak pernah bertemu lagi.
Sasa pun pindah sekolah ke kota lain mengikuti pekerjaan ayahnya.
...............
Hal yang tidak pernah terduga, ternyata Sundan dan Sasa akan menuju kota yang sama. Karena didorong rasa iba dan kemanusiaan, Sundan menemani perjalanan Sasa bersama jasad pacar Sasa mengendarai helikopter milik ayah Sasa.
Sundan mendampingi Sasa yang sangat tampak sedih karena kehilangan kekasih hatinya.
Bahkan Sundan menunda kehadirannya di tempat seharusnya ia berada, untuk mendampingi Sasa.
Walaupun perasaan Sundan sudah tidak lagi ada rasa cinta, namun bagaimanapun mereka pernah dekat. Sundan yang tahu perangai Sasa, tidak tega meninggalkan Sasa dalam kesedihan.
Suci yang mengetahui hal itu, tak berani melaporkannya pada Sia. Selain karena ia percaya pada abangnya, dia juga tak berani membuat Sia terlalu khawatir.
Suci hanya biaa berharap kakaknya tidak larut dalam perasaan lamanya dan melakukan kesalahan bodoh yang akan menyakiti banyak orang.
Namun ternyata berbeda bagi Suci.
Ia merasakan niat lain dari perhatian Sundan.
Suci yang kesepian dan masih dalam suasana duka, sering berkunjung ke kediaman Sundan yang sudah disediakan dari perusahaan cabang itu.
Tak mengenal waktu, Suci datang seenaknya dan pergi seenaknya ke tempat tinggal Sundan.
Dua minggi sejak pertemuan pertama.......
"Sundan... Kau pasti belum makan. Aku bawakan bakso kesukaan kamu." dengan enteng Sasa datang ke kediaman Sundan.
Saat itu Sundan sedang berkumpul dengan teman-temannya. Sasa membawa beberapa porsi bakso. Yang bisa cukup makan bersama Sundan dan kawan-kawannya.
"Wah... Kau benar-benar hebat bro... Tak kusangka kau sembunyi kesini karena ada yang bening juga disini. Kau pandai sekali kawan." celoteh salah satu temannya.
"Kau ngomong apa sih. Dia itu cuma teman lama." kata Sundan yang saat itu masih setia dengan janji pernikahannya dengan Sia.
"Ahhh... Selama istrimu tak tahu, tak akan masalah kan?" kata yang lain.
"Sundan memang suka malu-malu kucing." Sasa menjawab tanpa merasa bersalah.
obrolan tentang hal-hal yang bersifat dewasa tercipta saat itu. Sasa yang dulu adalah gadis lembut, berubah menjadi gadis liar dengan kalimat-kalimat ringan keluar dari mulutnya tanpa ada saringan.
Sundan tampak risih dengan perubahan Sasa. Perasaan gak enak pada kawan-kawannya membuatnya tak nyaman.
Jam 11 malam kawan-kawan Sundan berpamitan.
Sundan pun hendak menyuruh Sasa untuk pulang.
"Jangan suruh aku pulang. Kau tahu kan aku sangat takut sendirian. Aku selalu ingat Samin kalau sendirian. Tapi malam ini papa dan mamaku pergi ke rumah kerabatku. Jadi aku takut sendiri."
"Sasa... Aku sudah menikah. Aku tidak bisa menampungmu disini." Sundan tampak sangat waspada melihat gelagat Sasa yang tidak sopan.
"Apa yang kau pikirkan. Aku cuma membuatkan kopi. Minumlah." Kata Sasa santai sambil duduk di tepi ranjang Sundan.
"Sebaiknya kau pulang."
"Oke..oke... Tapi minum dulu kopimu." Sasa masih tidak beranjak.
Sundan menenggak kopi hangat buatan Sasa dengan cepat, berharap Sasa segera pergi.
"Aku mau ketoilet dulu." kata Sasa.
Hampir sekitar sepuluh menit Sasa berada di dalam kamar mandi.
Sundan merasakan aliran panas mengisi seluruh tubuhnya. Dari ujung jari kaki mengalir sampai ke puncak kepalanya.
"Apa yang dimasukkannya ke dalam kopi? Kenapa badanku jadi begini." gumam Sundan.
Detak jantung tak beraturan... Membuat nafasnya terengah. Sekujur tubuhnya terasa panas.
CEKLEK!!
Suara pintu kamar Sundan ditutup oleh Sasa.
Entah dorongan apa, Sundan melihat Sasa yang membuka sedikit baju dibagian dadanya, membuat darahnya semakin mendidih.
Sundan mencoba menguasai diri. Berkali-kali ditamparnya pipi kanan dan kirinya sampai memerah. Sundan berusaha sadar.
Sasa yang semakin kurang ajar mendekati Sundan, seakan semua sudah dia rencanakan.
"Sundan... Kamu baik-baik saja?" Suara Sasa terdengar sangat lembut ditelinga Sundan.
Sasa semakin mendekat....
Sundan mencoba mencari pegangan....
..........
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Anyah aatma
kamu salah sundan. tidak ada perasaan harusnya tidak perhatian bahkan kepedulian. kalo mau menolong serahkan aja ke adik kamu, kamunya menyingkir. no talk anymore.
2024-11-17
0
Anyah aatma
menoling orang kecelakaan bisa di tuduh sbg pelaku. emang ada sih kasus yg kek bgitu. apalagi klo ga ada saksi mata.
2024-11-17
0
Anyah aatma
sundan be like: kau mau mati? sini aku cekek, dasar jalang! 🙏🙏🙏
2024-11-17
0