Pertama-tama, saya haturkan terimakasih pada editor poto ini.
Saya menemukan poto ini di google. Untuk itu saya meminta izin karena poto ini saya gunakan sebagai sampul novel saya.
Semoga kebahagiaan selalu tercurah pada sang editor poto.
Karya horor pertama dari sang author. Semoga ceritanya selalu menghibur dan dapat di ambil hikmahnya.
Tinggalkan komen, like, subscribe dan berikan hadiah untuk Author agar Author semakin semangat menulis novelnya.
Happy reading...!!!!!🌹🌹🌹🌹🌹
Lantunan adzan subuh telah berkumandang di sebuah pesantren di kawasan kota Cirebon. Ahmad santri senior di sana sudah terlebih dahulu tiba di masjid. Pemuda yang sangat sederhana itu menjadi salah satu santri yang di sayangi oleh pemimpin pondok pesantren itu. Kyai Muhammad Nawawi, namanya.
Tidak ada pakaian mewah. Sarung dan baju koko lusuh setiap hari ia kenakan untuk beribadah maupun bekerja di kobong itu.
"Assalamualaikum!" Kyai Nawawi tiba di masjid menyapa Ahmad yang kini sedang berdzikir.
"Waalaikumsalam, tuan guru" Rasa hormat yang begitu besar kepada sang kyai membuat ia selalu menundukkan wajahnya.
"Kemana yang lain?" tanya Kyai Nawawi.
"Mangga, saya panggilkan!" Ahmad langsung menuju kobong guna membangunkan agar semua santri solat berjamaah.
Ketika ia berjalan menuju kobong yang paling ujung, di rumpun pohon pisang, ia mendengar samar-samar seseorang meminta tolong.
"Tolong, aku. Hikhikhik" tangis pilu terdengar
"Siapa di sana!" tanya Ahmad.
"Hei, anak muda, aku di bawahmu" ucap suara itu.
Ahmad lantas menundukkan kepalnya. Terlihat seekor ular yang sedang menggelepar karena kepalanya tertusuk semacam jarum bermata emas.
Ahmad syok bukan main, ternyata ular itu bisa bicara.
"Bantu aku anak muda! Tolong lepaskan mustika ini dari kepalaku" ucap sang ular lagi.
Ahmad diam mematung. Syok rasanya karena ini pengalaman pertama interaksi dengan makhluk lain.
"Apa aku mimpi!" ia menepuk-nepuk kan tangannya ke wajahnya.
"Sakit!!" rintih ular itu.
"Baiklah aku akan membantumu!" Ahmad takut-takut mencabut mustika itu dari kepala ular hitam itu.
Sesudah mencabut mustika di kepala sang ular, Ahmad segera berlari menjauh.
Kini semua santri sudah berkumpul semua untuk melaksanakan solat subuh berjamaah.
Kini waktunya kyai Nawawi tausyiah subuh mengenai ilmu hikmah.
"Tentu kalian semua ketahui, bahwa di pesantren kita tidak hanya mengaji kitab dan Al-quran saja, bukan? Tetapi kita juga belajar ilmu hikmah dan silat. Sebagai seorang pria yang nantinya akan bermasyarakat, kalian harus di bekali ilmu luar dalam agar bisa mengamalkan di luaran sana Jangan permalukan aku sebagai pemimpin pesantren dan buat harum nama pesantren kita. Jadilah orang yang berguna bagi agama dan orang lain" itulah nasihat dari sang kyai yang di angguki oleh semua santri.
Ketika santri hendak bubar, tiba-tiba Ahmad di panggil oleh Kyai.
"Ahmad, kau jangan dulu kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" titah sang kyai.
"Baiklah tuan guru" ucap Ahmad.
Kini, kyai dan Ahmad duduk berdua didalam masjid. Kyai Nawawi menelisik Ahmad dengan seksama.
"Tadi kau menolong siapa?" tanya kyai.
Tiba-tiba Ahmad ingat bahwa tadi ada seekor ular yang meminta tolong padanya.
"Tadi ada seekor ular yang bisa bicara. Ia meminta tolong pada saya untuk mencabut mustika dari kepalanya" jawab Ahmad jujur.
Tiba-tiba mata kyai Nawawi melihat ke arah jendela.
"Masuklah, wahai makhluk allah, jika kau mau kemari" ucap sang kyai membuat Ahmad bingung.
Tiba-tiba terdengar derap langkah namun tak ada manusia di sana.
"Duduklah!" perintah sang kyai pada seseorang yang tidak di lihat oleh Ahmad.
"Ahmad, ular itu bukan sembarang ular. Itu jin yang meminta tolong padamu. Syukurlah kau menolongnya. Dan makhluk itu sekarang ada di depanmu" ucap kyai Nawawi.
Ahmad semakin dibuat bingung.
"Saya ikhlas membantu siapapun tuan guru. Tetapi saya baru hari ini mendapatkan pengalaman yang sungguh luar biasa" ucap Ahmad.
"Kamu, manusia terpilih Ahmad. Hatimu bersih. Ingat pesanku, jangan sekali-kali berbuat maksiat pada dirimu karena kau tidak cocok berada di sana" pinta sang kyai.
"Dan untuk kau, kenapa berkeliaran di dunia manusia? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya sang kyai pada mahkluk yang memakai mahkota di kepalanya.
"Aku bernama Pangeran Tedja Wisageni. Putra dari raja siluman ular daerah selatan. Kepalaku di tusuk tombak cakra oleh pamanku karena ia menginginkan tahta kerajaan yang seharusnya jadi milikku. Jarum yang di cabut pemuda ini adalah perwujudan dari tombak itu. Kini aku telah bebas berkat pemuda ini. Dengan apa aku bisa berterimakasih padanya?" tanya pangeran Tedja.
"Dia berterimakasih padamu, Apa yang akan kau minta darinya sebagai imbalan atas kebaikanmu, Ahmad?" tanya kyai Nawawi.
" Terimakasih atas tawarannya. Tapi saya tidak meminta apapun padanya. Saya menolong dengan ikhlas. Cukuplah saya meminta apapun pada Allah" jawab Ahmad.
"Benar-benar manusia yang sangat tulus" ucap sang pangeran ular itu.
"Dia tidak meminta apapun padamu" ucap Kyai pada sang pangeran.
"Jika begitu, izinkan aku mengabdi di tempat ini. Selama ratusan tahun umurku, aku tidak pernah mendengarkan lantunan seindah yang tadi kalian bacakan. Hatiku tersentuh dan bergetar" ucap pangeran ular itu.
"Jika kau mau, apa kai ingin masuk agama islam? Agama Allah? Maka kebaikan akan selalu menyertaimu pangeran?" tanya sang kyai.
"Ya aku mau" jawabnya.
Pangeran ular itu pun mengucapkan syahadat di bimbing oleh kyai Nawawi.
"Sekarang kau sudah menjadi seorang muslim. Ikut kami solat, berprilaku baik dan selalu pasrahkan dirimu pada Gusti Allah" perintah sang kyai.
Pangeran ular itu pun seketika menangis terharu.
"sekarang aku merasa jauh lebih baik. Aku akan menuruti perkataanmu, guru" pangeran ular itu membungkuk hormat.
Di luar ternyata sudah banyak bala tentara yang menemukan sang pangerannya. Mereka tidak berani masuk kedalam masjid.
"Apa itu bala tentaramu?" tanya kyai Nawawi.
"Benar sekali, tuan guru. Mereka telah menemukan ku. Kemungkinan mereka berbelot dari paman Durka, dan berpihak padaku" jawab pangeran ular itu.
Ahmad yang hanya bisa terbengong melihat interaksi sang kyai dengan seseorang yang tidak ia lihat hanya diam saja.
Paginya, Ahmad mendapat telepon dari sang ibu di Jakarta, meminta untuk Ahmad mengirim no rekening karena ibunya akan mengirim uang.
"Hallo, bu. Bagaimana kabarnya sehat?" tanya Ahmad pada sang ibu yang bernama Ibu Sulastri.
"Alhamdulillah ibu sehat. Kamu sehat di sana? Kapan pulang? Ibu sedih dengan tingkah laku kakakmu. Setiap detik meminta uang, ponsel baru, motor ninja, tampa mikir ibu hanya seorang kuli serabutan" Kini Ibu Sulastri langsung menangis.
"Ibu yang sabar ya. Ahmad sebentar lagi pulang kok. Maaf Ahmad belum bisa menjaga ibu" kini Ahmad yang menangis.
"Betah-betah lah di sana nak. Ibu ridho kerja keras untuk biaya kamu di pesantren. Kamu lah harapan ibu satu-satunya. Semoga Gusti Allah selalu melimpahkan berkahnya padamu ya Ahmad. Jaga kesehatan. Besok uangnya akan ibu kirim" ucap Ibu Sulastri.
"Baiklah bu. Secukupnya saja, toh disini Ahmad tidak terlalu banyak mengeluarkan uang" ucap Ahmad.
Memang benar yang di katakan Ahmad jika pesantren milik kyai Nawawi itu tidak pernah kekurangan stok makanan. Ingin ikan tinggal memancing, ingin ayam atau telor tinggal ambil di peternakan, ingin sayuran tinggal petik di kebun pesantren atau ingin memakan daging kambing, tinggal sembelih saja. Tentunya itu semua milik sang kyai yang di urus oleh semua santri. Bahkan sabun mandi pun pesantren itu buat sendiri. Dahulu Kyai Nawawi seorang profesor kimia, tetapi dirinya lebih mencintai ilmu agama jadilah seorang kyai tetapi ilmunya sewaktu beliau menjadi dosen selalu di terapkan kepada semua santrinya.
Pagi ini, di rumah Ibu Sulastri piring-piring melayang dan pecah. wanita paruh baya itu hanya bisa menangis melihat sikap anaknya yang diluar perkiraan BMKG.
"Hentikan Syahrul. Jangan rusak perabotan rumah" teriak Ibu Sulastri.
"Mana janjimu bu. Katanya akan belikan aku motor Honda Aerok? Mana buktinya" Syahrul seperti kesetanan.
"Ibu tidak janji begitu. Ibu hanya bilang nanti kalau punya uang. Kerja sana, umurmu sudah dua puluh delapan tahun tapi kau hanya jadi orang pemalas saja. Usaha sendiri kau sudah dewasa" ucap Ibu Sulastri.
"Argghhhh, kalau ibu tak membelikan ku motor, aku akan bakar rumah ini" ancamnya.
"Jaga bicaramu Syahrul! Kau sudah dewasa seharusnya kau bekerja bukan malah tidur makan seenaknya. Lihat adikmu, Ahmad, mandiri dan tidak pernah membuat ibu sedih" ucap Ibu Sulastri.
"Erghhh, persetan dengan Ahmad" Syahrul pun pergi sembari menendang pintu.
Ibu Sulastri hanya memegangi dadanya yang terasa sakit akibat ulah anaknya.
"Ya Allah berikan kesadaran untuk Syahrul, anak hamba Ya Allah" lirih Ibu Sulastri.
Kini Syahrul berjalan menuju pos ronda tempat nongkrong anak muda.
"Lihat noh di pemuda madesu mau kemari" ucap Asep.
"Arghhh, dia mah bukan lagi madesu bang, tapi suram banget dah idup nya" timpal Riki.
"Awas amanin rokok sama korek. Nanti di colong lagi kaya kemarin. Rokok gue yang merk Magnum di embat sama dia. Si@lan emang si Syahrul" timpal Ghani.
"Dia kan spesialis bangsat korek api. Diam orangnya kesini" ucap Didin memperingati.
"Whasap brooo!!" ucap Syahrul.
"Ekh bang madesu! Gak kerja?" sindir Ghani.
"Belum!" ucapnya santai sambil mencomot kacang sangrai.
Ketika sedang berkumpul, Yanto seorang pemuda yang pengangguran juga lewat sembari menggeber motor beatnya.
"Wuihhhhh, bang Yanto!" ucap Didin.
"Nongkrong aja kalian" ucapnya sembari memperlihatkan ponsel apel.
"Hp baru nikh" ucap Syahrul.
"Yo'i" ucapnya.
"Kerja apa sih loe, bang? Perasaan diem bae tapi duitnya banyak?" tanya Riki.
"Itu sih rahasia. Ya sudah gue berangkat nongkrong dulu sama selebgram" Yanto langsung berangkat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di pesantren, Ahmad sedang berlatih pencak silat bersama semua santri. Pesantren Al-Amin memang khusus di peruntukan bagi santri laki-laki saja. Keringat semakin bercucuran kala semua santri memperagakan gerakan-gerakan silat itu.
"Selesai dengan gerakan akhir, maka kalian akan belajar ilmu hikmah" ucap sang kyai.
Ahmad pun istirahat di bawah pohon beringin. Samar-samar ia mendengar suara perempuan tertawa-tawa. Tetapi sejauh mata memandang tidak ada perempuan di sana. Yang ada hanya sang istri kyai Nawawi yang bernama Nyai Fatimah.
"Nyai terlihat sedang membaca Alqur'an. Beliau tidak tertawa. Lantas yang tertawa dimana?" tanyanya dalam hati.
Terdengar lagi orang yang bercakap-cakap, dan kini suaranya semakin jelas.
"hihihi.. Kenapa kita terjebak disini sih? Ini kan area pesantren, dari tadi aku mendengar orang mengaji, panas sekali kupingku.. Hihihi" suara wanita itu.
"Kita keluar kan udah mau subuh. Pas ada adzan kita langsung sembunyi, ekh malah disini.. Hihihi.. Marni, kuku mu kena tanganku.. Hihihi" ucap perempuan yang satunya.
Ahmad celingak celinguk mencari sumber suara itu.
"Dimana perempuan itu?" tanya Ahmad kembali.
Sang kyai pun langsung menghampiri Ahmad yang tengah kebingungan.
"Kembalilah ke kobong. Jangan dengarkan suara itu" perintah sang kyai.
"Punten guru, memang nya itu suara perempuan dari mana? Dari tadi saya mendengar orang berbicara tetapi tidak ada orangnya" tanya Ahmad dengan wajah tertunduk.
"Itu sebenarnya suara dua kunti yang ada di dalam pohon ini. Mereka sembunyi karena sudah adzan subuh. Dengarkan ini" ucap sang kyai sembari memukulkan tongkat kayu pada pohon itu.
Plak plak plak.. Sang kyai memukulkan tongkat kayu itu sebanyak tiga kali dan benar saja suara hantu itu ribut sekali.
"Argghhh, gempa tolong gempa" ucap salah satu kunti itu.
"Pantat ku sakit. Pohon ini bergetar.. Tolong aku mama" ucap yang satunya.
"Akhhh kukuku patah, Ica, tolong sakit sekali" ucap kunti yang bernama Marni.
" Marni, apa kita sebaiknya keluar dari sini?" tanya kunti Ica.
"Huuh gila saja, bisa-bisa kita gosong kena matahari" jawabnya.
"Kamu dengar kan Ahmad?" tanya Kyai Nawawi.
"Ya saya dengar, guru" jawab Ahmad.
Kyai Nawawi yakin jika mata batin Ahmad sudah mulai terbuka. Dengan ia bisa mendengar suara jin berarti sebentar lagi akan melihat semua makhluk itu.
"Aku tidak salah menyayangi murid ku yang satu ini. Dia pemuda yang sholeh" ucapnya dalam hati.
"Kembalilah ke kobongmu. Sebentar lagi solat dzuhur berjamaah" titah kyai Nawawi.
"Baiklah guru!" Ahmad pun segera pergi di susul oleh Kyai Nawawi.
Kini, kyai Nawawi sedang duduk berdua dengan sang istri. Wanita bule asli Spanyol yang telah memberikan dua orang anak itu terlihat sangat cantik walau usianya menginjak empat puluh lima tahun. Namanya Letizia, ia lebih senang di panggil Fatimah. Mereka bertemu saat kyai Nawawi kuliah di Madrid.
"Nyai, apa kamu tidak merindukan negaramu?" tanya kyai Nawawi.
"Aku sudah betah disini. Aku merasakan kedamaian dan aku senang mengurus semua santri-santrimu" jawab Nyai Fatimah.
"Baiklah jika begitu. Bilang saja padaku jika kamu mau berkunjung ke sana" Kyai Nawawi berkata sembari mengelus kepala sang istri yang di balut kerudung panjang.
Nyai Fatimah hanya mengangguk sembari tersenyum.
Kini semua santri telah berkumpul di dalam masjid untuk melakukan sholat dzuhur secara berjamaah. Tapi lagi-lagi Ahmad mendengar suara dari pojok mushola.
"Djafar, kau saja duluan yang berbaris" ucap suara itu.
"Kau saja dulu. Aku menunggu Dawin" balas suara yang satunya.
"Aku disini. Ayo kita bergabung dengan manusia. Bukannya kita senang jika kita di imami sholat oleh manusia? Ayo cepat" ucap suara yang di sebut bernama Dawin.
Lagi-lagi Ahmad terdiam. Sudah ketiga kalinya ia bisa mendengar suara dari makhluk lain. Ahmad pun tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Ia pun bertekad akan menanyakan langsung pada kyai Nawawi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kini Syahrul sedang diam di pos ronda seorang diri, karena semua teman tongkrongannya sudah sibuk bekerja.
Tiba-tiba, Yanto melewati dirinya dengan memakai mobil baru. Hal itu menjadi pusat perhatian semua warga.
Tittttt!!! Klakson mobil itu berbunyi tepat di samping ibu-ibu yang sedang membeli sayur.
"Selamat pagi ibu-ibu. Masih belanja gerobakan ya? Mall dong sekali-kali" ucapnya sombong.
"Wuihhs, loe Yanto gayanya! Mobil baru tuh? Banyak amat duit loe? Kerja apa sih?" tanya Ibu Ida kepo.
"Iya noh si Yanto, perasaan kata emaknya tuh anak sukanya tidur mulu. Tapi aneh dia banyak duitnya!" timpal Ibu Lilis.
"Sudah-sudah ya, ibu-ibu yang bawel. Karena hari ini Yanto lagi senang-senangnya, itu belanjaan Yanto yang bayar. Ambil apa aja" ucap Ya to sembari memamerkan uang yang banyak.
"Serius loe?" tanya tulang sayur itu.
"Iyes Bang Adam. Gue serius" jawab Yanto.
Hal itu tidak lepas dari pengamatan Syahrul. Ia pun bertekad akan mendatangi rumah Yanto.
"Gue harus ke rumah Yanto.. Gue mau minta kerjaan sama dia. Gak apa-apa kok jadi kurir narkoboy atau gigolo juga, yang penting gue punya duit" ucapnya.
Kini Ahmad sudah berada di depan rumah Yanto. Malam ini ia bertekad menemuinya untuk meminta pekerjaan.
Ia pun mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita paruh baya membukanya.
"Eh ada Syahrul! Ada apa malam-malam kemari?" tanya Emak Soleha, ibunya Yanto.
"Maaf mak mengganggu. Saya mau ketemu Yanto. Apa ada di rumah?" tanya Syahrul.
"Ada! Yo masuk dulu, nanti emak panggilin" Emak Soleha kemudian berjalan menuju kamar Yanto.
Tak lama Yanto keluar dari kamar dengan keadaan pincang.
"Yanto, gue ada perlu sama loe" ucap Syahrul.
"Perlu apa malam-malam begini?" tanya Yanto.
"Ngomong-ngomong kaki loe kenapa pincang begitu?" tanya Syahrul sembari terus mengamati kaki Yanto.
"Biasa kecelakaan!" ucapnya datar.
"To, gue kesini mau minta kerjaan sama loe" ucap Syahrul to the point.
Seketika kening Yanto berkerut.
"Serius loe? Tapi ini kerjaan gak main-main harus siap jiwa dan raga loe" balas Yanto.
"Kerjaan apaan sih kaya gitu? Loe jadi agen mata-mata ya?" tanya Syahrul heran.
"Mata loe soek! Ya kagak lah bego. Malam jumat kliwon kan besok, loe kemari lagi kalau loe mau benar-benar kerja. Tapi ingat jangan ember mulut loe" ucap Yanto.
"Siap komandan!" balas Syahrul.
"Tapi loe harus bawa syaratnya!" ucap Yanto.
"Apa?" tanya Syahrul.
"Bawa kembang kantil, telor bebek mentah, singkong mentah, menyan, kopi hitam, dan ayam cemani" perintah Yanto.
"Syaratnya kok aneh?" tanya Syahrul ragu-ragu.
"Mau kaya, kagak loe?" tanya Yanto.
"Mau lah" jawabnya.
Syahrul pun pulang dari rumah yanto. Di jalan, ia seperti ada seseorang yang mengikutinya.
Bau anyir darah tercium sangat pekat membuat bulu kuduknya meremang. Tak lama terdengar suara bayi menangis.
"Sue bau banget. Apa sih ini" gumamnya sembari memencet hidungnya.
"Mas, tolong saya" ucap suara parau itu.
"Siapa?" tanya Syahrul.
"Aku di atasmu, mas.. Hihihihi" ucap wanita itu.
Syahrul spontan melihat ke atas dahan pohon. Ia begitu takut ketika melihat sundel bolong membawa anaknya bergelantungan sembari tertawa menyeringai.
"Ha ha ha hantu......" kakinya seketika tak bisa di gerakan.
Makhluk itu terbang ke arah Syahrul.
"Mas garukin punggungku... Hihihihi" mahkluk itu tertawa sembari memperlihatkan punggungnya.
"Setannnnnnnnnnn!!" kini ia pun berlari sangat kencang.
"Hihihihi... Tadinya aku mau titip anakku" ucap hantu itu kemudian menghilang.
Kini Syahrul sedang di kerubuti oleh tetangganya karena dirinya pingsan di pinggir jalan. Sesudah melihat hantu itu, badannya langsung lemas dan akhirnya tak sadarkan diri.
"Syahrul, bangun!" ucap Pak Rt.
"Saya ada dimana?" tanya Syahrul.
"Kamu itu pingsan di pinggir jalan!" jawab Pak RT.
"Semalam saya melihat sundel bolong" ucapnya.
"Hahhh? Dimana?" tanya semua orang.
"Di pohon sengon sana" jawab Syahrul.
"Sudahlah lebih baik kamu pulang saja sekarang" perintah Pak RT.
...****************...
Kini Yanto dan Syahrul sudah berada di depan sebuah curug. Yanto mulai menyalakan kemenyan dan memberikan sesajen.
"Kau bawa lagi teman?" tanya juru kunci yang bernama Mbah Darmo.
"Iya, mbah" jawab Yanto.
"Yan ini kok ngeri begini. Sebenarnya loe kerja apa sih?" tanya Syahrul.
"Hei anak muda, apa kau tidak tahu tujuanmu kemari?" tanya Mbah Darmo.
"Tidak mbah. Saya hanya meminta pekerjaan pada teman saya" jawab Syahrul.
"Hahahahaha... Kau akan segera tahu anak muda bahwa pekerjaan yang di maksud temanmu itu apa" ucap Mbah Darmo.
Mbah Darmo pun menyuruh Yanto berubah wujud. Seketika Yanto berubah menjadi seekor babi.
"Itulah pekerjaannya" ucap Mbah Darmo sembari tertawa.
"Yanto, loe?" kini Syahrul sangat ketakutan melihat perwujudan babi yang bertaring sangat panjang.
"Iya, ini gue, yanto. Gue ngepet selama ini. Loe pikir gue kaya dari mana kalau tidak kaya gini.. Grokkk grokkkk" ucap Yanto sembari ngorok khas babi.
"Jadi loe yang selama ini meresahkan warga?" tanya Syahrul.
"Iya!. Gue bisa kaya dan bahagiain Emak Leha berkat gue jadi babi ngepet. Bahkan sebentar lagi gue bisa berangkatin Emak Leha pergi umroh dan beli hewan qurban" jawab Yanto.
Karena sudah ingin kaya, maka Syahrul menyetujui pesugihan ini.
"Apa kau sudah yakin dengan semua konsekuensi nya, anak muda? Dosa di tanggung sendiri dan ingat jangan sampai menyesal" ucap Mbah Darmo.
"Apapun itu akan saya tanggung asal saya bisa kaya" ucapnya.
"Baiklah jika begitu. Masuklah kedalam gua sana. Jika ada seorang putri menemui mu, kau harus bersikap baik padanya. Kau pun akan di mintai tumbal manusia. Hanya satu orang saja sebagai tanda ikatan antara kau dengan sesembahan mu nanti. Sebelum kau pergi, makanlah dulu" ucap Juru kunci itu memberikan semangkuk bubur, sepiring mie goreng, satu lembar kerupuk kulit dan satu gelas susu hangat.
Jika dalam pengelihatan mata gaib, makanan yang di berikan Mbah Darmo itu berupa semangkuk kotoran babi, sepiring cacing tanah, selembar kulit manusia dan segelas air kencing babi. Dengan lahap Syahrul memakan makanan itu, ia pun meneguk susu hangat itu hingga tandas tak tersisa.
"Masuklah sekarang, kau hanya perlu duduk di atas sebuah batu dengan mata terpejam. Ingat jangan membuka matamu jika belum ada seseorang yang menyentuh bahumu" perintah Mbah Darmo.
"Baiklah Mbah" Syahrul langsung berjalan menuju goa di depan sana.
Ia langsung duduk dengan mata terpejam. Tak lama, semilir angin meniup tengkuknya. Lalu tangan lentik memegang bahunya.
"Buka matamu kang mas" suara wanita itu sangat lembut.
Syahrul membuka matanya dan betapa terkejutnya sudah berdiri sosok wanita cantik dengan gaun kerajaan yang sangat indah, berbalut dengan emas. Dan jangan lupakan yang tadinya tempat itu hanya berupa goa yang gelap dan lembab, kini telah berubah menjadi istana yang sangat megah dengan pilar-pilar menjulang tinggi berlapis emas dan berlian.
"Kau siapa?" tanya Syahrul heran.
"Akulah yang akan memberikanmu kekayaan kang mas. Sini mendekat lah padaku" wanita itu merentangkan tangannya.
Syahrul segera berjalan kearah wanita itu.
"Panggil aku, Nyai Kamiri. Kau akan kaya, maka kau harus layani aku dahulu. Puaskan aku buat aku menjerit kenikmatan" ucap perempuan siluman itu.
Yang terlihat dimata Syahrul adalah seorang putri yang cantik jelita. Berbadan ramping berkulit mulus dan berwajah bak boneka barbie, tapi pada kenyataanya Nyai Kamiri berwajah seperti babi dengan taring yang panjang. Lidah ya menjulur panjang dan meneteskan liur seperti nanah. Mata nya pun melotot seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Layani aku kang mas. Aku sudah tidak tahan , achhhhhhh" ucap Nyai Kamiri sembari menanggalkan pakaiannya.
Syahrul pun mulai mendekap Nyai Kamiri. Ia mencium rambut yang tercium sangat harum. Syahrul langsung membawa tubuh Nyai Kamiri keatas ranjang. Ia menciumi wajah siluman babi itu dengan sangat rakut.
"Achh, kang mas kau pandai sekali" ucap siluman babi itu.
"Kau sangat cantik Nyai. Aku sangat bernafsu kepadamu" Syahrul terus saja meremas bukit kembar siluman itu.
Mereka pun melakukan penyatuan hina itu, sampai satu jam lamanya.
Sesudah bergulat yang cukup panas, Nyai kamiri memberikan kain hitam padanya.
"Ini jalan kekayaanmu, kang mas. Sebut mantra ini jika kau ingin bekerja. Dan simpan mantel ini di tempat tersembunyi. Satu lagi, jangan lupa berikan tumbal kepala manusia padaku" ucap Nyai kamiri.
"Baiklah Nyai. Terimakasih kau memang junjunganku dan sesembahan ku" ucap Syahrul.
"Pulanglah, kang mas" perintah Nyai Kamiri.
Syahrul pun keluar dari goe itu. Dan anehnya semua yang bersinar lenyap saat Syahrul keluar dan istana megah itu juga menghilang. Kini hanya menyisakan satu ekor babi besar.
"Hahaha. Tambah lagi pengikutku. Dasar manusia bodoh. Mau kaya tidak mau bekerja. Kau akan sengsara selamanya" ucap Nyai kamiri lalu pergi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!