Haura mendekati Ezzy yang terjatuh di lantai, lalu berjongkok di sampingnya. Tangan mulusnya mendarat di pipi Ezzy.
Sontak, membuat Ezzy terperangah melihat gadis begitu cantik dan anggun bersikap kasar kepadanya. Ingin marah tapi ia sangat tergiur dengan gajinya.
"Jadi kamu berharap seumur hidupku begini terus, hah?" hardik Haura.
"Tidak, Nona. Saya berharap Nona Haura sembuh, bagaimana kalau kita bicara?" Ezzy memegang pipinya yang sakit.
"Aku tidak suka berbicara dengan orang asing!" tolaknya.
"Kita sudah berkenalan," ucap Ezzy.
"Tapi, bagiku kamu itu orang lain!" sangkalnya.
Haura kemudian bangkit dan berdiri lalu membalikkan tubuhnya.
Ezzy pun melakukan hal sama.
"Keluarlah dari kamarku ini!" usirnya dengan nada dingin.
"Ini belum lima belas jam, jadi saya tidak akan keluar." Ezzy menolak permintaan Haura.
"Kamu ingin berduaan dengan aku?" Haura membalikkan badannya.
"Jika Nona butuh teman bicara kenapa tidak," jawabnya santai.
Haura mendekati Ezzy dan ingin melayangkan tamparan ke wajahnya lagi, namun Ezzy segera menahan tangan tersebut.
"Lepaskan aku!" sentak Haura.
"Bisakah Nona bersikap lembut?" tanya Ezzy menatap wajah gadis dihadapannya.
"Tidak!"
"Nona sangat cantik dan menarik. Saya yakin kalau di dalam diri Nona ada hati seperti berlian," ucap Ezzy.
Tampak mata Haura berkaca-kaca.
"Saya akan melepaskan tangan Nona jika tidak memukul lagi," ujar Ezzy.
Haura tak menjawab, tapi ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman pemuda yang ada dihadapannya.
"Apa Nona pernah mengalami kegagalan cinta?" tanya Ezzy menatap dalam mata Haura.
"Apa kamu harus tahu semua tentang aku?" Haura balik bertanya.
"Biasanya orang yang mengalami trauma akan bersikap kasar."
Haura mendorong tubuh Ezzy dengan tangan kirinya, otomatis genggamannya pun terlepas.
"Pergi dari sini!" usirnya dengan suara lantang.
"Baiklah, saya akan pergi." Kata Ezzy kemudian membuka pintu dan berlalu.
Haura menarik sprei dan selimut secara kasar dari ranjang sambil berteriak-teriak.
Lessa dan suaminya bergegas ke kamar putrinya. Keduanya lalu memeluk tubuh Haura dan mampu membuatnya tenang.
Ezzy yang telah selesai menjalankan misi di hari pertamanya, lantas pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Karena besok pagi, ia akan melanjutkan pencarian adik dan pujaan hatinya.
***
Haura menikmati sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Kondisi tubuh dan mental gadis itu sangat stabil.
Namun, para pelayan tetap harus berhati-hati agar tidak membuat emosi Haura terpancing. Karena kalau ia marah-marah maka akan pingsan dan tertidur berjam-jam.
"Dimana pemuda itu?" tanya Lessa pada seorang pelayan wanita yang sudah lebih 10 tahun mengabdi di keluarganya.
"Tadi pagi dia izin pamit keluar, Nyonya."
"Nanti malam setelah kami pulang dari kantor, suruh dia temui kami," titah Lessa.
"Baik, Nyonya."
Pelayan wanita itu pun berlalu setelah menuangkan jus jeruk ke dalam gelas.
"Biarkan dia pergi dari rumah ini, Ma, Pa. Aku tidak mau terbangun ada orang lain di kamarku," ujar Haura.
"Harus ada yang menjaga kamu. Papa dan Mama tidak mau jika terbangun kamu menyakiti dirimu," jelas Rafin.
"Tapi, aku sangat risih apalagi dia adalah pria. Pasti dia sudah melihat isi pakaian ku!" tukasnya.
"Kami tidak sebodoh itu meninggalkan kamu dalam keadaan tertidur dengan orang lain. Kamera pengawas untuk memantaunya. Kamu tenang saja, dia takkan berani menyentuhmu walaupun...." Ucapan Lessa terjeda.
"Walaupun apa, Ma?" desak Haura.
"Lupakan saja!" lanjut Lessa.
Lessa dan suaminya mengetahui jika Ezzy menyentuh tangan putrinya dengan jari telunjuknya tapi tidak membuatnya marah karena tak melewati batas wajar.
"Apa aku boleh ke kantor?" tanya Haura.
"Tidak, Ra. Kamu tak boleh melakukan aktivitas di luar rumah tanpa pengawasan kami," jawab Rafin.
"Ma, Pa, aku sangat bosan terus berada di rumah. Aku butuh bersosialisasi!" ucapnya.
"Kamu mudah marah dan menyakiti orang lain, kami tidak mau mereka tahu tentang kondisimu," kata Lessa.
"Ma, Pa...."
"Cukup Haura. Tinggal di rumah, Mama dan Papa akan meminta pemuda itu menemanimu mengobrol," ujar Lessa.
"Aku tidak mau dengannya, Ma!" tolaknya.
"Mau atau tidak, kami akan tetap menyuruhnya," sahut Rafin.
Haura menghela napas pasrah.
Sementara itu, Ezzy masih berada di dalam bus kota. Ia akan menuju sebuah rumah sakit. Karena Nuri pernah bercerita jika mereka tinggal berdekatan dengan bangunan itu.
Begitu sampai rumah sakit yang dimaksud, Ezzy lantas bertanya kepada para warga sekitar. Tak lupa ia menunjukkan 2 lembar foto Nuri dan Dhea.
"Mereka beberapa minggu lalu sering ke sini membeli nasi, tapi tiga hari ini tak pernah muncul," ucap wanita pedagang makanan.
"Apa Bibi tahu di mana mereka tinggal?"
"Mereka hanya bilang di sana!" Wanita itu menunjuk ke arah bangunan tingkat dengan cat berwarna kuning.
"Apa Bibi tahu pekerjaan mereka?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya.
Ezzy menarik napas.
"Kalau begitu, terima kasih infonya, Bi."
"Iya, sama-sama."
Ezzy lalu berjalan menuju rumah tersebut, sesampainya di sana ia melihat pagar yang tergembok.
"Cari siapa, Nak?" tanya pria paruh baya yang menghampirinya.
"Saya mencari mereka," jawab Ezzy sembari menunjukkan foto.
"Saya tidak kenal dengan mereka. Tapi dua hari yang lalu, ada satu mobil truk di sini bawa barang-barang begitu banyak," jelasnya.
"Kalau saya tahu mereka pindah ke mana?"
"Saya tidak tahu, Nak."
Ezzy lagi-lagi harus kecewa. Petunjuk yang ia ingat hanya nama rumah sakit itu.
Ezzy pun dengan langkah lunglai kembali ke rumah mewah milik Haura. Karena di sana dirinya dapat beristirahat dan makan enak.
Sesampainya, Bari menghampirinya, "Nanti malam setelah makan temui Tuan Rafin dan Nyonya Lessa!"
Ezzy tampak terkejut.
"Untuk apa mereka ingin bertemu dengan saya, Kak?" tanya Ezzy. Panggilan telah mereka ubah karena sudah mengetahui usia masing-masing dan lebih pantas serta akrab jika memanggil kakak.
"Aku tidak tahu."
"Aku takut mereka akan memecat ku."
"Semoga saja tidak."
"Nanti Kak Bari menemani aku menemui mereka, 'kan?"
"Maaf, Zy. Hari ini jadwal jaga sampai sore saja," ucap Bari.
Ezzy hanya dapat pasrah.
Selesai makan malam, Ezzy menemui kedua orang tuanya Haura di sebuah ruangan.
"Silahkan duduk!" ucap Rafin.
Ezzy dengan gugup duduk di kursi yang posisinya berseberangan.
"Tak ingin berlama-lama, kami ingin menawarkan sesuatu kepadamu," kata Rafin.
Jantung Ezzy semakin berdetak kencang.
"Kami ingin menikahkan kamu dengan Haura. Apa kamu bersedia?" Kata Rafin.
...----------------...
Hai-hai Semua, Apa kabar?
Mami AL kembali lagi, semoga cerita kali ini kalian menyukainya. Jangan lupa tinggalkan jejak, agar Mami AL semangat menulisnya. Jika tidak suka dengan cerita ini boleh skip. Tapi, jangan membuat Mami AL bersedih.
Sambil Menunggu Update Selanjutnya, Bolehlah Mampir Ke Karyaku Lainnya...
- Penculik Hati
- Dijodohkan Dengan Musuh
- Salah Jatuh Cinta
- Calon Istriku Musuhku
- Marsha, Milik Bara
- Marry The Star
....Dan masih banyak lagi... Lelah ngetiknya, pokoknya kalian harus mampir, klik aja akun pena Mami AL..
Sehat dan Bahagia Selalu 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Slameteffendi
aku suka
2023-12-31
1
HARTIN MARLIN
lanjut lagi
2023-09-15
1
💫Mars JuPiter🪐
lanjut 👍
2023-09-12
1