Haura menarik napas panjang sebelum mengungkapkannya. "Aku tidak tahu kapan julukan putri tidur disematkan kepadaku, pastinya ketika emosi meledak maka aku akan jatuh pingsan padahal hatiku merasa kasihan pada mereka yang tersakiti oleh lisanku."
"Nona melakukan itu sadar jika bukan dalam hati?" tanya Ezzy.
Haura mengangguk.
"Sejak kapan Nona merasakan kutukan itu?" Ezzy kembali bertanya.
"Beberapa tahun lalu, tepat usiaku sembilan belas tahun. Ada seorang pemuda yang jatuh cinta padaku tapi aku tak menyukainya, dia marah aku menolaknya."
"Lalu dia mengutuk Nona?" Ezzy bertanya lagi.
"Ayahnya yang mengutuk aku," jawab Haura.
"Kenapa harus ayahnya?" Ezzy tak berhenti bertanya.
"Karena dia tak senang putranya terluka dengan penolakan aku. Ditambah lagi kedua orang tuaku yang sangat begitu sombong dan angkuh pada keluarganya," ungkap Nona Haura.
"Saya tidak melihat Tuan dan Nyonya Besar memiliki sifat sombong," ujar Ezzy.
"Semenjak aku mendapatkan kutukan mereka baru sadar," ucap Haura.
"Memangnya apa yang dilakukan Tuan dan Nyonya pada keluarga dia?" tanya Ezzy yang penasaran.
"Ayah pria itu ingin meminjam uang untuk mengobati ibunya yang sakit tapi papa dan mama enggan membantu mereka. Alasannya karena takut mereka tak sanggup membalikkan uangnya," jawab Haura.
"Padahal Tuan dan Nyonya bisa saja mengikhlaskannya," kata Ezzy.
"Aku juga bicara begitu, tapi papa dan mama tak mau menolak saran dariku."
"Kalau saya boleh tahu, hubungan seperti apa yang terjalin antara keluarga pria itu dengan kedua orang tuanya Nona?"
"Mereka adalah tetangga Paman Alon di desa. Kami sempat beberapa hari menginap di rumah Paman Alon."
"Dalam rangka apa keluarga Nona ke sana?"
"Berlibur."
Ezzy manggut-manggut.
"Sejak saat itu, kutukan dimulai," kata Haura.
"Mereka baru kenal tapi sudah berani meminjam uang kepada keluarga Nona Haura," ujar Ezzy tak menyangka.
"Tidak, Zy. Ketika kami sebulan kembali ke rumah ini, ayahnya datang menemui orang tuaku. Tak lama setelah itu kira-kira enam bulan kemudian, putranya datang hendak melamarku."
Ezzy kembali manggut-manggut.
"Tak terima putranya diperlakukan begitu, ayahnya mengamuk dan menyumpahi aku," jelas Haura.
"Memangnya apa yang dikatakannya?" tanya Ezzy.
"Aku tidak akan menikah dan selalu tertidur jika lagi marah," jawab Haura. Ia ingat apa yang dikatakan pria tua itu dengan lantang di depan rumahnya sehingga membuat para pelayan ikut menyaksikannya.
"Lalu kenapa Nona malah menikah dengan saya?" Ezzy menatap istrinya.
"Dia berbicara pada kedua orang tuaku saat datang ke desa meminta maaf, bahwa kutukan aku akan hilang jika menikah dengan pria yang tak aku cintai."
"Oh, jadi begitu."
"Ya, makanya aku menerima kamu. Sekarang malah harus hamil anakmu," ucap Haura dengan nada lemas.
"Kalau begitu kita buat saja, Nona!" celetuk Ezzy.
Haura menyipitkan matanya.
"Maaf, Nona. Saya tidak akan memaksa, walaupun saya berhak atas diri Nona." Kata Ezzy.
"Ingat, kita menikah bukan serius."
"Tapi, saya menganggap ini serius." Ezzy menatap wajah sang istri secara dalam.
"Kamu sudah memiliki kekasih. Jangan khianati dia!"
Haura mengingatkan suaminya.
"Menurut saya, ini mungkin jalan takdir."
"Maksudmu?" Haura mengernyitkan dahinya.
"Setelah saya berpikir mungkin Nona adalah jodoh yang sebenarnya," jelas Ezzy.
"Bicara omong kosong apa kamu?" Haura menaikan alisnya tanda tak senang.
"Saya selalu berdoa, jika memang Dhea adalah jodoh saya maka mudahkan kami menikah tapi malah saya terikat dengan Nona." Ezzy lantas berdiri dan membelakangi istrinya.
"Jangan mimpi untuk memiliki aku!" Haura menekankan kata-katanya.
"Baiklah, saya tidak akan bermimpi. Tapi jika takdir yang berkata, Nona tak mampu menolaknya."
Haura terdiam.
"Hanya ada satu cara, tahan emosi Nona jika melihat para pelayan melakukan kesalahan."
"Aku tidak bisa, Zy!" Haura lantas berdiri.
"Nona harus bisa!" Ezzy berbalik menatap sang istri untuk memberikan semangat.
"Jika aku mulai tersulut?"
"Tarik napas perlahan dan duduk."
"Kalau tetap tidak bisa?" tanya Haura.
"Kita harus melakukannya," jawab Ezzy tersenyum menggoda.
"Itu mau kamu!" kesalnya, memanyunkan bibirnya
Ezzy malah tertawa melihat ekspresi wajah istrinya.
***
Esok paginya, selesai sarapan di ruang berbeda dengan istri dan mertuanya. Ezzy menghampiri Rafin yang hendak menaiki mobil.
"Tuan, tunggu!"
Rafin berhenti dan menoleh, "Ada apa, Zy?"
"Apa Tuan sudah menemui keberadaan adik saya?"
"Masalah pencarian adik kamu sudah saya serahkan kepada Alon. Dia yang mengurusnya."
"Ini sudah sepekan Tuan, ibu selalu menanyakan kabarnya. Saya benar-benar khawatir dengan kondisi ibu di kampung."
"Kamu harus pandai mencari alasan agar ibumu tidak khawatir."
"Saya tidak mungkin terus membohongi ibu, Tuan."
Rafin diam dan berpikir.
"Bagaimana jika saya ikut pencarian?" Ezzy menawarkan diri karena dia tidak sabar ingin cepat bertemu dengan adiknya.
"Tidak. Kamu tak boleh ke mana-mana. Cukup awasi Haura saja di rumah," jawab Rafin. Ia tak mau putrinya kembali tertidur panjang.
"Saya tidak mungkin terus berdiam diri, Tuan." Jelas Ezzy
"Kamu tenanglah. Saya janji akan mencari adikmu," ucap Rafin menepuk pelan bahu menantunya.
"Selama Tuan mencari keberadaan adik saya, bagaimana kalau Nona Haura saya bawa ke kampung?" Ezzy meminta izin kepada sang mertua, karena takut meninggalkan Haura seorang diri.
Rafin sejenak berpikir.
"Tuan, saya tidak ingin ibu semakin cemas," Ezzy memohon.
"Kamu boleh membawanya," ucap Rafin.
"Tidak!" sahut Lessa. Wanita itu menghampiri Ezzy dan suaminya.
"Sayang!" lirih Rafin.
"Kamu ingin mempermalukan kami, hah?" tanya Lessa menatap Ezzy.
"Tidak, Nyonya." Jawabnya.
"Putri saya hanya akan diperkenalkan kepada keluarga kaya raya dan terhormat!" Lessa menegaskan ucapannya.
"Aku bersedia pergi bersama Ezzy ke rumah orang tuanya, Ma, Pa!" sahut Haura yang tiba-tiba muncul.
Ketiganya menoleh.
"Aku rasa, aku butuh liburan. Lagian Ezzy akan menjagaku di sana," ucap Haura menatap suaminya.
"Bagaimana kalau kamu tertidur berjam-jam di sana?" tanya Lessa.
"Semoga saja tidak, karena Ezzy akan menenangkan aku," jawab Haura penuh yakin sembari tersenyum kepada suaminya.
Lessa mendengus kesal.
"Papa setuju dan percaya jika Ezzy mampu menjagamu dengan baik," timpal Rafin.
"Terima kasih, Pa!" Haura memeluk papanya.
"Sama-sama, Nak!" Rafin mengelus rambut putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Erviana Erastus
apaan si Lessa dasar wanita gila status udah bersyukur ezy mw nikahi Haura.....kalo nurutin egomu jd perawat tua tuh haura
2023-12-09
2
💫Mars JuPiter🪐
semangat update nya thor 👍👍
2023-09-15
0