Ezzy mendekati lalu bersimpuh memegang tangan istrinya namun ditepis.
"Jangan sentuh aku!" sentaknya. Haura menatap kesal pria yang ada dihadapannya.
"Nona, tenanglah. Atur emosinya," kata Ezzy lembut yang tak lepas memandangi wajah sang istri.
"Jangan mengatur aku!" bentaknya.
"Kesalahan apa yang telah Nona lakukan sehingga mengalami hal ini?" tanya Ezzy hati-hati.
"Tugas kamu menikahiku saja. Jadi tak perlu tanya alasannya," jawabnya ketus lalu memalingkan wajahnya.
Ezzy menghela.
"Pergilah ke kamarmu!" ucap Haura.
"Ini kamar kita, Nona."
"Kamu ingin mencari masalah dengan aku?" Haura kembali mengarahkan pandangannya kepada suaminya.
Ezzy menggelengkan kepalanya.
"Maka pergilah!" ucap Haura.
Ezzy lantas berdiri, menatap sejenak istrinya kemudian berlalu.
Haura menatap jam dinding telah menunjukkan di angka 12, keluar kamar dengan cepat menuju kamar kedua orang tuanya.
Haura mengetuk pintu kamar berulang-ulang, tak lama kemudian terbuka.
"Haura, ada apa?" tanya Rafin memakai kacamatanya.
"Apa aku boleh masuk?" Haura meminta izin.
Rafin mengangguk mengiyakan.
Lessa yang sudah tertidur lantas terbangun karena mendengar ketukan, ia pun bangkit dan duduk.
"Saran Papa dan Mama ternyata tidak berhasil membuatku sembuh," ucap Haura tanpa basa-basi.
Rafin dan istrinya saling pandang.
"Aku masih tetap tertidur dalam jangka waktu panjang. Itu artinya menikah dengannya bukan solusi terbaik," kata Haura lagi.
"Tapi kenapa pria itu mengatakan kalau kamu harus menikah agar dapat menghilangkan kutukannya?" tanya Rafin menatap wajah putrinya.
"Berarti dia berbohong," jawab Haura.
"Jika dia berbohong, kenapa kutukan itu terus berlanjut?" sahut Lessa.
Haura dan Rafin tampak berpikir.
"Jika marah kamu akan jatuh pingsan dan tertidur berjam-jam," ujar Lessa.
"Kita harus temui pria tua itu, Pa, Ma." Haura memberikan usulan.
"Tidak, Nak. Papa tak mau, putranya menyakitimu," kata Rafin menolak usul putrinya.
"Tapi, aku tidak mau begini seumur hidup. Apalagi seatap dengan dia," ucap Haura.
"Kamu harus terima, karena kesalahan fatal kemarin makanya kutukan itu ada," ujar Rafin.
"Kenapa menyalahkan aku saja? Bukankah Mama dan Papa begitu angkuh pada keluarga mereka, sehingga aku malah menjadi korbannya?" cibirnya. Haura mengarahkan tatapannya kini kepada sang mama.
"Coba saja kamu tidak menolak perjodohan kemarin, pasti kutukan itu tak pernah ada," ujar Lessa.
"Mama mau aku menikah dengan pemuda buruk rupa yang aku sama sekali tidak mencintainya," kesalnya.
"Mama pun tidak mau kamu menikah dengannya apalagi suamimu sekarang," ujar Lessa yang tak beranjak dari tempat tidurnya.
"Dasar mereka saja yang tidak tahu diri!" umpat Haura.
"Sudah, sudah, hentikan perdebatan kalian yang tidak akan ada habisnya!" ucap Rafin melerai keduanya.
"Berikan solusinya, Pa. Aku tidak mau terikat pernikahan dengannya," pinta Haura menatap sang papa.
"Besok Papa akan bicarakan ini dengan Alon, semoga segera kita temukan jalan keluarnya," ujar Rafin berjanji.
"Sekarang kembalilah ke kamar, suamimu pasti menunggumu," lanjutnya.
"Aku tidak sekamar dengan dia, Pa." Kata Haura.
"Ajak dia ke kamarmu!" kata Rafin lembut.
"Pa..."
"Haura, meskipun kamu tidak mencintainya tapi Papa mohon hargai dia," kata Rafin.
Haura dengan terpaksa mengiyakan permintaan papanya, ia kemudian berlalu dan melangkah ke kamar suaminya.
Mengetuk pintu sekuat-kuatnya dan Ezzy membukanya.
"Nona!" lirihnya.
"Kembalilah ke kamarku sekarang. Ini perintah Papa," ucap Haura memasang wajah datar.
Ezzy tersenyum riang mendengarnya.
***
Keesokan harinya, Rafin dan Lessa bertemu dengan Alon di kantornya. Pria paruh baya itu menarik kursi setelah dipersilahkan duduk oleh pemilik tempat.
"Kamu bilang putri kami akan sembuh jika menikah dengan pemuda yang tidak dicintainya. Tapi kenyataannya Haura tetap tertidur lama setiap marah-marah," ujar Rafin.
"Nona Haura dan pemuda itu hanya menikah saja tapi mereka belum melakukan hubungan suami istri. Kemungkinan sulit untuk Nona Haura sembuh," jelas Alon.
"Bagaimana jika Haura hamil anaknya?" tanya Lessa.
"Itu lebih baik, kemungkinan besar Nona Haura dapat sembuh," jawab Alon.
"Tidak. Haura tak boleh hamil anaknya!" tolak Lessa.
"Itu cara paling ampuh, Nyonya." Kata Alon.
"Aku menginginkan menantu berkelas, bukan dari kalangan miskin seperti dia," ujar Lessa.
"Aku tidak peduli Haura dengan siapa. Suaminya baik dan menyayanginya itu sudah cukup," sahut Rafin.
"Haura tidak mencintainya, Fin. Kemungkinan sulit untuk dia sembuh," ucap Lessa.
"Kita harus bicara dengan Haura agar dia mau mengandung anaknya Ezzy," kata Rafin.
"Apa tidak ada cara lain agar Haura sembuh?" tanya Lessa.
"Tidak, Nyonya. Hanya itu cara paling ampuh," jawab Alon.
Rafin dan Lessa tampak begitu kecewa mendengar jawaban asisten kepercayaannya itu.
-
Malam harinya...
Selesai makan, Rafin dan Lessa mengajak putrinya mengobrol di ruang pribadi mereka tanpa ada Ezzy.
"Kami sudah berbicara Alon, kalau kamu harus hamil anaknya Ezzy," kata Rafin.
Haura tampak terkejut dan tak percaya.
"Solusi terakhir untuk membuat kamu sembuh dan menghilangkan kutukan ini," timpal Lessa.
"Aku tidak mau hamil anaknya, Ma, Pa. Ini sama saja kalian ingin membuatku tersiksa," ujar Haura.
"Kami sangat menyayangi kamu, tapi hanya ini membuatmu terlepas dari kutukan," ucap Lessa.
Haura meraup wajahnya, dirinya benar-benar tersiksa. Menikah dengan pria tak dicintainya, kini dipaksa mengandung.
Haura tak mampu menahan kekesalannya, bergegas pergi dan melangkah ke kamarnya. Sesampainya di kamar, menarik selimut dan sprei secara kasar lalu membuangnya ke lantai.
Ezzy yang selesai dari kamar mandi, melihat sang istri mengamuk gegas mendekatinya dan memeluknya. "Nona, tenanglah!"
"Lepaskan aku!" Haura meronta di dekapan suaminya.
Ezzy mengelus rambut istrinya dan berkata penuh kelembutan, "Tenanglah, bicarakan semua dengan baik!"
Haura berkata sembari menangis, "Aku tidak mau mengandung anakmu!"
Ezzy kemudian berucap, "Kita belum melakukannya, bagaimana mungkin Nona hamil."
Haura memukul dada suaminya dan berkata, "Bodoh. Siapa juga yang mau mengandung anakmu."
"Nona baru saja bicara," ucap Ezzy.
"Aku harus hamil agar kutukan itu hilang!" kata Haura yang masih berada dalam pelukan suaminya.
Ezzy melonggarkan pelukannya dan memegang kedua lengan tangan istrinya. Menatap mata gadis itu dan berucap, "Nona, sekarang tarik napas perlahan. Ceritakan pada saya, apa yang terjadi sebenarnya.
Haura mengikuti perintah suaminya.
Ezzy menunggu beberapa detik, lalu kembali berkata, "Kalau sudah tenang, mari bicara."
Haura menggangguk mengiyakan.
Ezzy menuntun istrinya duduk di pinggir ranjang. "Sekarang ceritakan kenapa kutukan itu terjadi?"
Haura menghapus air matanya dengan jemarinya.
"Tidak usah terlalu buru-buru, saya siap mendengarkannya," kata Ezzy dengan lembut.
Ezzy turun dari ranjang lalu berlutut dan saling berhadapan dengan istrinya. Terlihat jelas wajah Haura yang begitu cantik.
"Kamu harus berjanji padaku terlebih dahulu, tidak akan mengambil kesempatan dari kelemahan yang aku miliki," ucap Haura menatap suaminya.
Ezzy mengiyakan, ia mengacungkan jari kelingkingnya sembari tersenyum hangat.
Haura menyambutnya jemarinya dengan senyum tipisnya.
Ezzy dengan sabar menunggu istrinya berbicara.
"Baiklah, aku akan ceritakan kepadamu. Jangan pernah ceritakan ini kepada siapapun termasuk keluargamu!"
Ezzy mengangguk.
...----------------...
Jangan Lupa Tinggalkan Jejak...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💫Mars JuPiter🪐
ahh thorr rasanya baru baca udah habisss..
2023-09-15
1