Haura belum terbangun padahal sudah tertidur lebih dari 10 jam. Langit juga telah gelap, membuat Ezzy begitu khawatir meskipun ia selalu di samping istrinya, makan dan minum diantarkan ke kamar.
Ezzy mengecup kening istrinya, lalu keluar dari kamar. Berjalan ke arah dapur, hendak mengisi gelasnya dengan air putih.
Ketika hendak menuangkan air dari dalam teko, lengan tangannya menjatuhkan sesuatu.
Sontak, Ezzy melihatnya ke arah lantai. Tampak beberapa butir obat berwarna putih berserakan.
Ezzy meletakkan gelas di meja, lalu jongkok dan memungut obat tersebut.
Wia pun muncul, kemudian ikutan jongkok, "Biar saya saja yang membersihkannya, Tuan."
Ezzy menarik tangannya, kemudian berdiri.
Wia memasukkan obat tersebut ke dalam botol kecil.
"Maaf, tadi saya tidak sengaja menjatuhkannya," ucap Ezzy.
"Tidak apa-apa, Tuan."
"Itu obat apa?" tanya Ezzy.
"Ini obat flu saya, Tuan." Jawab Wia.
"Oh," ucap Ezzy singkat.
Wia pamit kepada Ezzy kemudian gegas meninggalkan dapur sembari membawa obat tersebut.
Ezzy kembali ke kamar. Meletakkan gelas di meja, menghampiri ranjang istrinya yang masih tetap di posisi sama.
Ezzy mengelus rambut istrinya, "Nona Haura, bangunlah. Apa tidak lapar? Saya sudah di sini."
Haura belum menunjukkan respon.
Ezzy akhirnya merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Tak lama kemudian ia pun tertidur.
-
Ezzy terbangun pukul 12 malam, tetapi Haura masih memejamkan matanya. Ezzy dengan lembut menepuk pipi istrinya.
Berselang beberapa detik kemudian, Haura mengerjapkan matanya.
Ezzy tersenyum lega.
Haura bangkit dan duduk, "Sudah berapa lama aku tertidur?"
"Lima belas jam, Nona."
"Sangat lama sekali." Haura mengucek matanya.
"Saya juga tidak tahu, Nona."
"Kenapa kamu pulang kampung tidak memberitahu aku?" tanya Haura menatap suaminya.
"Maaf, Nona. Saya sangat buru-buru, apalagi ibu begitu merindukan Nuri," jawab Ezzy.
"Aku kecewa denganmu!" Haura memanyunkan bibirnya.
"Saya minta maaf, Nona." Kata Ezzy.
Haura memalingkan wajahnya.
"Apa yang harus saya lakukan agar Nona mau memaafkan?" bujuk Ezzy.
Haura menoleh menatap suaminya, "Tetaplah bersamaku di sini. Jika pergi ajak aku!"
"Saya memang tidak pernah ke mana-mana. Paling pergi untuk mencari Dhea," jelas Ezzy.
"Kekasih kamu itu?" Haura memasang wajah tak suka.
Ezzy mengiyakan.
"Apa dia begitu berharganya untukmu?" tanya Haura.
"Iya, Nona." Jawab Ezzy.
"Apa aku tidak berharga di hatimu?" tanya Haura lagi.
Ezzy terdiam.
"Seharusnya aku sadar, kita menikah karena dipaksa agar diriku sembuh. Tidak mungkin ada aku di hatimu," ungkap Haura menundukkan wajahnya.
"Hem, sepertinya Nona sangat lapar dan haus. Saya ambil makanan dan air di dapur, mau?" Ezzy mengalihkan pembicaraan.
Ezzy gegas turun dari ranjang meskipun istrinya belum menjawab, ia melangkah cepat ke dapur. Menggoreng nugget ayam dan telur ceplok, karena hanya itu kemampuannya dalam hal memasak.
Selang 15 menit kemudian, Ezzy masuk membawa makanan. Meletakkan di meja dan berkata, "Nona, silahkan dimakan!"
"Aku mau kamu yang menyuapi!" pinta Haura menundukkan wajah manja.
Ezzy pun menyanggupinya.
Haura menikmati makan tengah malamnya di suapi suaminya, ia begitu lahap menyantapnya. Tak ada obrolan diantara mereka di keheningan malam.
Haura menengguk air putih sampai kandas.
Ezzy membereskan piring kotor dan mengelap meja dengan tisu kemudian melangkah ke dapur untuk mencucinya.
Selesai urusannya di ruang itu, Ezzy kembali ke kamar. Ezzy naik ke ranjang dan merebahkan tubuhnya.
Haura keluar dari kamar mandi dan telah berganti pakaian.
Haura berbaring di samping suaminya. "Apa besok aku boleh menemani kamu mencari Dhea?"
"Boleh, jika Nona mau," Ezzy mengarahkan pandangannya kepada istrinya.
"Terima kasih," ucap Haura tersenyum.
"Saya ingin bertanya pada Nona. Kenapa ketika kita bersama, Nona Haura terlihat sangat baik dan normal?"
"Saya juga tidak tahu."
"Saya merasa kalau penyakit Nona Haura bukan sebuah kutukan," tukas Ezzy.
"Menurutmu ada seseorang yang sengaja membuatku begini?" Haura mengernyitkan keningnya.
"Saya tidak tahu, tapi aneh saja. Karena Tuan dan Nyonya Besar bilang kalau Nona Haura mudah terpancing emosi dan marah."
Haura diam dan berpikir, kemarin ketika sarapan pagi bersama suaminya dan orang tuanya dia sangat bersikap lembut dan menahan egonya.
"Nona..."
Haura menoleh.
"Nona tidak merasa curiga?"
"Siapa yang harus aku curigai?" tanya Haura.
"Saya ingin Nona berhati-hati dan tetap waspada. Karena menurut saya penyakit Nona Haura sangat tak masuk akal," jawab Ezzy.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Haura menatap suaminya.
"Tetaplah bersama saya," jawab Ezzy.
"Jika aku bersamamu, bagaimana dengan kekasihmu itu?"
Ezzy terdiam.
"Kamu harus memilih diantara kami. Pasti dia marah jika tahu kita sudah menikah," kata Haura.
"Saya akan jelaskan semuanya kepadanya," janji Ezzy. Memang waktunya dirinya mengatakan sejujurnya, bagi dirinya menikah hanya cukup 1 kali sajam
"Jika dia tak terima. Apa kamu akan melepaskan aku?" Haura memberikan tantangan.
Ezzy kembali terdiam.
"Kamu harus memilih antara kami. Karena aku sudah merasa nyaman denganmu," kata Haura.
Ezzy menatap serius istrinya, ia tampak tak percaya.
Haura tertawa kecil.
"Sudahlah, jangan pikirkan. Sekarang kamu tidur, besok 'kan harus mencari dia," kata Haura.
"Iya, Nona." Ezzy memandangi langit-langit kamar tak lama kemudian ia lalu memejamkan matanya.
***
Bangun pagi...
Haura dan Ezzy keluar kamar bersama lalu berjalan menuju ruang makan. Segelas susu dan roti panggang telah tersaji di hadapan mereka.
Haura memanggil salah satu pelayan wanita.
"Iya, Nona. Ada apa?" tanyanya dengan sopan.
"Bawa ini ke dapur dan berikan pada mereka yang mau," jawab Haura sembari mengangkat gelas dan piring.
"Aku makan roti isi selai dan air putih saja," lanjut Haura.
"Iya, Nona." Pelayan wanita mengambilnya dan membawanya ke dapur.
Haura mengambil roti dan mengolesinya dengan selai srikaya.
"Aku bosan makan roti panggang dan susu," ucap Haura sebelum suami dan orang tuanya bertanya.
Ezzy dan kedua mertuanya manggut-manggut saja, melanjutkan aktivitas sarapannya.
-
Wia yang berada di dapur lantas bertanya kepada pelayan yang membawa piring dan gelas berisi. "Punya siapa itu?"
"Punya Nona Haura, Kak."
"Kenapa tidak dimakannya?"
"Mungkin bosan, Kak."
-
Selesai sarapan, Haura dan Ezzy pergi ke sebuah alamat yang diyakini sebagai tempat Dhea berada.
Sejam perjalanan akhirnya mereka tiba di sebuah rumah. Tampak Dhea dan beberapa wanita berpakaian minim duduk di taman kecil.
Wanita-wanita itu menoleh ke asal suara.
Ezzy turun didampingi sang istri, memasuki halaman rumah.
Dhea membulatkan matanya ketika melihat Ezzy datang bersama seorang wanita.
Dhea berlari menghampiri kekasihnya, langkahnya terhenti ketika melihat tangan Haura meraih jemari Ezzy dan menggenggamnya. Padahal dirinya ingin memeluk pria itu dan berkata rindu.
Ezzy melihat ke arah tangan yang digenggam sang istri.
"Perkenalkan aku kepadanya!" bisik Haura.
Dhea memperhatikan satu persatu dari keduanya.
"Dhea, ini istriku!" kata Ezzy memperkenalkan Haura yang berdiri di sebelahnya.
"Apa!" Dhea begitu terkejut.
"Ternyata kamu di sini, kenapa meninggalkan adikku sendiri di sana?" tanya Ezzy tanpa basa-basi.
"Maaf, Zy. Aku tidak memberitahu dia jika diriku dipindahkan di sini," jawab Dhea beralasan.
"Memangnya pekerjaan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ezzy lagi.
"A... aku di sini bekerja sebagai karyawan restoran kebetulan di sini rumah yang disewa bos," jawab Dhea terbata.
"Tapi, kenapa adikku harus mendapatkan penyiksaan?" Ezzy bertanya tentang perlakuan kasar orang-orang kepada Nuri.
"Yang benar, Zy?" Dhea tampak tak percaya. "Di sini kami baik-baik saja," jelas Dhea.
"Kamu yakin di sini tak di paksa?" tanya Ezzy menyelidik.
Dhea mengangguk mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Iziy
aku curiga Ama bik wia itu yg melakukan semuanya kepada haura
2023-10-04
1
💫Mars JuPiter🪐
Dhea patut di curigai... 👉
2023-09-20
1