Dua hari berlalu, Haura dan suaminya kembali ke rumah. Keduanya disambut Lessa dan Rafin.
"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Rafin pada menantunya.
"Sudah membaik, Tuan." Jawab Ezzy.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya." Kata Rafin.
"Bagaimana tidur kamu sayang di sana?" tanya Lessa pada putrinya.
"Sangat nyenyak, seperti orang normal," jawab Haura melirik Wia yang kebetulan sedang melintas.
"Benarkah?" Lessa tak percaya.
"Bukan sekali aku ke sana, Ma. Suasana sangat sejuk dan orang-orangnya begitu ramah. Papa dan Mama sepertinya harus sesekali mengunjungi mereka," ucap Haura begitu bangga menceritakan bahwa dirinya berasa bahagia dan nyaman berada di sana.
"Mama tidak berniat pergi ke sana," ujar Lessa tersenyum sinis.
"Kapan-kapan ajak ibu dan adikmu kemari. Kami ingin mengenalnya lebih dekat," kata Rafin.
"Mama tidak, Pa!" Lessa terang-terangan menolaknya.
"Ma, ibunya Ezzy adalah mertuanya putrimu," ucap Rafin menoleh ke samping tepat istrinya berdiri.
"Tapi aku tidak merestui pernikahan mereka. Lagian kutukan itu tak ada dan pelakunya sudah berhenti dari sini, seharusnya mereka berpisah," ujar Lessa.
"Aku tidak mau berpisah dengan Ezzy, Ma!" Haura berkata tegas.
Ezzy terperangah mendengar jawaban istrinya.
"Kenapa kamu tidak mau berpisah dengannya?" tanya Lessa menautkan alisnya.
"Aku mencintainya, Ma, Pa!" jawab Haura dengan santai.
"Hah! Apa! Kamu mencintai pria kampung dan miskin sepertinya. Jangan bercanda, Haura!" hardik Lessa.
"Aku tidak bercanda, Ma. Aku memang serius mencintainya," Haura mengarahkan pandangannya kepada suaminya dan melemparkan senyuman terindahnya.
"Papa takkan melarang kamu jatuh cinta, selama dia menyayangimu juga," sahut Rafin turut mendukung keputusan putrinya.
"Kalian berdua ini bicara omong kosong apa, hah!" sentak Lessa bergantian menatap wajah suaminya dan putrinya.
"Lessa, Haura nyaman dengan Ezzy. Apa salahnya kita merestui mereka?" kata Rafin.
Lessa menggelengkan kepalanya.
"Ma, hanya Ezzy yang mau menerima kekurangan aku," kata Haura.
"Tidak, Haura. Kamu itu sangat sempurna untuk dia, jadi kalian tak pantas!" ucap Lessa.
"Ma.." kata Haura.
"Kalian harus berpisah, titik!" ucap Lessa tegas.
Lessa yang kesal meraih tas di atas meja tamu.
"Kamu mau ke mana?" tanya Rafin pada istrinya.
"Menenangkan diri. Kalian benar-benar membuatku hancur," jawab Lessa gegas menaiki mobilnya.
Lessa pergi menuju kantornya Alon, dengan wajah marah ia memasuki ruang kerjanya asisten suaminya.
"Nyonya Lessa!" Alon begitu terkejut dengan kehadiran istri atasannya itu.
"Kamu harus bertanggung jawab dengan pernikahan putriku!"
"Nyonya, tenanglah. Duduklah dulu!" ucap Alon menarik kursi tamu.
"Aku tidak dapat tenang sebelum kamu menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan putriku!" Lessa menunjuk wajah Alon dengan telunjuknya.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Nyonya?" Alon mengerutkan keningnya.
"Putriku mencintainya."
"Nyonya ingin mereka berpisah?" tanya Alon.
"Iya."
"Apa Tuan Rafin setuju mereka berpisah?" tanya Alon kembali.
"Jika dia setuju aku tidak perlu ke sini untuk menyuruhmu menyingkirkannya!" ketusnya.
"Baiklah, Nyonya. Saya akan membantu anda," janji Alon.
"Dalam waktu sepekan, kamu harus berhasil memisahkan mereka!"
Alon mengangguk mengiyakan.
***
Selang 3 hari kemudian, Haura merayakan ulang tahun yang ke 22. Ini pertama kalinya ia kembali bertemu dan menyapa keluarga serta teman-temannya pasca kutukan palsu itu.
Haura begitu cantik menggunakan gaun merah, Ezzy juga mengenakan pakaian berwarna senada.
Dengan bangganya, Haura mengatakan jika Ezzy adalah suaminya. Mereka menikah secara sederhana dan tertutup itu alasannya ketika ditanya kenapa tak mengumumkan lebih awal.
Ezzy yang selalu mendampingi istrinya hanya melemparkan senyuman saja, karena bingung harus berbicara apa.
Haura kini berada di depan kue ulang tahun, di kirinya ada kedua orang tuanya. Meskipun Lessa tak menyukai menantunya namun ia bersikap pura-pura bahagia.
Haura meniup lilin, tak berapa lama listrik pun padam.
Sontak, seluruh orang bersuara karena kaget tiba-tiba lampu mati.
Dua menit kemudian, listrik kembali menyala.
Haura mengedarkan pandangannya mencari suaminya.
"Sayang, ayo potong kuenya!" ucap Lessa lembut.
"Di mana Ezzy, Ma?" tanya Haura pada ibunya.
"Mungkin dia ke toilet," jawab Lessa asal. Padahal ia tahu di mana menantunya.
"Aku akan menunggunya," ujar Haura.
"Sayang, kasihan tamu kita. Cepat potong kuenya," ucap Lessa lagi dengan suara lembut.
Haura terpaksa memotong kue lalu memberikannya kepada kedua orang tuanya. Tampak wajah Lessa dan Rafin begitu senang.
Seorang pelayan wanita membisikkan sesuatu kepada Haura lalu ia pamit kepada kedua orang tuanya.
Haura mengikuti langkah pelayan wanita yang baru seminggu bekerja di rumahnya.
"Saya melihat Tuan di sana, Nona!" katanya menunjuk ke arah sebuah persimpangan lorong hotel.
Haura mengangguk.
Pelayan wanita itu diam dan berdiri tak menemani Haura menemui Ezzy.
Haura dengan langkah cepat menghampirinya, ia berhenti tepat di persimpangan dan menoleh ke kanan. Matanya membulat ketika melihat punggung suaminya.
Tampak Ezzy dan seorang wanita sedang berpelukan.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Haura dengan lantang dan marah.
Ezzy mendengar suara istrinya mendorong tubuh wanita yang ada dihadapannya. Lalu membalikkan badannya.
"Aku pikir kamu itu serius dengan pernikahan kita, ternyata....." ucapan Haura terjeda, air matanya menetes.
"Haura, ini hanya salah paham saja," jelas Ezzy mendekati istrinya.
"Salah paham bagaimana, hah!" bentak Haura.
"Aku sangat merindukan suamimu," kata Dhea tersenyum senang.
"Kenapa kamu muncul lagi di kehidupan suamiku?" Haura menatap Dhea dengan sangat marah.
"Karena aku mencintainya dan kamu yang telah merebutnya dariku," jawab Dhea santai.
Haura mengepalkan tangannya ingin menampar Dhea namun tangan suaminya mencegahnya.
"Kamu membelanya!" ucap Haura kesal, menghentak tangannya.
"Jangan berbuat kasar, Haura!" hardik Ezzy.
Haura terdiam mendengar suaminya membentaknya, air matanya semakin deras menetes.
"Aku minta maaf!" Ezzy merasa bersalah hendak memegang tangan istrinya.
Haura yang sangat kecewa dan marah lantas memilih pergi.
Ezzy pun mengejarnya, "Haura, dengarkan aku dulu!"
Haura tak menggubris suaminya.
"Saat lampu padam, aku di tarik paksa oleh seseorang. Mereka menutup mataku dan mengikat tanganku, Dhea melepaskan ikatannya," ungkap Ezzy sembari melangkah berusaha mensejajarkan posisi.
Haura berhenti dan menoleh ke arah suaminya. "Kamu pikir aku percaya, siapa juga yang akan menculikmu? Dan tak mungkin, wanita itu ada di sini bersamaan dengan acara ulang tahun aku di sini. Jika bukan kamu yang menghubunginya!" tudingnya.
"Aku tidak pernah menghubungi dan tak tahu jika dia berada di sini!" kata Ezzy menyangkal.
Haura tertawa sinis.
"Aku berkata jujur," Ezzy menatap istrinya.
"Memang benar 'ya, kamu menikahi aku karena uang yang dijanjikan kedua orang tuaku. Kamu tak pernah mencintaiku sama sekali!" ujar Haura tersenyum sinis.
"Awalnya iya, aku menikahimu karena uang dan membantumu lepas dari kutukan itu. Seiring waktu kita lalui bersama, aku malah ingin melindungi kamu," ungkap Ezzy secara jujur.
"Tapi sekarang aku tidak percaya, kamu malah berpelukan dengannya. Dan kamu begitu menikmatinya," sindir Haura.
"Dia yang memulainya, aku belum sempat menolaknya kamu sudah datang," jelas Ezzy.
"Alasan saja!" Haura melipat kedua tangannya di dada.
"Haura, percaya padaku," Ezzy memegang kedua lengan tangan istrinya.
"Aku sudah tak mempercayai kamu lagi. Memang lebih baik kita berpisah," Haura menurunkan tangan Ezzy dari lengannya.
"Aku tidak mau kita berpisah!" kata Ezzy tegas.
"Kenapa? Apa kamu mau harta keluargaku, hah!" tukasnya.
Ezzy terdiam.
"Besok pagi, pergilah dari rumahku dan jangan pernah kembali!"
...****************...
Jangan Lupa Mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sri Sundari
kerjaan asistennya ini
2024-02-10
1
vie gumi
hmmm kl sdh benar2 kehilangan baru mencari
2023-12-16
1