Selepas makan malam, Haura menyuruh salah satu pelayan pria memanggil Ezzy di kamarnya. Ezzy menghampiri Haura yang menunggunya di balkon.
Haura membalikkan badannya dan melemparkan senyuman.
"Dia begitu 'kan sangat manis sekali," Ezzy membatin.
"Aku tidak biasa mengobrol dengan orang asing tapi sebentar lagi kita akan menikah," Haura membuka percakapan.
"Nona bersedia menikah dengan saya?" tanya Ezzy tersenyum.
"Tidak ada pilihan lagi. Hanya kamu yang dapat menolong aku untuk sembuh dari kutukan ini," jawab Haura.
Ezzy mengernyitkan keningnya.
"Lupakan yang tadi. Sekarang kita bahas tentang pernikahan kita," Haura dengan cepat mengalihkan pembicaraan.
"Silahkan, apa yang ingin Nona bicarakan!" kata Ezzy.
"Selama pernikahan terjadi, jangan pernah menyentuhku," ucap Haura.
"Untuk hal itu saya tidak berjanji, apa lagi Nona begitu cantik," goda Ezzy.
Haura mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
"Nona ingin marah? Hati-hati!" ucap Ezzy ketika melihat perubahan ekspresi wajah calon istrinya.
"Aku tidak menyukaimu, jadi jangan berharap lebih dariku," Haura berkata dengan nada dingin.
"Saya juga tidak menyukai Nona. Rencana pernikahan ini juga karena ingin menolong Nona saja. Apalagi Tuan dan Nyonya berjanji untuk mencari kekasih dan adik saya," kata Ezzy tak mau kalah.
"Jika memiliki kekasih kenapa kamu mau menerima tawaran ini?" tanya Haura berusaha menurunkan ego.
"Karena saya sangat kasihan dengan kedua orang tua Nona. Setiap hari melihat putrinya harus tertidur tidak seperti orang-orang pada umumnya," jawab Ezzy.
Haura terdiam.
"Saya janji setelah sembuh maka saya akan melepaskan Nona Haura," kata Ezzy.
Haura masih berpikir.
"Nona belum yakin?" Ezzy menatap Haura yang masih terdiam.
"Baiklah, saya setuju!" Haura mengulurkan tangannya.
Ezzy meraih tangan tersebut dan keduanya saling berjabat tangan.
Haura kemudian membalikkan badannya dan berlalu.
Ezzy menatap telapak tangannya yang habis di sentuh Haura, gadis cantik begitu sempurna.
***
Pagi ini semua penghuni rumah sedang disibukkan persiapan acara pernikahan Haura dan Ezzy. Pernikahan dadakan akan dilangsungkan secara tertutup dan tak ada tamu yang diundang termasuk keluarga besar dari kedua calon mempelai.
Haura duduk sembari menikmati sarapan paginya.
Ezzy tak diperbolehkan melakukan pekerjaan apapun, sedari malam ia berada di dalam kamar. Sarapan pagi pun di antar pelayan.
Janji pernikahan akan dilaksanakan pada pukul 10 pagi, karena permintaan Rafin dan Lessa yang menginginkan acara dipercepat.
Selesai sarapan, Haura bersiap berpakaian. Walaupun pernikahan terpaksa dan dadakan tetapi dia ingin terlihat cantik serta anggun.
Haura duduk menatap cermin, wajahnya di rias pelayan rumahnya yang memang tugasnya untuk mempercantik sang pemilik rumah.
Selesai merias wajahnya, Haura berdiri tanpa sengaja asisten pelayan menginjak gaun calon pengantin.
Sontak, membuat Haura melihat gaunnya. Tatapan tajam pun ia arahkan kepada sang pelaku.
"Nona, maafkan saya!" wanita itu menundukkan kepalanya.
Haura mendorong tubuh asisten pelayan hingga terjatuh. Ia lalu berkata, "Aku tidak suka kesalahan sekecil apapun!"
"Haura tenangkan dirimu!" ucap Lessa yang tepat waktu datang.
"Aku tidak suka dia di sini. Pecat dia!" perintah Haura.
"Ini bukan waktunya untuk memecat para pelayan, Haura." Kata Lessa.
"Mama ..."
Lessa menarik tangan putrinya. "Jangan berdebat! Sekarang kita ke taman belakang. Janji pernikahan akan diucapkan!"
Haura tanpa membantah, mengikuti perintah Lessa.
Ezzy telah duduk di kursi tampak di hadapannya ada Rafin, keduanya dibatasi meja.
Ezzy selesai mengucapkan janji pernikahan, senyum bahagia terpancar dari wajah Rafin. Masalah putrinya akan segera berakhir.
Haura didampingi Lessa berjalan ke arah Ezzy yang tampak gagah dengan jas berwarna putih senada dengan gaun Haura kenakan.
"Nona Haura silahkan cium punggung tangan suaminya," ucap saksi pernikahan.
Dengan terpaksa, Haura meraih uluran tangan suaminya lalu mengecup punggung tangannya.
Ezzy lalu lanjut mengecup kening Haura.
Orang-orang yang disekitar Haura berdiri tersenyum bahagia. Tetapi tidak dengan Haura yang sangat membenci situasinya.
Selepas menikah dan beberapa orang menjadi saksi meninggalkan tempat. Haura yang tidak dapat menahan kekesalannya dan amarahnya lantas mendorong tubuh suaminya hingga terhuyung.
"Kenapa kamu malah menikmatinya, hah?" tanyanya dengan lantang.
"Haura, dia suamimu!" hardik Rafin. Karena tidak senang dengan sikap putrinya memperlakukan Ezzy.
"Aku tidak suka dia menciumku, Pa!" ucap Haura.
"Dia berhak atas dirimu sekarang, Haura!" kata Rafin.
"Pernikahan ini hanya terpaksa, aku begini untuk menghilangkan...." ucapan Haura terputus, tubuhnya seketika ambruk membuat orang tua dan suaminya kaget.
Ezzy yang berada di dekat Haura gegas mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya ke kamar khusus. Ezzy membaringkan tubuh istrinya yang masih menggunakan gaun pengantin.
"Jangan mengganti pakaiannya yang dikenakannya, jika tidak mau menjadi masalah lagi," ucap Lessa yang mengikuti Ezzy ke kamar.
Ezzy manggut-manggut paham.
Lessa dan Rafin lalu meninggalkan kamar.
Ezzy mengganti pakaiannya di kamar mandi, meskipun ruang kamar tidak memasang kamera pengawas lagi.
Ezzy kini sudah berganti pakaian, duduk di sisi ranjang lalu mengusap lembut rambut istrinya. "Sebenarnya penyakit apa yang sedang kamu derita?"
Ezzy terus menatap wajah istrinya yang tertidur, tiba-tiba ia teringat dengan Dhea kekasihnya.
Dia dan Dhea belum terlalu lama menjalin kasih, tapi rasa sayangnya kepada gadis itu sangat besar meskipun hanya kenal enam bulan saja.
Di bulan keempat hubungan asmaranya, Dhea mengajak Nuri untuk bekerja di kota dengan iming-iming gaji lumayan besar.
Hal itu membuat Nuri tergiur sehingga menerima tawaran dari Dhea. Ezzy dengan percaya menyerahkan adiknya pergi merantau bersama Dhea.
Ezzy lantas berdiri dan berbalik memunggungi Haura. "Aku tidak boleh jatuh cinta pada Nona Haura, pernikahan hanya sementara. Aku butuh bantuan mencari Nuri dan Dhea, Nona Haura cuma ingin kesembuhan."
-
Hari sudah menjelang malam tepatnya pukul 9, Haura tak kunjung bangun meskipun sudah berjalan hampir 10 jam.
Ezzy yang sangat mengantuk akhirnya merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Mereka sudah menikah tidak ada masalah jika seranjang bersama.
Ezzy akhirnya memejamkan matanya.
Dua jam berlalu, Haura membuka matanya. Memperhatikan seluruh tubuhnya yang masih menggunakan gaun. Ia lalu menoleh ke samping, matanya membulat ketika tahu Ezzy tidur di sebelahnya.
Dengan sangat murka, Haura mendorong tubuh Ezzy hingga terjatuh ke lantai.
"Auww!" Ezzy memekik kesakitan memegang punggungnya.
"Siapa yang menyuruhmu tidur di sampingku?" tanya Haura dengan nada tinggi.
"Kita sudah menikah, apa salahnya? Bahkan jika aku meniduri Nona juga tak masalah dan tidak ada yang marah."
Haura mengeraskan rahangnya.
"Berani-beraninya kamu berkata itu padaku!" Haura menunjuk wajah Ezzy dengan geram.
"Mungkin dengan kita melakukan itu, Nona bisa sembuh!" goda Ezzy.
Haura terdiam.
"Kita sudah resmi menikah, tapi Nona tetap tertidur setelah marah. Apa mungkin kita harus..."
"Cukup!" Haura menghentikan ucapan suaminya.
Ezzy menarik ujung bibirnya.
"Jangan meneruskan kata-kata itu! Aku yakin pasti ada cara lain selain kamu menyentuhku!"
"Bagaimana jika itu terjadi lagi? Mau tak mau kita ..."
"Diam!" sergahnya.
"Turunkan emosi Nona, jika tidak ingin tertidur lagi. Saya bisa saja menyentuh Nona saat begitu, tentunya Nona takkan pernah tahu. Apalagi tak ada kamera pengawas yang melihat kita," ujar Ezzy menakuti istrinya.
Haura menarik napas panjang lalu dihembuskannya, memundurkan langkah kakinya dan terduduk di pinggir ranjang. Haura menundukkan kepalanya, menutup wajahnya kemudian menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Widi Widurai
mungkin nuri diajak jadi LC 😅
2023-12-17
0
💫Mars JuPiter🪐
ayo thor semangat UP lagiii...
2023-09-14
2