JULID Girl'S

JULID Girl'S

Di khianati

Bahagia, adalah jalan hidup yang akan di ambil seorang gadis bernama Lii Nuah, panggilannya Nuah. Hidupnya memang terkesan ngenes tapi dia merasa hidupnya tidak seburuk apa yang di lihat orang orang.

Sore itu tepat di hari sabtu, Nuah baru saja dari pemakaman orang tuanya. Ya, Nuah adalah seorang anak yatim piatu. Dia tak memiliki kerabat seorangpun namun karena sifat Nuah yang baik membuatnya di cintai banyak orang dan banyak orang pula yang bersedia melindunginya tanpa syarat.

"Eh, neng Nuah? Pulang nyekar?" Seorang wanita bertanya dengan senyum lembutnya.

"Iya Bu, baru pulang dari sawah ya?" Nuah balik bertanya saat melihat penampilan yang dirasa cocok untuk pertanyaan itu.

"Iya neng, malam ini pengajian mingguan jangan lupa ya neng!" Nuah mengangguk dan wanita itupun berlalu. Nuah kini berada di sebuah tempat yang indah dengan pemandangan sawah yang hijau dan siluet jingga nampak menerpa air di atas sawah.

Nuah menghembuskan nafasnya berulang ulang, entah mengapa sejak pagi hatinya merasa tidak tenang. Hal itu pula yang membuatnya nyekar ke pemakan orang tuanya, Nuah takut bila sesuatu yang buruk terjadi pada makam kedua orang tuanya, tapi ternyata tidak ada apapun yang terjadi di sana.

Nuah menatap sebuah saung sawah di pinggir jalan, sebuah sepeda motor terparkir di jalan. Nuah tau betul dengan pemilik kendaraan roda dua tersebut.

"A Dani ngapain di sini?" Nuah merasa penasaran. Nuah mengendap endap hendak mengejutkan punggung tegap yang kini sudah dia lihat.

"A Da..!" Nuah berhenti tiba tiba, matanya tiba tiba membulat melihat sosok di depan matanya. Dani, kekasihnya sejak SMA tengah bercumbu dengan seorang janda kembang di desa itu.

Kini keterkejutan agaknya bukan hanya Nuah yang merasakannya, Dani yang merasa kepergok juga terkejut bukan main. Nuah sakit hati? Ya, tentu saja. Tapi bila harus menangis Nuah tidak akan menangis demi orang yang tak berperasaan seperti itu.

"Nu...Nuah?" Nuah terkikik, Dani merasa aneh dengan kelakuan Nuah. Nuah berbalik dan kembali berjalan, seraya mengangkat tangannya dan melambai santai dia berkata.

"Lanjutin malam minggunya, jangan lupa kita udah putus ya!" Nuah dengan santai begitu saja pergi, hati Nuah memang sakit, sangat sakit.

Setelah sampai di rumah Nuah benar benar menyesal tidak melakukan sesuatu hal keren seperti pada drama yang sering dia tonton. Nuah mendengus kesal dan membuka pintu rumahnya dengan kasar.

"Ah sial! Padahal itu di pinggir sawah, kenapa gak kepikiran dari tadi si! Andai aku tadi inget buat nyungsepin dia ke sawah rada puas mungkin hati ini, Ck!" Nuah menggerutu tidak jelas seraya menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.

Nuah sendiri bukanlah seorang anak yatim piatu yang miskin, dia adalah seorang anak yatim piatu yang tajir melintir yang bahkan buat beli sesuatu saja gak usah mikir langsung boking.

Nuah merupakan anak yang pandai, namun sayang 3 tahun lalu orang tuanya mengalami kecelakaan mobil, mereka meninggal namun Nuah selamat dan asuransi orang tuanya yang besar, kebun, sawah, dan rumah megah 3 lantai milik orang tuanya menjadi miliknya semua.

Dulu Nuah sempat bermimpi untuk melanjutkan sekolahnya dan kuliah di Fakultas Kedokteran, tapi setelah dirinya mengenal Dani mimpi Nuah menjadi mati, dia hanya ingin hidup bahagia bersama Dani, itu mimpinya dulu. Dan sekarang penghianatan gila itu sudah membuat Nuah agak gila.

"Astagfirullah, Ya Allah yang maha melihat, engkau maha tau perasaan seseorang. Makasih Ya Allah engkau sudah menunjukkan sesuatu dan menyibakan hijib yang menghalangi mata ku tentang pembohong itu, makasih banget Ya Allah." Nuah tersenyum sebelum akhirnya suara adzan maghrib berkumandang.

Nuah berjalan kaki menuju mesjid yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, seorang wanita paruh baya nampak menghampiri Nuah, dia seorang Ustadzah di kampungnya.

"Neng? Gak papa kan?" Nuah terkejut dan langsung berbalik menatap Ustadzah itu.

"Oh gak papa kok, cuma lagi mikir aja. Nuah mau lanjut kuliah Bu, cuma bingung siapa yang mau ngerawat rumah." Nuah menjawab canggung karena dia tidak terbiasa berbohong, jadi sejatinya berbohong pasti kikuk.

"Mau Kuliah ke mana neng?" Ustadzah itu memang sudah curiga dengan gerak gerik Nuah, dia sudah cukup baik mengenal Nuah, jadi sesedikit apapun hal yang di sembunyikan Nuah pasti wanita itu mengerti.

"Yang deket aja lah Bu, mau di Depok. Tapi bingung sama rumah." Bu Ustadzah itu tersenyum dan mengelus punggung Nuah.

"Ibu bantu rawat rumah, kalo kebun sama sawah kan emang sudah di paro tinggal di lanjutin aja. Gimana?" Ustadzah itu menawarkan diri, Nuah tersenyum lebar dan mengangguk setuju.

Setelah sholat maghrib ada pengajian mingguan dan setelah isya Nuah pulang di temani oleh para tetangganya yang mengobrol ringan, sekaligus pamitan pada mereka.

Di pos ronda, nampak Dani tengah menunggunya Nuah hanya memutar bola matanya malas. Para tetangganya sudah berdehem memberi kode pada Nuah, namun Nuah lempeng saja tidak beraksi.

"Kok di anggurin si neng?" Nuah tersenyum lembut.

"Dia bukan siapa siapa saya kok Mbak, udah gak usah ngurusin bebek gituan." Nuah berjalan cepat dan segera masuk ke rumahnya. Namun Nuah bisa merasakan dengan jelas bila ekor mata Dani masih mengikutinya.

Nuah buru buru mengunci pintu rumahnya dan bergegas masuk ke kediaman megah itu, seorang wanita menyapa Nuah sebelum dia masuk ke dalam.

"Malam ini Ibu tidur di rumah Nuah aja ya? Ibu sudah dapat izin dari suami." Nuah tersenyum dan kembali membuka gerbang membiarkan wanita itu masuk ke dalam rumahnya.

"Huuu, buru masuk Bu. Bahaya!" Nuah langsung menyeret Ustadzah itu masuk ke kediaman rumahnya dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di ruang tamu.

"Bahaya?" Ustadzah merasa penasaran dengan kata yang tadi sempat terucap dari bibir Nuah.

"Si Dani ngeliatin kita mulu Bu, aku baru putus dari dia. Haaa... aku beneran merasa bahwa tuhan beneran baik sekarang." Nuah menutupkan lengannya ke atas matanya.

Beberapa tahun lalu dia sempat memaki pada tuhan karena dia harus hidup sendirian, dia juga selalu merasa tuhan tidak adil terhadapnya. Namun, setelah di pikir pikir ulang memang itulah jalan terbaik dari yang maha kuasa untuknya dan tak pantas baginya terus mengeluh pikirnya.

"Allah maha adil Neng, Semangat!" Ustadzah itu mengepalkan tangannya. Nuah terkikik geli melihat tingkah wanita itu dan mengangguk setuju.

"Iya Bu. Aku mening jadi Dokter aja, keren kan?" Ustadzah itu mengangguk dan merapikan mukenanya dan mukena Nuah.

Malam itu Nuah dan Ustadzah berkemas mempersiapkan barang barang yang di perlukan oleh Nuah, aset dan surat tanah memang sejak awal sudah berada di tempat yang aman yaitu di tangan lembaga kenegaraan dan itu sangat aman.

"Aku mau hidup biasa aja di sana Bu, tolong jaga rumah ya?" Itulah kata kata terakhir yang mereka bincangkan sebelum akhirnya masuk ke alam mimpi yang menyambut mereka dengan bahagia.

Ilustrasi Lii Nuah, cantik gak cantik gak?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!