Tiba-tiba terdengar suara bunyi piring pecah dari rumah utama. Ezzy dan Bari gegas menoleh ke arah bangunan tersebut.
"Pasti Nona Haura lagi marah. Ayo kita ke sana!" ajak Bari gegas berdiri dari tempat duduknya.
Ezzy mengikuti langkah pria itu memasuki rumah mewah dari pintu belakang.
"Sudah berapa kali aku bilang, jangan sampai pinggiran piring berminyak!" ucap Haura dengan nada tinggi.
Ezzy melihat makanan berserakan dilantai bercampur dengan pecahan kaca piring.
"Kamu!" Haura menunjuk ke arah wanita muda yang tertunduk ketakutan. "Kamu dipecat!" lanjutnya.
Wanita itu mengangkat wajahnya, "Ja.. jangan, Nona. Saya butuh pekerjaan ini." Katanya dengan terbata dan memohon.
"Aku tidak peduli, ku sudah katakan tak ada yang boleh melakukan kesalahan walau sekecil apapun!" Haura berkata tegas dan wajah merah.
"Nona, berikan kesempatan untuknya sekali lagi!" pinta seorang wanita paruh baya.
"Kamu mau dipecat juga?" Tatapan tajam Haura kini ke arah wanita yang menentangnya.
Pelayan wanita itu pun segera menundukkan kepalanya.
"Usir mereka dan berikan gajinya!" titah Haura.
"Baik, Nona!" ucap seorang pria paruh baya yang berdiri tepat di samping Haura, ia merupakan kepala pelayan.
Wanita muda itu terduduk di lantai dan menangis menangis karena dipecat, rekan-rekan kerjanya menenangkan dan menguatkannya.
Haura kemudian berlalu disusul dengan pria paruh baya dibelakangnya.
"Seperti itu Nona Haura jika lagi marah!" bisik Bari di dekat telinga Ezzy yang tak menyangka gadis secantik Haura begitu emosional dan galak.
Ponsel Ezzy tiba-tiba berbunyi, ketika suasana sedang mencekam. Gegas, ia keluar dari rumah untuk menjawab panggilan tersebut.
"Halo, Bu."
"Halo, Zy. Apa kamu sudah bertemu dengan adikmu?" tanya Elsa.
"Belum, Bu. Mereka sudah pindah rumah," jawab Ezzy berbohong.
"Jadi kamu belum bertemu dengan mereka?"
"Aku akan berusaha mencarinya, Bu."
"Ibu tunggu kabar darimu."
"Iya, Bu. Tapi..."
"Tapi apa, Zy?"
"Apa aku boleh bekerja di sini? Sembari mencari Nuri dan Dhea." Ezzy meminta izin.
"Iya, kamu boleh cari pekerjaan di sana. Tapi, tetap cari adikmu!"
"Ibu tenang saja di sana, doakan aku di sini." Ezzy berkata begitu agar ibunya tak terlalu memikirkan keadaannya.
"Ibu selalu mendoakan kalian," ucap Elsa.
"Iya, Bu."
Elsa lebih dahulu mengakhiri panggilan.
Suara teriakan kembali terdengar dari dalam rumah, Ezzy berlari masuk dan melihat Haura yang pingsan dekat meja makan sedang di bopong.
Ezzy yang penasaran lantas mendekat. Tetapi Bari menarik tangan Ezzy keluar dari rumah.
"Ikuti saya!" ajak Bari melepaskan genggamannya.
Mereka melangkah ke pos penjagaan.
"Kenapa dengan Nona Haura?" tanya Ezzy, sesampainya di sana.
Bari duduk dan Ezzy di sebelahnya.
Bari kemudian berkata, "Jangan beritahu hal ini kepada orang luar!"
Ezzy mengernyitkan keningnya.
"Nona Haura selalu begitu setelah marah dan mengamuk kepada orang lain. Dia akan tertidur selama lima belas jam tanpa terbangun." Jelas Bari.
"Dia tertidur selama itu?" tanya Ezzy.
"Iya.," jawab Bari.
"Memangnya dia memiliki penyakit apa?" Ezzy masih penasaran.
Bari mengendikkan bahunya.
"Sangat aneh!" gumam Ezzy.
"Dokter tidak mampu mendiagnosis penyakitnya," ucap Bari.
"Apa tidak bisa disembuhkan?"
"Tuan dan Nyonya Besar sudah membawanya berobat kemana-mana tapi hasilnya nihil."
Ezzy pura-pura manggut..
"Apa kamu berniat bekerja di sini?" tanya Bari.
"Saya berniat bekerja di sini tapi di bagian mana?" Ezzy balik bertanya.
"Mengurus Nona Haura."
Ezzy mengerutkan dahinya.
"Kamu hanya menunggu dia tertidur. Karena pekerjaan itu tak ada orang yang sanggup," jelas Bari.
"Saya menjaga Nona Haura tidur?" Ezzy belum percaya.
"Iya."
"Kenapa mereka yang sebelum saya tidak betah?" Ezzy penasaran.
"Karena Nona Haura ketika terbangun akan mengamuk dan membanting seluruh barang-barang yang ada di dalam kamar," ungkap Bari.
Ezzy akhirnya paham.
"Ruang kamar akan di pasang kamera pengawas, jadi tidak sembarang orang yang dapat menjaganya."
"Apa sebaiknya yang menjaga Nona Haura adalah seorang wanita?" Ezzy memberikan saran.
"Memang seharusnya, tapi para pelayan wanita tak sanggup dan mengundurkan diri. Padahal gaji yang mereka dapatkan selama sebulan mampu membeli motor keluaran terbaru."
"Hanya menjaga tidur Nona Haura, gajinya sebesar itu?" Ezzy melebarkan matanya.
"Iya," jawab Bari menatap Ezzy.
"Lumayan besar juga gajinya. Tapi, kapan saya bisa mencari Nuri?" tanya Ezzy yang memang niat awalnya begitu.
"Jika Nona Haura sadar dan normal seperti biasa, kamu dapat mencari adikmu," jawab Bari.
-
Setengah jam berlalu, akhirnya Bari membawa Ezzy menemui asistennya orang tuanya Haura yang berada di depan kamarnya Haura. Kebetulan pria paruh baya itu datang ketika diminta papanya Haura mengambil berkas di rumah.
"Kamu yakin dia mampu bertahan menjaga Nona Haura?" tanya pria bernama Alon.
"Saya sangat yakin, Tuan. Karena Ezzy membutuhkan pekerjaan ini," jawab Bari.
Tatapan Alon kini ke arah Ezzy. "Apa benar yang dikatakannya?"
"Iya, Tuan." Jawab Ezzy.
Alon memperhatikan seluruh penampilan Ezzy yang cukup menarik.
"Hmm, baiklah. Kamu boleh bekerja, tapi ganti pakaianmu." Kata Alon.
"Baik, Tuan. Terima kasih!" Ezzy menundukkan kepalanya.
Selang beberapa menit kemudian, Ezzy memasuki kamar khusus yang ditempati Haura dengan memakai pakaian seragam.
Ezzy menatap Haura yang tertidur pulas tanpa menggerakkan tubuhnya. Wajahnya yang putih, bibirnya merah dan bulu mata lentik memancarkan seorang putri bangsawan.
Ezzy duduk di sofa yang telah disediakan, matanya perlahan mulai mengecil, akhirnya ia tertidur.
Dua jam berlalu, Ezzy membuka mata dan melihat Haura masih terbaring dengan posisi yang sama yaitu terlentang. Tangan kanannya di atas perut dan tangan kirinya lurus ke sisi bawah.
Ezzy lantas mendekat, menarik kursi dan memperhatikan Haura yang tertidur. "Sangat cantik!" gumamnya.
"Pantas saja, tidak ada yang betah di sini. Di ruangan ini tak ada televisi, buku atau ponsel tentunya sangat membosankan harus menunggu orang tidur," Ezzy membatin. Sembari memperhatikan sekelilingnya.
Took...
Took...
Ezzy menoleh ke arah pintu, bangkit, kemudian melangkah lalu membukanya.
Seorang pelayan wanita menyerahkan nampan berisi makanan dan minuman. "Cepat habiskan sebelum Nona Haura terbangun."
Ezzy mengangguk mengiyakan.
"Jika sudah selesai makan, lambaikan tanganmu ke kamera. Biar aku datang mengambil piring kotornya!"
"Baik, Kak."
Pelayan wanita itu pun berlalu.
Ezzy yang memang sangat lapar, dengan cepat menghabiskan makanannya. Apalagi menunya sangat banyak, enak dan lezat.
Tak sampai 30 menit, Ezzy selesai makan. Mengikuti instruksi yang diberikan ia pun lakukan.
Tak lama kemudian, wanita yang mengantarkan makanannya datang dan membersihkan meja tak lupa memberikan pengharum ruangan.
"Bersihkan wajah dan sikat gigimu, jangan sampai Nona Haura terbangun dan mencium aroma tubuhmu yang memancing amarahnya!" Wanita itu menyerahkan pencuci wajah, sikat dan pasta gigi serta parfum.
Ezzy menerima barang-barang tersebut.
Setelah menutup pintu, Ezzy bergegas ke kamar mandi membersihkan diri sekedarnya saja.
Ezzy kembali duduk seraya melipat tangannya, sesekali matanya ke arah jam dinding.
"Sudah tujuh jam dia tertidur, kenapa tubuhnya tidak bergerak sama sekali?" gumamnya.
Ezzy yang penasaran lantas menyentuh tangan Haura dengan jemari telunjuknya berharap gadis itu menggerakkan anggota tubuhnya.
Dua kali Ezzy menyentuhnya dengan hati-hati, tetapi Haura tak menunjukkan reaksi apapun.
"Nona!" panggilnya lirih.
Jemari tangan kiri Haura bergerak.
Netra mata Ezzy membulat.
Sementara di lain ruangan, orang tuanya Haura melihat dari layar monitor kamarnya.
"Sayang, lihatlah! Haura terbangun, padahal belum lima belas jam!" ucap wanita cantik bernama Lessa.
"Iya, ini jarang terjadi," sahut Rafin, Papa Haura.
"Apa yang akan dia lakukan pada pemuda itu?" tanya Lessa.
"Kita lihat saja, barang-barang yang memicu hal-hal fatal sudah di singkirkan," jawab Rafin.
Haura terbangun bangkit dan duduk lalu melihat ke arah Ezzy yang melemparkan senyuman.
"Siapa kamu?" tanyanya dingin.
"Saya Ezzy, Nona."
Haura mengambil bantal dan melemparnya. "Berani-beraninya kamu di kamar ini, hah!" sentaknya.
"Saya hanya di suruh, Nona!" Ezzy menangkis bantal yang dilempar.
Haura menyibak selimut lalu turun dan berjalan mendekati Ezzy. Menarik kerah baju pemuda itu, "Siapa yang menyuruhmu?"
"Kedua orang tua, Nona." Jawab Ezzy sesuai yang dikatakan Alon.
Haura melepaskan cengkeramannya lalu mendorong tubuh Ezzy dengan kuat hingga tersungkur.
"Aku tidak butuh seseorang yang menjaga tidurku!" ucapnya dengan lantang.
"Tapi saya butuh pekerjaan ini, Nona!" kata Ezzy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Slameteffendi
lumayan bagus
2023-12-31
0