Menikahi Putri Tidur
Ezzy, pemuda berusia 25 tahun begitu semangat ketika disuruh sang ibu menyusul adiknya di luar kota.
Bangun pagi di awal untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya sebagai bekal perjalanan ke luar kota.
Menyisir rambutnya di depan cermin sembari bersiul pertanda dirinya sangat bahagia apalagi sudah sebulan ini ia tak bertemu kekasih hatinya.
Ya, adiknya Ezzy pergi bekerja di luar kota bersama kekasihnya. Seminggu belakangan ini, ponselnya Nuri sulit dihubungi begitu dengan kekasih Ezzy.
Hal itu membuat, Elsa menjadi khawatir apalagi Nuri baru saja lulus sekolah menengah atas.
Elsa sempat melarang putrinya pergi bekerja namun Dhea merayu dan membujuknya agar mengizinkannya. Dengan berat hati, Elsa melepaskan kepergian putrinya ke luar kota.
Menarik kursi, Ezzy duduk saling berhadapan dengan sang ibu. Sejak adiknya pergi, mereka hanya tinggal berdua karena 5 tahun lalu sang ayah pergi untuk selama-lamanya.
"Makan yang banyak, perjalanan kamu sangat jauh. Ibu juga sudah membawakan bekal untukmu, siapa tahu kamu kelaparan. Alamat rumah yang dikirimkan Dhea telah Ibu catat di kertas. Jangan lupa kamu simpan di kantong tas!" Elsa menyendok nasi dan memindahkannya ke piring sang putra.
"Iya, Bu."
"Kabari Ibu jika kamu sudah bertemu dengan Nuri!" kata Elsa sembari menuangkan lauk ke piringnya sendiri lalu putranya.
"Begitu sampai dan ketemu Nuri, aku akan menelepon Ibu. Ponsel Ibu jangan lupa di cas!" Ezzy mengingatkan wanita paruh baya itu karena suka lupa mengisi daya baterai gawai.
"Ibu akan mengisinya!" janji Elsa.
"Jika tidur, jangan lupa televisi dimatikan dan pintu ruang tamu di kunci!" Ezzy kembali mengingatkan.
"Iya. Ibu tidak akan lupa," ucap Elsa.
Selesai sarapan, Ezzy mengambil tas lalu memakainya tak lupa meletakkan bekal makanan ke dalamnya.
Ezzy mengecup punggung tangan ibunya lalu berkata, "Doakan aku, Bu. Semoga tidak hambatan di jalan dan segera berjumpa dengan Nuri."
"Iya, Nak. Hati-hati, jangan lupa berdoa. Jangan mudah percaya dengan orang lain, jika diberi minuman jangan mau terima!"
"Iya, Bu. Kalau begitu aku pamit, ya!" Ezzy mengambil tas ransel miliknya dan memakai di punggung.
Elsa mengangguk mengiyakan.
-
Ezzy pun berangkat menuju kota tempat kekasih dan adiknya mencari rezeki. Harusnya, dia yang menjadi tulang punggung keluarganya tetapi Nuri bersikeras ingin bekerja karena itu cara satu-satunya agar memiliki uang sendiri tanpa harus meminta kepada Ezzy atau Elsa.
Perjalanan yang harus ditempuh menuju kota sekitar 3 jam-an menggunakan bus. Ezzy memandangi jalanan, dia berharap tidak mengalami kesulitan mencari alamat adiknya.
Sesampainya Ezzy mencari tempat untuk beristirahat sejenak dan mengisi perutnya yang sudah berbunyi.
Hampir 20 menit duduk dan makan, Ezzy kemudian bangkit bersiap melanjutkan perjalanannya.
Ezzy memang pernah sekali menginjakkan kakinya di ibukota provinsinya itu, ketika saat dirinya mengunjungi salah satu kerabat keluarganya bersama sang ayah 8 tahun lalu.
Berbekal alamat yang ditulis sang ibu, Ezzy menuju tempat tersebut menggunakan angkutan umum. Sebelumnya dirinya bertanya kepada orang-orang sekitar terminal.
Sekitar 30 menit perjalanan, Ezzy akhirnya tiba di tempat tujuan.
Ezzy berdiri di depan pagar yang terbuka menatap rumah mewah bertingkat 3 lantai, ia cukup terperangah melihat bangunan tersebut.
"Hei, kenapa berdiri di situ? Pinggirkan badanmu!" teriak seorang pria bertubuh besar dari kejauhan.
Ezzy yang tersentak, menoleh ke samping kemudian meminggirkan posisi tubuhnya. Mobil mewah berwarna putih keluar dari halaman rumah.
Mobil berlalu, pria bertubuh besar itu menghampirinya, "Kenapa masih di sini?"
"Maaf, Pak. Saya mau tanya, apa benar alamat ini?" Ezzy menyodorkan secarik kertas yang ditulis ibunya.
Pria itu melihatnya lalu berucap, "Benar. Kamu ingin cari siapa?"
"Saya ingin mencari kekasih dan adik saya, namanya Dhea dan Nuri." Ezzy menjelaskan tujuannya.
"Sepertinya di sini tak ada nama pelayan yang kamu sebutkan," ujarnya.
"Bapak yakin?" tanya Ezzy yang belum percaya.
"Iya. Saya di sini sudah lima tahun, pasti mengenal pekerja di rumah ini," jawabnya.
Ezzy pun terdiam, sembari menatap kertas tersebut.
"Mungkin adik kamu salah memberikan alamat. Lebih baik telepon saja mereka," ucap pria itu memberikan saran.
"Ponsel mereka tidak dapat dihubungi, Pak. Makanya saya kemari untuk mencarinya," ujar Ezzy.
Pria berusia 40 tahun itu menarik napasnya.
"Kamu dari kota mana?" tanyanya.
Ezzy pun menjelaskan nama kota kelahirannya.
"Sangat jauh dari sini. Apa kamu punya keluarga dan kerabat di kota ini?" bertanya lagi.
Ezzy menggelengkan kepalanya.
"Lalu kamu mau menginap di mana? Apa akan balik ke rumah?" lagi-lagi bertanya.
"Tidak, Pak. Ibu pasti sangat sedih jika pulang tak membawa adik saya." Ezzy menjawabnya dengan raut wajah sedih.
"Hmm, bagaimana 'ya?" Pria itu tampak berpikir.
"Pak Bari, kenapa berdiri saja? Cepat tutup pintu pagarnya!" teriak seorang gadis dengan wajah begitu cantik dari teras rumah mewah itu.
Ezzy menoleh ke arah suara begitu juga dengan pria paruh baya itu.
Gadis muda itu mendekat, lalu memperhatikan Ezzy dari atas kepala sampai ujung kaki.
Gadis itu mengarahkan tatapannya kepada Bari, "Siapa dia, Pak?" tanyanya melirik Ezzy.
"Dia sedang mencari adiknya, Nona." Jawab Bari.
"Memangnya adiknya salah satu pelayan di rumah ini?" tanya gadis itu lagi.
"Tidak, Nona. Dia salah alamat," jawab Bari.
Gadis bernama Haura Adeeva Bushra itu manggut-manggut paham.
"Kalau begitu usir dia dari sini!" titah Haura.
"Nona, apa dia bisa menginap semalam di sini? Karena dia tak memiliki keluarga di kota ini." Bari memberikan penjelasan agar Ezzy diizinkan sementara.
"Memangnya rumahku yayasan sosial," cetusnya. Haura menunjukkan wajah tak suka.
"Hanya semalam saja, Nona." Ezzy ikut berbicara.
"Siapa namamu?" tanya Haura melipat kedua tangannya di dada.
Ezzy mengulurkan tangannya.
Haura hanya menatap tangan tersebut.
Menarik tangannya lalu berkata, "Nama saya Ezzy, Nona."
Berpikir sejenak lalu berucap, "Dia boleh tidur semalam di sini tapi pos penjagaan."
"Tidak masalah, Nona." Kata Ezzy dengan cepat.
"Terima kasih, Nona!" ucap Bari sedikit menundukkan kepalanya
Ezzy pun juga mengucapkan kata yang sama.
Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi Haura kemudian berlalu meninggalkan keduanya.
Bari lalu berkata kepada Ezzy, "Kamu hanya semalam saja di sini, besok pagi harus segera pergi."
"Iya, Pak. Terima kasih sudah membantu saya," ucap Ezzy senang.
"Iya, sama-sama."
Bari mengajak Ezzy ke pos penjagaan dan ia lalu mengikuti langkahnya.
"Nanti kamu tidur di sana!" Bari menunjuk tikar di lantai.
Ezzy mengiyakan.
"Makan malam nanti saya akan meminta jatah dua porsi buat kita. Tapi, jangan sampai Nona Haura tahu," kata Bari pelan.
"Memangnya kenapa kalau Nona Haura tahu?" Ezzy penasaran.
"Dia akan marah besar, bahkan tak segan memaki dan membentak para pelayan," jelas Bari.
"Sekejam itu 'kah dia?" tanya Ezzy.
"Iya. Sangat kejam, banyak pelayan tak betah bekerja sampai membuat Tuan dan Nona Besar pusing dibuatnya," ungkap Bari.
"Lalu kenapa Bapak masih bertahan di sini?" Ezzy bertanya lagi.
"Kebutuhan keluarga sangat besar. Mau tidak mau saya harus bertahan, apalagi gaji di sini cukup lumayan berbeda dari tempat lain," jelasnya.
Ezzy manggut-manggut paham.
"Biasanya tiga hari sekali akan ada karyawan yang keluar masuk bekerja di sini. Jika kamu mau, bisa saja melamar di sini," usul Bari.
Ezzy belum mengatakan bersedia, ia masih berpikir.
Tiba-tiba terdengar suara, "Prang...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Slameteffendi
bagus sekali
2023-12-31
0
KUCING GEMBUL
bab pertama, aku mampir kak. semoga ceritanya bagus sesuai feel para pembaca yang senantiasa mensuport karya apapun.
2023-12-08
1
HARTIN MARLIN
aku mampir nih
2023-09-15
1