Begitu sampai rumah, Ezzy membantu istrinya menuju kamar mandi. Tetap memeluk tubuh lemah dan berdiri di bawah shower. "Kamu harus kuat!" bisik Ezzy di telinga istrinya.
"Aku ingin tertidur, Zy!" lirihnya.
Ezzy tak membiarkan tubuh istrinya luruh, ia semakin erat memeluknya dan membiarkan air membasahi tubuhnya.
Hampir 10 menit mengguyurkan tubuhnya, mata Haura kembali terang.
"Bagaimana?" Ezzy melepaskan pelukannya.
"Cukup membaik, Zy."
"Pakailah handuk, aku akan keluar!" kata Ezzy menyerahkannya.
Haura meraihnya.
Ezzy hendak keluar, namun tangannya di pegang oleh Haura. Ia pun menoleh ke samping.
"Jangan tinggalkan aku!" pinta Haura kembali memeluk suaminya.
Ezzy tampak terkejut dengan sikap istrinya.
"Aku tidak akan kemana-mana," kata Ezzy menenangkan istrinya.
Mendongakkan wajahnya, Haura kemudian berkata, "Kita sudah menikah, apa salahnya kamu mengganti pakaian di sini juga bersamaku."
Ezzy terdiam mendengarnya.
Haura mengulas senyum.
"Lebih baik aku di luar saja. Kamu di sini," ucap Ezzy gugup.
"Kamu masih malu?" Haura menggoda
"Aku tunggu kamu di luar!" kata Ezzy menjauhkan tubuh sang istri dan bergegas keluar dari kamar mandi.
Selang 10 menit kemudian, Haura keluar menggunakan handuk yang hanya dililit sampai dada, paha mulusnya tampak jelas.
Lagi-lagi Ezzy harus menelan salivanya.
Haura melemparkan senyumnya.
"Kamu mau memakai pakaian, ya. Aku akan keluar," ucap Ezzy.
"Iya. Tapi kamu di sini saja," lagi-lagi Haura berkata dengan nada suara menggoda.
"Hah, apa!"
"Memangnya kenapa? Tak ada yang marah, kita sudah sah." Haura melepaskan handuk dari kepalanya.
"Memang, sih. Tapi sekarang kita fokus dengan penyakit kamu saja. Siapa orang yang berani menaruh bubuk itu lagi," kata Ezzy mengalihkan pembicaraan sangking gugup takut khilaf.
Haura duduk di pinggir ranjang masih menggunakan handuk ditubuhnya. "Padahal dia sudah keluar dari rumah ini dan sebulan terakhir aku tak mengalaminya. Apa sebenarnya dia datang dan balas dendam?"
"Sepertinya tidak. Karena aku yakin dia takkan seberani itu," ujar Ezzy bersikap santai dan berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Lalu siapa? Bibi Wia tidak ikut dalam peresmian ini," Haura mengeringkan rambutnya dengan handuk sebelum memakai hairdryer.
Ezzy tampak berpikir.
Haura bangkit dan mendekati suaminya lalu menyentuh dada pria itu dengan telapak tangannya.
Ezzy yang menundukkan kepalanya agar tak melihat tubuh mulus istrinya, sontak mengangkat wajahnya.
"Kita akan cari sama-sama, terima kasih sudah membantuku dan menemaniku," kata Haura dengan tersenyum.
Ezzy menggangguk cepat.
"Sekarang keluarlah, aku mau mengganti pakaian. Aku tahu kamu belum siap," ujar Haura.
Ezzy tersenyum kaku, tanpa lama-lama ia pun berlalu.
Selagi menunggu istrinya memakai pakaian, Ezzy berdiri tak jauh dari kamar tanpa sengaja matanya menangkap sosok wanita mengendap-endap memasuki sebuah kamar pelayan.
Ezzy berencana mengikutinya secara diam-diam. Baru saja melangkah, suara Haura memanggil membuatnya mengurungkan niatnya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Haura.
Ezzy meletakkan jemarinya di bibir dirinya, mengisyaratkan agar Haura tak bersuara besar.
"Ada apa?" tanya Haura dengan suara pelan.
Ezzy mendekati istrinya dan menjawab, "Ada orang yang mencurigakan."
"Siapa?" tanya Haura lagi.
Ezzy menarik lembut jemari tangan istrinya dan menggenggamnya, "Ikut aku!"
Keduanya melangkah menuju kamar yang dicurigai Ezzy.
Belum sampai tujuan, Wia muncul dan tampak terkejut.
"Tuan, Nona, kenapa di sini?" tanyanya gugup menatap keduanya yang kini ada dihadapannya.
"Kami mendengar suara pintu terbuka, jadi penasaran ingin tahu siapa yang datang ke kamar ini. Karena 'kan Mba Mar lagi di penginapan," jawab Ezzy beralasan.
"Oh, saya kemari karena melihat pintu kamar Mar tak terkunci," jelas Wia.
"Oh," ucap Ezzy dan Haura singkat sambil manggut-manggut.
Wia kemudian berlalu.
"Aku tidak percaya dengan ucapannya," ujar Ezzy.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Haura.
"Tetap waspada," jawab Ezzy. "Aku yakin pengkhianat diantara kalian bukan hanya satu orang saja," lanjutnya.
****
Esok harinya, selesai sarapan Ezzy bersiap-siap hendak pulang ke kampung halamannya.
"Aku ikut, ya!" pinta Haura dengan manja memegang lengan sang suami yang sedang menyusun pakaian ke dalam tas.
"Tidak, Ra. Kamu di sini saja," kata Ezzy menghentikan tangannya bekerja.
"Aku takut jika kamu tinggal sendiri," Haura menunjukkan wajah sendu.
"Ada kedua orang tua kamu dan para pelayan yang tulus menjagamu," Ezzy kini menatap istrinya.
"Bagaimana jika mereka mencoba melakukan itu lagi? Siapa yang akan menetralisir amarahku?" Haura memasang wajah memohon.
Ezzy terdiam.
"Zy...."
"Kita harus minta izin dulu kepada kedua orang tua kamu. Lagian besok pagi juga aku kembali," kata Ezzy dan Haura mengiyakan.
Mereka lalu menemui, Lessa dan Rafin yang hendak menaiki mobil.
"Ma, Pa, apa aku boleh ikut Ezzy ke kampungnya?" Haura bertanya ketika sudah berada dihadapan kedua orang tuanya.
"Tidak," jawab Lessa dengan cepat.
"Ibunya lagi sakit, kamu akan merepotkan dia di sana," timpal Rafin.
Haura lalu mengarahkan pandangannya kepada suaminya. "Apa aku merepotkan kamu?"
Ezzy menggelengkan kepalanya.
"Boleh 'ya, Ma, Pa. Aku bosan di rumah," Haura memohon.
Rafin dan Lessa sejenak terdiam.
Beberapa detik kemudian, Rafin memberikan izin kepada putrinya pergi ke rumah mertuanya.
Haura begitu senang ketika mendapatkan izin, gegas ia ke kamar dan mengemasi pakaiannya ke dalam koper.
Rafin dan Lessa masuk ke mobil selepas berbicara dengan putri dan menantunya.
"Bagaimana dengan kondisi Nona Haura, Tuan?" tanya Alon saat keduanya sudah berada di mobil.
"Sangat baik," jawab Rafin.
"Syukurlah," ucap Alon.
"Kenapa kamu semudah itu memberikan izin padanya?" tanya Lessa pada suaminya yang tidak senang dengan keputusan pria itu.
"Ada Ezzy di sampingnya. Kamu tidak perlu khawatir," ujar Rafin menyakinkan istrinya.
"Memangnya Nona Haura kemana, Tuan?" tanya Alon yang mendengar, ia duduk di depan di bagian sopir.
"Dia mau pergi ke rumah mertuanya," jawab Rafin.
"Kenapa diizinkan, Tuan, Nyonya? Bagaimana jika Nona Haura kambuh?" tanya Alon.
"Aku rasa Haura tidak akan kambuh karena menurutku memang bersama Ezzy dan jauh dari rumah ini dirinya merasa aman," ujar Rafin.
"Tuan Ezzy adalah orang baru di lingkungan kita. Bisa saja dia memanfaatkan kepolosan Nona Haura," kata Alon mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Bukankah dia orang pilihan kamu? Makanya mereka menikah," singgung Lessa mengarahkan pandangannya ke arah spion yang berada di tengah.
"Ya, saya pikir dia mampu membuat Nona Haura membaik," ujar Alon pelan-pelan melajukan kendaraannya.
"Memang kenyataannya Haura mulai membaik, hanya saja salah satu pelayan berbuat curang," ucap Rafin.
"Kita benar-benar telah kecolongan, Tuan!" kata Alon.
"Makanya lebih selektif mencari karyawan rumah," sindir Lessa.
"Iya, Nyonya. Lain kali saya akan lebih teliti menerima karyawan bekerja di rumah," janji Alon.
-
Haura dan Ezzy pergi menggunakan mobil pribadi diantar oleh sopir.
Sesampainya di sana Nuri tampak heran ketika sang kakak turun dari mobil bersama seorang wanita cantik.
Ezzy lalu memperkenalkan adiknya kepada sang istri.
Haura menampilkan senyum manisnya menyapa adik iparnya.
"Kakak menikah kenapa tidak ada pesta?" tanya Nuri ketika mereka di dalam rumah.
"Kemarin itu kami mendadak, jadi tak berpikir untuk buat pesta," jawab Ezzy.
"Kami akan membuat pesta jika semua masalah selesai," sahut Haura.
Pernyataan Haura membuat Ezzy menoleh ke arahnya.
"Kita memang belum membuat pesta pernikahan, 'kan," ucap Haura enteng.
"Wah, pasti acaranya sangat meriah," ujar Nuri.
"Ezzy..."
"Ibu!" sapa Ezzy mendekati Elsa yang tampak lemas, diikuti sang istri.
"Ibu senang kamu dan Haura datang kemari," kata Elsa.
"Mendengar Ibu sakit, Ezzy sangat khawatir. Makanya dia cepat-cepat pulang kesini," ujar Haura mengecup punggung tangan mertuanya.
"Terima kasih, ya. Ternyata Ezzy tak salah memilih kamu," kata Elsa.
"Aku yang beruntung mendapatkan dia, Bu." Ezzy menatap Haura penuh cinta.
"Semoga kalian selalu diberikan kebahagiaan dan dijauhi orang-orang yang berbuat jahat," ucap Elsa.
"Terima kasih do'anya, Bu." Kata Haura tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments