Babi Ngepet
Pertama-tama, saya haturkan terimakasih pada editor poto ini.
Saya menemukan poto ini di google. Untuk itu saya meminta izin karena poto ini saya gunakan sebagai sampul novel saya.
Semoga kebahagiaan selalu tercurah pada sang editor poto.
Karya horor pertama dari sang author. Semoga ceritanya selalu menghibur dan dapat di ambil hikmahnya.
Tinggalkan komen, like, subscribe dan berikan hadiah untuk Author agar Author semakin semangat menulis novelnya.
Happy reading...!!!!!🌹🌹🌹🌹🌹
Lantunan adzan subuh telah berkumandang di sebuah pesantren di kawasan kota Cirebon. Ahmad santri senior di sana sudah terlebih dahulu tiba di masjid. Pemuda yang sangat sederhana itu menjadi salah satu santri yang di sayangi oleh pemimpin pondok pesantren itu. Kyai Muhammad Nawawi, namanya.
Tidak ada pakaian mewah. Sarung dan baju koko lusuh setiap hari ia kenakan untuk beribadah maupun bekerja di kobong itu.
"Assalamualaikum!" Kyai Nawawi tiba di masjid menyapa Ahmad yang kini sedang berdzikir.
"Waalaikumsalam, tuan guru" Rasa hormat yang begitu besar kepada sang kyai membuat ia selalu menundukkan wajahnya.
"Kemana yang lain?" tanya Kyai Nawawi.
"Mangga, saya panggilkan!" Ahmad langsung menuju kobong guna membangunkan agar semua santri solat berjamaah.
Ketika ia berjalan menuju kobong yang paling ujung, di rumpun pohon pisang, ia mendengar samar-samar seseorang meminta tolong.
"Tolong, aku. Hikhikhik" tangis pilu terdengar
"Siapa di sana!" tanya Ahmad.
"Hei, anak muda, aku di bawahmu" ucap suara itu.
Ahmad lantas menundukkan kepalnya. Terlihat seekor ular yang sedang menggelepar karena kepalanya tertusuk semacam jarum bermata emas.
Ahmad syok bukan main, ternyata ular itu bisa bicara.
"Bantu aku anak muda! Tolong lepaskan mustika ini dari kepalaku" ucap sang ular lagi.
Ahmad diam mematung. Syok rasanya karena ini pengalaman pertama interaksi dengan makhluk lain.
"Apa aku mimpi!" ia menepuk-nepuk kan tangannya ke wajahnya.
"Sakit!!" rintih ular itu.
"Baiklah aku akan membantumu!" Ahmad takut-takut mencabut mustika itu dari kepala ular hitam itu.
Sesudah mencabut mustika di kepala sang ular, Ahmad segera berlari menjauh.
Kini semua santri sudah berkumpul semua untuk melaksanakan solat subuh berjamaah.
Kini waktunya kyai Nawawi tausyiah subuh mengenai ilmu hikmah.
"Tentu kalian semua ketahui, bahwa di pesantren kita tidak hanya mengaji kitab dan Al-quran saja, bukan? Tetapi kita juga belajar ilmu hikmah dan silat. Sebagai seorang pria yang nantinya akan bermasyarakat, kalian harus di bekali ilmu luar dalam agar bisa mengamalkan di luaran sana Jangan permalukan aku sebagai pemimpin pesantren dan buat harum nama pesantren kita. Jadilah orang yang berguna bagi agama dan orang lain" itulah nasihat dari sang kyai yang di angguki oleh semua santri.
Ketika santri hendak bubar, tiba-tiba Ahmad di panggil oleh Kyai.
"Ahmad, kau jangan dulu kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" titah sang kyai.
"Baiklah tuan guru" ucap Ahmad.
Kini, kyai dan Ahmad duduk berdua didalam masjid. Kyai Nawawi menelisik Ahmad dengan seksama.
"Tadi kau menolong siapa?" tanya kyai.
Tiba-tiba Ahmad ingat bahwa tadi ada seekor ular yang meminta tolong padanya.
"Tadi ada seekor ular yang bisa bicara. Ia meminta tolong pada saya untuk mencabut mustika dari kepalanya" jawab Ahmad jujur.
Tiba-tiba mata kyai Nawawi melihat ke arah jendela.
"Masuklah, wahai makhluk allah, jika kau mau kemari" ucap sang kyai membuat Ahmad bingung.
Tiba-tiba terdengar derap langkah namun tak ada manusia di sana.
"Duduklah!" perintah sang kyai pada seseorang yang tidak di lihat oleh Ahmad.
"Ahmad, ular itu bukan sembarang ular. Itu jin yang meminta tolong padamu. Syukurlah kau menolongnya. Dan makhluk itu sekarang ada di depanmu" ucap kyai Nawawi.
Ahmad semakin dibuat bingung.
"Saya ikhlas membantu siapapun tuan guru. Tetapi saya baru hari ini mendapatkan pengalaman yang sungguh luar biasa" ucap Ahmad.
"Kamu, manusia terpilih Ahmad. Hatimu bersih. Ingat pesanku, jangan sekali-kali berbuat maksiat pada dirimu karena kau tidak cocok berada di sana" pinta sang kyai.
"Dan untuk kau, kenapa berkeliaran di dunia manusia? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya sang kyai pada mahkluk yang memakai mahkota di kepalanya.
"Aku bernama Pangeran Tedja Wisageni. Putra dari raja siluman ular daerah selatan. Kepalaku di tusuk tombak cakra oleh pamanku karena ia menginginkan tahta kerajaan yang seharusnya jadi milikku. Jarum yang di cabut pemuda ini adalah perwujudan dari tombak itu. Kini aku telah bebas berkat pemuda ini. Dengan apa aku bisa berterimakasih padanya?" tanya pangeran Tedja.
"Dia berterimakasih padamu, Apa yang akan kau minta darinya sebagai imbalan atas kebaikanmu, Ahmad?" tanya kyai Nawawi.
" Terimakasih atas tawarannya. Tapi saya tidak meminta apapun padanya. Saya menolong dengan ikhlas. Cukuplah saya meminta apapun pada Allah" jawab Ahmad.
"Benar-benar manusia yang sangat tulus" ucap sang pangeran ular itu.
"Dia tidak meminta apapun padamu" ucap Kyai pada sang pangeran.
"Jika begitu, izinkan aku mengabdi di tempat ini. Selama ratusan tahun umurku, aku tidak pernah mendengarkan lantunan seindah yang tadi kalian bacakan. Hatiku tersentuh dan bergetar" ucap pangeran ular itu.
"Jika kau mau, apa kai ingin masuk agama islam? Agama Allah? Maka kebaikan akan selalu menyertaimu pangeran?" tanya sang kyai.
"Ya aku mau" jawabnya.
Pangeran ular itu pun mengucapkan syahadat di bimbing oleh kyai Nawawi.
"Sekarang kau sudah menjadi seorang muslim. Ikut kami solat, berprilaku baik dan selalu pasrahkan dirimu pada Gusti Allah" perintah sang kyai.
Pangeran ular itu pun seketika menangis terharu.
"sekarang aku merasa jauh lebih baik. Aku akan menuruti perkataanmu, guru" pangeran ular itu membungkuk hormat.
Di luar ternyata sudah banyak bala tentara yang menemukan sang pangerannya. Mereka tidak berani masuk kedalam masjid.
"Apa itu bala tentaramu?" tanya kyai Nawawi.
"Benar sekali, tuan guru. Mereka telah menemukan ku. Kemungkinan mereka berbelot dari paman Durka, dan berpihak padaku" jawab pangeran ular itu.
Ahmad yang hanya bisa terbengong melihat interaksi sang kyai dengan seseorang yang tidak ia lihat hanya diam saja.
Paginya, Ahmad mendapat telepon dari sang ibu di Jakarta, meminta untuk Ahmad mengirim no rekening karena ibunya akan mengirim uang.
"Hallo, bu. Bagaimana kabarnya sehat?" tanya Ahmad pada sang ibu yang bernama Ibu Sulastri.
"Alhamdulillah ibu sehat. Kamu sehat di sana? Kapan pulang? Ibu sedih dengan tingkah laku kakakmu. Setiap detik meminta uang, ponsel baru, motor ninja, tampa mikir ibu hanya seorang kuli serabutan" Kini Ibu Sulastri langsung menangis.
"Ibu yang sabar ya. Ahmad sebentar lagi pulang kok. Maaf Ahmad belum bisa menjaga ibu" kini Ahmad yang menangis.
"Betah-betah lah di sana nak. Ibu ridho kerja keras untuk biaya kamu di pesantren. Kamu lah harapan ibu satu-satunya. Semoga Gusti Allah selalu melimpahkan berkahnya padamu ya Ahmad. Jaga kesehatan. Besok uangnya akan ibu kirim" ucap Ibu Sulastri.
"Baiklah bu. Secukupnya saja, toh disini Ahmad tidak terlalu banyak mengeluarkan uang" ucap Ahmad.
Memang benar yang di katakan Ahmad jika pesantren milik kyai Nawawi itu tidak pernah kekurangan stok makanan. Ingin ikan tinggal memancing, ingin ayam atau telor tinggal ambil di peternakan, ingin sayuran tinggal petik di kebun pesantren atau ingin memakan daging kambing, tinggal sembelih saja. Tentunya itu semua milik sang kyai yang di urus oleh semua santri. Bahkan sabun mandi pun pesantren itu buat sendiri. Dahulu Kyai Nawawi seorang profesor kimia, tetapi dirinya lebih mencintai ilmu agama jadilah seorang kyai tetapi ilmunya sewaktu beliau menjadi dosen selalu di terapkan kepada semua santrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
MyOne
Ⓜ️👣👣👣Ⓜ️
2024-11-16
0
MyOne
Ⓜ️🆗🆗🆗Ⓜ️
2024-11-16
0
Al Fatih
baru mampir kak
2024-11-13
2