Suci dan Sundan tampak sangat bingung dan panik. Saat perawat datang, saat itu pula terdengar suara Sia memanggilnya.
"Mas... Aku dimana?"perlahan Sia membuka mata dan menatap sekeliling. "Kenapa ada perawat?"
"Selamat malam bu... Bagaiamana, apakah masih pusing?" kata si perawat dengan ramah sambil memeriksa nadi dan tensi Sia.
"Sedikit mbak. Lemes banget, nggak punya tenaga."
"Sebaiknya ibu banyak istirahat." kata si perawat. "Nah, sudah selesai... Saya pamit dulu... Ibu harus banyak istirahat dan minum air putih." nasehat dari si perawat.
"Anak-anak dimana Mas?" tanya Sia.
"Anak-anak dirumah sama Ibu." jawab Suci.
"Aku haus.."
Sundan menopang tubuh Sia agar bisa duduk nyaman. Dan memberikan air putih padanya. Tak lama seorang perawat masuk bangsal itu.
"Keluarga terdekat bu Sia, dimohon ke ruangan dokter, sekarang." kata si perawat.
Sundan mengikuti perawat yang mengantarnya ke ruangan dokter.
Dokter menyerahkan hasil uji lab darah Sia. Sundan menerimanya dengan perasaan campur aduk berharap semoga hasilnya adalah kabar baik.
"Positif?" seakan tak percaya dengan semua keterangan yang dilihatnya. Matanya menjadi berkaca-kaca. Tubuhnya lunglai. Namun akal sehatnya membuatnya tetap terjaga. Bagaimana pun dia adalah lelaki yang harus tetap kuat.
"Benar. Sudah berapa Lama istri anda mengeluh sering pusing? Atau mudah lelah?"
"Itu...." Sundan tampak mengingat-ingat.
Suatu sore saat Sundan pulang kerja tanpa lembur.
"Dibikinin minum apa, Mas?"
"Nggak usah. Air putih aja kasih es batu. Panas banget hari ini." jawab Sundan sambil melepas kemeja dan celana kerjanya.
"Ini, Mas... " kata Sia samnil menaruh gelas di meja di depan suaminya yang masih fokus memegang hp dengan kolor dan singlet saja yang menempel ditubuhnya. Hanya dijawab dengan anggukan oleng sang suami
Sia meraih baju kotor suaminya dan membawanya ke keranjang baju kotor disamping mesin cuci.
"Anak-anak masih tidur?" seru suaminya kemudian.
"Iya." jawab singkat Sia.
"Tadi jam berapa mereka tidur?"
"Biasa... Jam 2. Suni pulang sekolah jam 1. Sampai rumah cuma makan. Terus tidur." jawab sia sambil memasukkan cucian kotor ke dalam mesin cuci. Kemudian memberika tambahan sabun secukupnya. Dan menyalakan mesin cuci.
"Nanti malem kita keluar Yuk... Mumpung aku nggak lembur."
"Brrrruuuuuk!!!!" Sia tak sadarkan diri dengan wajah pucat.
Buru-buru Sundan menghampiri istrinya lalu membopongnya dan membaringkannya di sofa depan tv. Sundan berlari mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke bagian hidung dan telapak tangan Sia yang terasa sangat dingin.
"Sia!!!! Bangun!!! Kamu kenapa?" Sundan tampak terengah-engah dan panik.
Beberapa menit kemudian Sia membuka mata. Sundan tampak memegang erat tangan Sia dengan penuh kasih sayang.
"Mas..."Suara Sia tampak lemah.
"Kamu kenapa? Pusing?" Sundan yang tadinya akan segera manggil ambulan mengurungkan niatnya saat Sia mulai sadar.
"He-em. Sedikit pusing. Mungkin kurang darah." jawab Sia sambil berusaha bangun. Sundan membantunya bangun dan menyandarkan punggung Sia di sandaran sofa.
"Mau minum?" Sundan menawarkan.
"He-em. Air putih hangat, tolong ya ,Mas." jawab Sia sudah semakin membaik.
"Kita ke dokter ya. Biar anak-anak dijaga Ibu."kata Sundan.
"Nggak usah Mas... Paling aku cuma capek aja."
"Makanya kalau anak-anak tidur, ya kamu ikut tidur sebentar. Biar nggak kecapean gini. Kalau dirumah nggak ada siapa-siapa gimana?Lagian dirumah ngapain aja sih, sampai kecapean banget kayak gitu."Sundan malah mengomel.
Sia yang tak habis pikir mendengar omelan Sundan, hanya terdiam lalu beranjak menuju kamar anaknya dan tidur disana.
..........
Kita kembali ke ruangan dokter dengan Sundan yang masih menatap tajam membaca berulang hasil tes lab darah Sia.
"Pertama kali saya tahu dia pingsan mungkin sudah beberapa bulan lalu. Sudah lama sekali ,Dok."
"Kenapa tidak periksa saat itu?"
"Dia selalu menolak. Dia bolang hanya kecapean dan kurang darah. Masalahnya setelah istirahat sebentar dan minum suplemen penambah darah, dia langsung membaik,Dok."
"Bagaimana dengan mimisan?"
"Mimisan dok? Seingat saya, saya tidak pernah melihatnya." jawab Sundan sambil mengingat-ingat.
"Tapi dia sering mengeluh punggungnya terasa sakit dan kaku. Makanya dia sering meminta anak kami untuk berdiri dan berjalan dipunggungnya."
"Sudah berapa lama?"
"Saya tidak ingat pasti,Dok. Dua atau tiga bulan belakangan ini,mungkin."
"Baiklah. Kita lakukan beberapa langkah pengobatan bertahap. Bagaimana,Pak?"
"Saya ngikut bagaimana sebaiknya dokter. Tapi istri saya bisa sembuh kan dok?"
"Masih ada beberapa pemeriksaan lanjutan,untuk tahu leukimia ini jenis apa, sehingga akan menentukan langkah pengobatannya." dokter menjelaskan.
"Jaga pola hidup dan perbanyak istirahat. Untuk sementar bisa rawat jalan dulu. Sambil menunggu hasil pemeriksaan lanjutannya. Dan untuk berjaga-jaga, persiapkan anggota keluarga yang memiliki hubungan darah, jika sekiranya dibutuhkan pendonor sumsum tulang. "
Bagaikan hujan badai dimusim kemarau. Sundan tampak lesu keluar dari ruang dokter menuju barak istrinya. Dengan amplop coklat di tangan kanannya, ia berjalan menuju istrinya. Dan segera memeluk istrinya yang berbaring di ranjang rumah sakit.
"Maafkan aku sayang... Aku tidak pernah memperhatikanmu. Maafkan kelalaian ku sebagai suamimu. Aku yang seharusnya dihukum." Sundan terisak sambil memeluk Sia.
"Ada apa sih,Mas? Aku nggak apa-apa. Aku sudah baikan. Ayo kita pulang. Aku sudah nggak betah disini." kata Sia sambil menepuk punggung suaminya.
Suci meraih amplop coklat dan membaca isinya. Ia tak mampu menahan air mata. Lalu keluar ruangan dan menyembunyikan surat keterangan hasil lab itu di dalam tasnya.
"Sungguh malang sahabatku.... Aku yang seharusnya dihukum. Aku seharusnya tidak mengenalkannya pada kakakku yang brengsek itu.
Suci menyalahkan dirinya sendiri sambil sesenggukan menangis di bangku taman rumah sakit.
...............
Lamunan Suci mendarat di tahun-tahun awal perkuliahannya.
"Suci!!!! Kakakmu ngajakin aku keluar... Gimana,,, direstui nggak?"
"Kalau kamu juga suka abangku, ya silahkan aja. Tapi kalau kalian beneran jadian sampai menikah. Jangan paksa aku panggil kamu kakak ya. Kita seumuran."
"Ok. Terima kasih."
"Katanya mau diajak nge-date kemana?" Suci tampak penasaran.
"Katanya nonton film Batman terbaru." jawab Sia dengan senyum merekah.
"Yaaaah Abangku bener-bener... Ngajakin cewek kencan, nontonnya film batman. Nggak ada romantis-romantisnya dong. Yang diajak juga mau-mau aja."
"Nggak apa-apa... Yang penting nge-date."
"Dasar kalian sama aja. Gendeng. " kata Suci sambil geleng- geleng kepala. "Kalau kebetulan ketemu aku pas kamu jalan sana kakakku, pura-pura nggak kenal aja ya. Aku malu punya abang yang aneh. Herannya,,, ada sahabat baikku yang suka sama abangku yang aneh itu." Suci meledek.
"Nggak mau denger.... Bye Suci ...gadis jomblo." Sia membalas ledekan Suci.
"Kudoakan kalian nggak jadian!!" seru Suci sambil tertawa.
..........
Kita kembali ke rumah sakit.
"Suci... Ngapain disitu. Ayo pulang. Kalian ini aneh." kata Sia yang berjalan sendiri disamping Sundan, seakan tidak ada rasa sakit di tubuhnya.
"Sia..." Suci bangkit mdan memeluk Sia.
"Kalian kenapa sih... Aku cuma kecapean dan kurang darah aja.... Seperti biasanya. Lihat ini sudah sehat lagi." kata Sia ."Tingkah kalian ini aneh. Kayak aku mau mati aja..."
"Sia!!! Jangan ngomong kayak gitu. Nggak enak didengernya." seru Sundan.
"Ya habisnya tingkah kalian ini aneh."
Hari ini semua tampak biasa saja. Sundan dan Suci menyembunyikan kenyataan. Penyesalan mereka membuat mereka tidak tega mengatakan hal sebenarnya pada Sia.
........
Malam itu Sundan tidak bisa tidur. Ia memandangi Sia yang tertidur pulas. Sesekali ia melihat ke kamar anak-anaknya sekedar untuk melihat keadaan anak-anaknya dengan perasaan khawatir dan hancur.
"Apa yang harus Papa lakukan sekarang... Apa se-melelahkan itu mengurus kalian... Sampai mama harus menderita seperti itu... "kata Sundan sambil mengelus kepala kedua anaknya yang tertidur pulas.
"Ah tidak... Itu bukan salah kalian. Papa yang pantas disalahkan." gumamnya lagi sambil mengusap air disudut matanya.
Sundan kembali berjalan menuju kamar. Dan melihat istrinya terbangun.
"Ada apa Sia? Kamu butuh sesuatu?"
"Cuma mau ke kamar mandi. Buang air kecil." kata Sia dengan mata setengah terpejam.
Sundan menghampiri Sia hendak memapahnya.
"Kamu ngapain ,Mas? Aku bisa jalan sendiri. Aku sudah sehat." katanya saat sang suami tiba- membopongnya.
"Aku khawatir." Sundan jujur.
"Ya ..tapi jangan selebay ini... Aku masih kuat jalan."kata Sia "Kamu tidak merayuku kan?"
"Apa yang kamu pikirkan. Aku benar-benar khawatir kamu pingsan lagi."
Sundan mengantar Sia sampai ke dalam kamar mandi.
"Mas, aku mau buang air kecil. Kamu bisa keluar dulu nggak?"
"Silahkan buang air kecil. Aku tunggu disini." kata Sundan tak beranjak dari samping Sia yang sudah duduk ditoilet duduknya.
"Jangan ribut... Cepetan buang air kecilnya..." Kata Sundan sambil membantu Sia menurunkan celana tidur dan celana dalam Sia.
"Mas..!!!" teriak Sia kaget.
"Apa sih??! Buang otak kotormu!! Aku membantu karena beneran khawatir." Sundan tampak serius dengan ucapannya. Namun itu malah membuat Sia terkekeh.
"Mas,,,, tolong kamu keluar dulu. Kalau kamu disini, aku nggak bisa buang air kecil. Nanti malah aku pingsan karena menahan buang air kecil dan ketawa lihat tingkah konyolmu." kata Sia sambil mendorong pelan tubuh suaminya yang masih jongkok didepannya itu.
"Oh...gitu ya... Oke-oke...aku keluar. Kamu yakin nggak apa-apa?"
"Mas..." Sia memelototkan matanya.
Sundan menuruti Sia.
"Tapi pintunya dibuka ya?" seru Sundan dari pintu kamar mandi.
"Maaaaasss......"Sia makin melotot.
"Oh...Oke-oke."Sundan menutup pintu kamar mandi dan terlihat bayangan kepalanya yang berdiri berjaga dibalik pintu.
"Dia begitu cuma kalau aku sakit atau hamil atau habis melahirkan. Kalau sudah sehat ya kembali cuek lagi. Hmmmmm dasar Sundan." gumam Sia.
"Sudah belom?!" seru Sundan dari luar.
"Sudah... Kenapa?" jawab Sia sambil membuka pintu kamar mandi.
Dengan sigap, Sundan kembali membopong tubuh istrinya dan merebahkannya pelan diranjang. Lalu ia pun berbaring disamping istrinya itu.
"Kamu mau?" kata Sia sambil memperhatikan perilaku tak biasa suaminya.
"Eeeeee.... Buang otak mesummu... Kamu tuh nggak bisa bedain suami yang khawatir sama suami yang nafsu." kata Sundan sambil menjitak pelan dahi istrinya itu.
"Auw... Malah dijitak sih?" Sia protes.
"Diperhatiin malah dianggap yang aneh-aneh. Dah ah!!! Aku ngantuk!" seru Sundan kemudian membalikkan badan membelakangi Sia.
"Dih... Marah."Sia menggelitik suaminya. Dan tentunya membuat suaminya itu kembali membalikkan badan menghadap dirinya.
"Uda sayangku... Kita tidur. Besok kita bangun pagi. Olahraga bareng. Jalan-jalan komplek." kata Sundan sambil memeluk istrinya.
"Nggak berangkat pagi?"
"Nggak... Udah ah...ayo tidur."
..............
Sementara itu... Suci masih terjaga di depan laptop di dalam kamarnya. Suci terus menggali informasi di internet, mencari tahu segala kemungkinan untuk penyembuhan Sia.
"Suci..... Kamu masih belum tidur?" sapa sang ibu dari luar pintu.
"Ini baru mau tidur bu...ada apa?" jawab Suci dari dalam kamar.
"Nggak apa-apa, ibu dari kamar mandi. Lihat lampu kamarmu masih nyala. Ibu pikir kamu ketiduran ata apa." kata bu Samsi sambil membuka pintu kamar Suci dan melongokkan kepalanya ke dalam.
"Oh... Ini Suci sudah selesai... Mau tidur." Suci buru-buru menutup laptopnya. Dia tidak berani memberi tahu ibunya perihal hasil tes lab Sia. Ia takut ibunya terkejut. Bahkan Suci dan Sundan pun tak berani mengabarkannya pada orang tua Sia.
"Ya udah... Buruan tidur." kata bu Samsi sambil menutup kembali pintu kamar Suci.
Bu Samsi tampak berpikir, ia melihat sesuatu yang tidak asing di meja Suci. Bu Samsi kembali membuka kamar Suci dan masuk ke dalam.
Bu Samsi mendekati Suci yang belum beranjak dari mejanya.
"Ini sudah bu.... Siap- siap mau tidur ini... " seru Suci terburu-buru karena kaget tak menyangka ibunya kembali masuk. Suci sangat gugup, karena tidak sempat menyembunyikan amplop coklat dari rumah sakit.
Suci benar- benar deg-degan saat tangan ibunya menjulur ke arah mejanya.
"Kenappa ada toples ini disini? Kamu stress lagi ya? Ada apa? Kangen pacar apa karena kerjaan?" tanya bu Samsi yang mengambil toples isi makanan yang terletak berdampingan dengan amplop coklat yang untungnya terbalik. Jadi kop amplop yang bertuliskan nama rumah sakit dan pasien tidak terlihat oleh bu samsi.
"Oh... Iya bu... Enggak.... Eh... Iya..iya... Ini.. banyak pekerjaan dari pak bos tadi. Tapi udah selesai kok. Udah beres." Suci berusaha bersikap sewajarnya.
"Yakin? Kalau ada apa-apa cerita ke ibu atau bapak. Jangan suka dipendam sendiri. Nanti gila loh... Depresi...." kata si ibu dengan sangat ekspresif.
"Ibu macam apa yang mengatai anak sendiri gila... Udah bu...aku mau tidur..... Dicariin Bapak nanti... 'Istrikuuuu dimanakah kamu berada?' hahahahah.."Suci menggoda ibunya sambil menuntunnya ke arah pintu.
"Dasar anak durhaka. Beraninya nggodain orang tuanya.... Mimpi indah ya sayang... " kata Bu Samsi mengecup kening anaknya lalu meninggalkan Suci.
Di dalam kamar Suci masih termenung menyalahkan diri sendiri. Doa-doa dia panjatkan kepada Tuhan, memohonkan mujizat dan jalan kesembuhan untuk Sia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
To be continue.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Anyah aatma
saudara laki2 memang selalu aneh Dimata saudari perempuan. Tp LBH aneh LG malah di bucinin sama ciwi2 di luar. wkwk
2024-11-16
1
Anyah aatma
harusnya laki2 klo di tawarin lgsg gas. pak sundan agak beda ya. wkwk
2024-11-17
1
Anyah aatma
Mungkin sdh nasipnya pak. Sakit itu nggak dtg krna lelah atau apa.
2024-11-17
0