Ezzy tercengang mendengar pertanyaan dari kedua orang tuanya Haura yang memintanya untuk menikahi putrinya.
"Maaf, membuat kamu bingung dengan pertanyaan kami," ucap Rafin.
"Menikah bukan sesuatu yang mudah, Tuan, Nyonya. Apalagi saya dan Nona Haura baru sekali bertemu," ujar Ezzy.
"Kami tidak memaksa kamu untuk memberikan jawaban hari ini. Tapi hanya kamu yang dapat menolong Haura," ucap Lessa.
"Kami melihat kamu sepertinya mampu menjadi teman bicaranya," timpal Rafin.
"Maaf, Tuan, Nyonya. Saya tidak dapat menerima tawaran ini tapi saya akan berusaha menjadi teman baiknya Nona Haura," kata Ezzy.
Rafin dan Lessa saling pandang.
"Apa alasan kamu menolak tawaran kami?" tanya Rafin.
"Saya sudah memiliki kekasih. Saya juga sedang mencarinya yang pergi bersama adik saya juga," jawab Ezzy.
"Kami dapat membantu kamu mencari mereka tapi dengan syarat menikahi Haura," ucap Lessa.
"Mohon maaf, Nyonya. Saya tidak dapat menikahi Nona Haura," Ezzy menolak secara sopan.
"Berapa yang kamu mau? Kami bisa memberikannya," kata Rafin.
"Maaf sekali lagi, Tuan. Nona Haura akan terluka jika dipaksakan begini, lebih baik Nyonya dan Tuan nikahkan dia dengan pria yang dicintainya," ujar Ezzy.
"Tolong, bantu kami. Cara ini yang dapat membuat Haura sembuh," mohon Lessa.
Ezzy tampak berpikir.
"Kami akan membantumu mencari adikmu," ucap Rafin berjanji.
"Saya sangat mencintai kekasih saya, Tuan." Kata Ezzy.
Rafin dan Lessa menghela napas.
"Saya coba menjadi teman dekatnya Nona Haura. Bagaimana?" tawar Ezzy.
"Apa kamu tidak bisa dengan menikah?" tanya Rafin yang berharap sekali kepada pemuda dihadapannya.
Ezzy menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Dengan menikah, tingkat emosional Haura mungkin dapat berkurang karena kalian setiap hari bertemu dan sekamar," Lessa menjelaskan.
"Apapun yang kamu minta akan kami wujudkan," timpal Rafin.
Ezzy tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Ditengah obrolan ketiganya, terdengar suara teriakan dari lantai bawah diiringi pecahan gelas.
"Haura!" ucap Rafin dan Lessa serentak.
Dua orang paruh baya itu bergegas berdiri dan melangkah cepat mendekati asal suara. Ezzy menyusul di belakangnya.
Lessa dengan cepat memeluk putrinya agar tenang.
"Lepaskan aku, Ma!" Haura mendorong tubuh ibunya dengan kasar.
Rafin menahan tubuh istrinya agar tak terjatuh.
"Haura!" bentak Rafin.
Gadis itu terdiam ketika mendengar suara bentakan ayahnya.
Ezzy hanya berdiri dan diam.
"Kamu ingin menyakiti kami, hah!" ucap Rafin lantang.
Haura menjerit sekuat-kuatnya bahkan menjambak rambutnya.
Ezzy tanpa sadar mendekat lalu memegang tangan Haura. Berusaha menenangkan gadis itu, "Nona, hentikan!" sentaknya.
Bukannya berhenti, Haura semakin beringas. Bahkan menarik kerah baju Ezzy dengan kasar.
Tak lama kemudian, Haura tiba-tiba jatuh dengan mata terpejam.
Ezzy berhasil menopang tubuh Haura yang hampir menyentuh lantai. Dengan cepat, ia gendong dan membawanya ke kamar khusus.
Haura dibaringkan di atas ranjang dan di selimuti. Ezzy bahkan menyingkirkan helaian rambut Haura di belakang telinga.
Lessa dan Rafin melihat perlakuan Ezzy begitu lembut kepada Haura membuat mereka yakin dengan keputusan Alon untuk menikahkan keduanya.
Ya, Alon yang memberikan saran agar Ezzy dan Haura dinikahkan. Karena selama ini Haura membutuhkan seseorang teman spesial.
"Hampir tiap hari dia begitu. Kami tak tahu lagi harus berbuat apa untuk kesembuhannya," ujar Lessa.
"Kami tidak bisa setiap waktu menemaninya karena kesibukan di kantor," timpal Rafin.
"Apa dengan menikah dia akan benar-benar sembuh?" tanya Ezzy.
"Kami tidak yakin, tapi hanya cara itu yang belum di coba," jawab Rafin.
Ezzy diam sejenak dan berpikir.
Rafin dan Lessa saling berpegangan tangan dan memandang. Keduanya berharap jika Ezzy mau menerima tawarannya.
"Saya bukan orang kaya, ibu seorang janda. Kami tinggal di desa jauh dari keramaian, untuk menyambung hidup kami harus berjualan telur ayam dan daun singkong. Apa Tuan dan Nyonya mau menerima menantu seperti saya?" Ezzy menatap kedua orang tuanya Haura. Dia tak ingin kedua orang tuanya berharap lebih padanya.
Lessa dan suaminya mengangguk mengiyakan.
"Apa ada syarat lain yang harus saya lakukan?" tanya Ezzy lagi.
"Tidak," jawab Rafin cepat.
"Baiklah, saya akan menikahi Nona Haura. Tapi izinkan memberi kabar pernikahan ini kepada ibu," ucap Ezzy.
"Untuk itu, kami tidak mengizinkannya. Karena kondisi penyakit Haura tak ingin diketahui orang lain," kata Rafin menolak permintaan calon suami Haura.
"Dia ibu kandung saya," ucap Ezzy.
"Maaf, Zy. Kami tidak dapat memberikan izin," kata Lessa. Karena takut jika orang lain tahu mengenai kondisi Haura.
Ezzy menarik napasnya.
"Ini semua demi kebaikan Haura, maukah kamu menolong kami?" pinta Lessa berharap.
"Demi kesembuhan Haura, saya siap menikahinya." Kata Ezzy.
Rafin dan Lessa tersenyum senang mendengarnya.
"Sebelum menikah, saya mohon agar Tuan dan Nyonya bicara terlebih dahulu dengan Nona Haura agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kami," ucap Ezzy.
Rafin dan istrinya setuju.
***
Di taman belakang rumah milik orang tuanya Haura....
Rafin dan Lessa sengaja pulang dari kantor lebih awal untuk memberitahu kabar pernikahan kepada putrinya.
"Apa? Menikah dengannya?" Haura tampak terkejut.
"Iya, Haura. Cara ini satu-satunya agar kamu sembuh," jelas Lessa.
"Aku tidak mau menikah dengan orang tak kucintai!" tolak Haura tegas.
"Cinta atau tidak, kamu harus menikah dengannya. Pria mana yang sudi menerima kondisi kamu seperti ini!" ucap Lessa.
"Mama menyalahkan aku?" Haura mulai terpancing emosi.
"Tidak, Nak." Kata Lessa.
"Aku begini juga karena kesalahan kalian!" ucap Haura.
"Haura, tenanglah!" Rafin menyentuh bahu putrinya.
"Aku tidak mau dinikahkan dengannya, Pa." Kata Haura yang matanya berkaca-kaca. Berharap kedua orang tuanya membatalkan rencananya.
"Ini cara terakhir kita," ujar Rafin.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Haura.
"Tahan emosi kamu ketika orang lain melakukan kesalahan secuil," jawab Rafin.
"Aku tidak bisa, Pa!"
"Secuil saja kamu tidak mampu apalagi jika kesalahan besar," singgung Rafin.
"Kamu ingin tidur berjam-jam selamanya?" tanya Lessa.
Haura menggelengkan kepalanya.
"Maka terima dia menjadi suamimu," ucap Lessa.
"Jika aku sudah sembuh dan normal, apa aku boleh berpisah dengannya?" tanya Haura.
"Tidak!" jawab Rafin.
"Ya," ucap Lessa.
Rafin mengarahkan tatapannya kepada istrinya.
"Aku tidak mau punya menantu miskin seperti dia, Fin." Kata Lessa.
"Bagaimana kalau memang dia sangat menyayangi dan tulus mencintai Haura?" tanya Rafin.
"Aku tidak percaya dia sepenuhnya menyayangi putri kita. Tujuannya adalah uang," jawab Lessa.
"Papa berharap tak ada perceraian di antara kalian," ucap Rafin.
"Aku menikah dengannya juga karena terpaksa, Pa." Kata Haura.
"Papa sangat yakin jika Ezzy berbeda dengan pria diluar sana!" ucap Rafin.
"Kalau putri kita normal, banyak pria kaya raya dan jauh lebih tampan dari dia yang mengantri untuk menjadi suaminya," cetus Lessa.
"Tapi, kondisi putrimu sangat berbeda!" Rafin mematahkan ucapan istrinya.
"Sudah, cukup. Papa dan Mama tidak perlu berdebat, aku mau menikah dengannya dan sehat," ujar Haura.
...----------------...
Selamat Membaca dan Sehat Selalu 🌹
Jangan Lupa Tinggalkan Jejak, Terima Kasih 😊🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments