Ezzy menjelaskan maksud kedatangannya menjemput Dhea, namun wanita itu menolak diajak olehnya.
"Baiklah, jika kamu tidak mau," kata Ezzy dengan entengnya.
"Buat apa aku pulang, jika kamu sudah memiliki istri," ujar Dhea menunjukkan rasa kecewa.
"Syukurlah kalau kamu sadar!" cetus Haura. Wanita itu merangkul lengan suaminya dan tersenyum sinis ke arah Dhea.
Dhea tak senang dengan ucapan Haura lantas mendorong tubuh gadis itu. "Aku yang lebih dahulu mengenalnya bukan kamu!"
Haura yang di dorong sempat terhuyung, namun Ezzy memegang tubuhnya.
Ezzy memisahkan keduanya dengan berdiri di antara mereka. "Cukup!"
"Aku kecewa denganmu. Aku di sini kerja, kamu malah mengkhianati cinta kita dengan menikahinya!" kata Dhea mengeluarkan air matanya.
"Kenapa selama ini kamu tidak menghubungi aku?" tanya Ezzy menatap mantan kekasihnya itu.
"Ponselku rusak," jawab Dhea beralasan.
Ezzy terdiam, karena hanya Dhea yang memiliki telepon genggam.
"Kamu benar-benar jahat. Jika memang sudah menikah, kenapa datang kemari?" tanya Dhea dengan air mata menetes.
"Aku hanya ingin tahu kalau kamu baik-baik saja," jawab Ezzy.
"Kamu dengarkan, kalau suamimu ini begitu perhatian dengan aku," Dhea mengarahkan pandangannya kepada istrinya Ezzy.
"Dia perhatian karena kasihan, buktinya menikahiku," Haura tersenyum mengejek.
Dhea terpancing emosinya ingin menyerang Haura namun dihalangi Ezzy dengan menggunakan tangannya sebagai penghalang.
"Aku yakin kamu menikah dengannya karena terpaksa, 'kan?" Dhea menatap mata mantan kekasihnya.
Ezzy tak menjawab.
"Jawab, Zy!" Dhea lalu memeluk Ezzy.
Haura tak suka suaminya di sentuh menarik lengan Dhea lalu mendorongnya dengan kasar. "Jangan peluk dia!" hardiknya.
"Zy, katakan kalau kamu mencintaiku!" Dhea berharap menatap wajah Ezzy.
"Maafkan aku, Dhea. Aku tetap memilih istriku. Sebagai tanggung jawabku, aku kesini hanya ingin mengantarkanmu pulang," ucap Ezzy.
"Tidak perlu!" Dhea berkata lantang. "Kamu sudah membuatku kecewa. Pergilah dari sini, aku membencimu!" lanjutnya. Dhea memilih masuk ke dalam rumah dengan berlari kecil.
Beberapa teman Dhea melihat ke arah mereka dengan wajah bingung.
Ezzy ingin mengejar, namun lengan tangannya dipegang Haura. "Biarkan saja!"
"Saya hanya ingin...." ucap Ezzy.
"Kamu sudah tahu dia di sini dan baik-baik saja, sekarang mau apa lagi?" tanya Haura.
Ezzy tak menjawab.
"Ayo pulang!" ajak Haura.
"Tapi Nona..."
"Adikmu sudah ditemukan, biarkan dia di sini. Bukankah itu keinginannya," kata Haura.
Ezzy pun terdiam.
-
Keduanya tiba di rumah pukul 1 siang, selesai makan. Haura memilih untuk beristirahat di kamar. Ezzy melangkah ke pos penjagaan untuk mengobrol dengan Bari.
"Eh, ada Tuan Muda!" goda Bari.
"Panggil Ezzy aja, Kak."
"Kamu di sini adalah majikan aku."
"Tapi yang menggaji Kakak adalah Tuan Rafin."
"Ya, memang benar sih." Kata Bari.
"Bagaimana dengan kekasihmu itu, apa sudah ketemu?" tanya Bari yang mengetahui bahwa Ezzy pergi tadi pagi untuk menemui mantan kekasihnya.
"Sudah, Kak. Tapi menolak aku antar pulang, dia juga cemburu mengetahui ku dan Nona Haura menikah."
"Kamu tidak bilang kalau pernikahan kalian hanya sementara," ucap Bari.
"Tidak, Kak. Aku takut menyakiti perasaan Nona Haura," jelas Ezzy padahal dia tak ingin berpisah dengan istrinya itu.
"Kamu suka 'ya dengan Nona Haura?" tebak Bari.
Ezzy menaikkan bahunya.
"Tiap hari bertemu dan bersama. Pasti rasa cinta itu muncul. Aku juga dulu begitu dengan istriku. Awalnya tak saling mencintai karena dijodohkan, ujung-ujungnya kami saling membutuhkan."
"Mungkin saja, Kak."
"Kesempatan ini jangan di sia-siakan, apalagi Nona Haura selalu mengikuti kamu kemana saja." Kata Bari.
Ezzy tersenyum singkat.
"Kak, aku mau tanya. Selama kami menikah dan Nona Haura bersamaku, dia tak pernah marah-marah dan tidur," Ezzy menceritakan kebiasaan sehari-hari istrinya itu selama bersama dirinya.
"Mungkin kamu mampu menenangkannya," ujar Bari.
Ezzy diam dan berpikir, ia merasa janggal dengan sikap istrinya.
"Aku sarankan tetap di sisinya," kata Bari.
"Iya, Kak."
Ditengah obrolannya dengan Bari dan beberapa karyawan di rumah orang tuanya Haura terdengar suara teriakan diiringi barang dibanting.
Ezzy dengan cepat berlari ke asal suara, begitu juga lainnya. Ezzy melihat istrinya melemparkan semua piring dan gelas di atas meja.
Ezzy mendekat dan memeluk Haura dari belakang.
"Aku tidak suka masakan pedas!" Haura menatap wajah para pelayan penuh amarah.
"Nona, tenanglah!" bisik Ezzy.
"Lepaskan aku!" Haura menghempaskan kepalanya ke belakang.
Ezzy tampak kewalahan.
"Kalian semua aku pecat!" katanya dengan lantang.
"Jangan, Nona. Maafkan kami!" ucap seorang pelayan wanita yang ketakutan dan mata berkaca-kaca.
"Kalau tidak becus, jangan bekerja di sini!" bentaknya menatap tajam satu persatu.
"Kami membuat makanan sesuai permintaan, Nona." Kata pelayan wanita lainnya.
"Jadi kalian menuduhku yang salah, hah!" hardiknya.
Tiga pelayan wanita itu menggelengkan kepalanya.
"Ayo kita ke kamar!" ajak Ezzy.
"Aku tidak mau, Zy. Lepaskan aku!" sentaknya.
"Kamu butuh istirahat," ujar Ezzy yang tak melepaskan pelukannya.
"Aku ingin...." belum selesai berucap tubuh Haura ambruk.
Ezzy menahan tubuh istrinya dan membopongnya ke kamar. Di dalam kamar, Haura di selimuti. Ezzy berdiri dan menatap wajah istrinya.
Pikiran Ezzy terus bekerja, dia curiga kalau sebenarnya Haura tidak kena kutukan.
"Baru ditinggal sebentar tapi dia kembali kambuh," gumamnya.
****
Esok paginya, Ezzy keluar bersama Haura. Istrinya tertidur hampir 14 jam. Ezzy menarik kursi dan mempersilakan gadis itu duduk.
"Nona, mau saya buatkan telur ceplok?" Ezzy menawarkan diri.
"Tidak, Zy. Ini saja," jawab Haura.
"Aku mau mengambil minuman," Ezzy hendak berdiri.
"Biarkan pelayan yang mengambilnya," kata Haura.
"Tidak, Nona. Biar saya saja," ucap Ezzy.
"Duduk saja!" pinta Haura.
Ezzy menuruti permintaan istrinya.
Kedua orang tuanya Haura pun muncul dan bergabung dengan mereka menikmati sarapan bersama.
Selesai sarapan, kedua orang tuanya Haura berangkat ke kantor. Ezzy yang tak memiliki pekerjaan, hanya duduk menemani sang istri.
Haura duduk di balkon, sembari memainkan ponselnya.
Tak lama kemudian, seorang pelayan membawa sebuah piring kecil di isi dengan berbagai buah potong.
Haura mengucapkan terima kasih dan tersenyum kepada sang pelayan.
Haura menusuk buah dengan garpu dan menyantapnya, Ezzy sibuk membaca koran di sampingnya.
Selang beberapa detik, Haura melemparkan piring tersebut ke lantai. "Buah apa yang mereka berikan padaku!" gerutunya.
"Kenapa, Nona?" tanya Ezzy.
"Buah semangka -nya tidak segar, mangga juga sangat asem!" jawab Haura kesal.
Ezzy yang juga mendapatkan buah potong namun berbeda piring mencicipinya. "Rasa mangga manis."
"Mereka memang tidak mampu bekerja dengan baik!" omel Haura. "Panggilkan dia tadi!" lanjutnya memberikan perintah.
"Nona ingin memarahinya?" tanya Ezzy.
"Iya. Aku ingin memecat mereka yang tak mampu bekerja!" jawab Haura.
"Lebih baik jangan, Nona. Makan saja punya saya," ucap Ezzy agar istrinya tak memperbesar masalah.
"Kamu memberikan buah sisa padaku, hah!" Haura tak senang dengan penghinaan suaminya kepadanya.
"Saya hanya mencicipinya sepotong saja, Nona." Jelas Ezzy.
"Aku tetap tidak mau!" katanya dengan tegas.
"Kalau begitu ambil buah yang baru," Ezzy memberikan saran.
"Aku mau dia yang bertanggung jawab, Zy!" Haura berdiri dengan berkacak pinggang.
"Nona, masalah ini sangat sepele. Jangan diperbesar," kata Ezzy lantas ikutan berdiri.
"Kenapa kamu jadi membelanya, hah?" Haura menyibak gelas di atas meja hingga terjatuh dan pecah.
"Tidak, Nona." Ezzy memegang tangan istrinya.
"Jangan pikir kamu adalah suamiku, jadi sesuka hatimu untuk mengaturku!" Haura menghentakkan tangan suaminya.
"Bukan...."
Haura lalu terjatuh dan pingsan sebelum ucapan Ezzy selesai.
Ezzy menghela napas sejenak, lalu mengangkat tubuh istrinya ke dalam kamar.
Pertanyaan besar kembali muncul di pikirannya. Selesai makan makanan di dalam rumah ini, Haura akan menunjukkan rasa marah dan emosi berbeda jika di luar rumah.
Sambil menunggu sang istri terbangun dari tidurnya, Ezzy memikirkan cara agar gadis itu tidak mudah marah.
Beberapa menit kemudian, terlintas dibenaknya dan bergumam, "Apa sebaiknya seluruh makanan untuk Nona Haura aku yang membuatnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Deo Dean
pasti wia ngasih obat ke makanan Haura
2023-11-02
1
HARTIN MARLIN
lebih baik begitu,
aku curiga 🤔🤔 dengan pelayannya
2023-09-22
0
💫Mars JuPiter🪐
masih jadi misteri penyakit nya nona..
2023-09-21
0