Ezzy dan Haura tiba di rumah setelah pukul 8 malam. Di tengah perjalanan mereka singgah di restoran mengisi perut yang keroncongan.
Lessa memeluk putrinya, "Bagaimana dengan liburan murahan kamu, sayang?" sindirnya, seraya melirik menantunya.
"Sangat menyenangkan, Ma. Aku suka sekali dengan orang-orang di sana, apalagi ibu mertuaku begitu baik hati," jawabnya begitu semangat.
Lessa melonggarkan pelukannya dan menatap wajah sang putri.
"Kamu menyebut ibunya, mertua?" tanya Lessa menautkan alisnya.
"Iya, Ma." Jawab Haura sembari mengangguk.
Pelayan wanita senior datang menghampiri Haura dan Ezzy. "Nona, Tuan, apa perlu saya siapkan makan malam?"
"Tidak perlu, kami sudah makan." Kata Haura.
"Padahal saya sudah menyiapkan makanan kesukaan Nona Haura," ujar Wia.
"Makan saja, tidak apa-apa." Haura berkata lembut.
Rafin, istrinya dan Wia tampak tak percaya dengan Haura bisa berbicara sopan.
"Ezzy, ayo!" Haura menarik tangan suaminya kemudian berlalu.
"Pa, apa dia benar anak kita?" tanya Lessa terperangah.
"Aku rasa, Ezzy memang membawa pengaruh baik untuk Haura," kata Rafin.
-
Di dalam kamar, Haura melemparkan tasnya di atas ranjang. Tanpa malu, ia membuka pakaian di depan Ezzy.
"Nona..."
"Aku ingin mandi!" Haura mengambil handuk di dalam lemari.
"Apa aku sedang bermimpi?" batin Ezzy. Tampak jelas terlihat olehnya perut dan dada mulus istrinya.
Beberapa menit kemudian, Haura selesai mandi. Ia sudah menggunakan pakaian tidur dan bersiap beristirahat.
Ketika Ezzy hendak ke kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu.
"Tolong bukakan, aku sangat mengantuk!" titah Haura yang sudah berada di atas ranjang.
Ezzy gegas membukanya.
"Selamat malam, Tuan. Ini susu buat Nona Haura," kata pelayan wanita.
Ezzy menerima segelas susu hangat.
Pintu tertutup, Ezzy menghampiri istrinya, "Susu hangat untuk Nona!"
"Letakkan saja di meja!" ucap Haura dengan mata terpejam.
Ezzy meletakkannya sesuai perintah lalu lanjut ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi, Haura telah tertidur pulas. Tapi segelas susu masih utuh di atas meja tak jauh dari ranjang.
Ezzy yang sangat mengantuk akhirnya tidur di samping istrinya.
***
Keesokan paginya, Ezzy bangun lebih awal. Keluar dari kamar membawa segelas susu yang masih utuh namun telah basi.
"Kenapa Nona tidak meminum susunya?" tanya Wia.
"Haura sangat mengantuk sehingga lupa meminumnya," jawab Ezzy, menuangkannya ke wastafel cucian piring.
Wia manggut-manggut.
"Ezzy, kita sarapan bersama 'yuk!" ajak Haura.
Ezzy dan Wia saling pandang, keduanya tak percaya dengan perubahan Haura.
"Ayo!" Haura menarik tangan suaminya.
Ezzy mengiyakan.
Keduanya bersama-sama menuju ruang makan.
Haura berdiri di dekat kursi dan diam.
Ezzy yang duduk menoleh ke arah istrinya.
Rafin dan Lessa saling melempar pandang, heran melihat tingkah putrinya yang datang bersama Ezzy.
"Kamu tidak memperlakukan aku seperti di rumahmu," Haura mengingatkan suaminya, karena ketika di sana dia begitu dilayani.
Ezzy yang sadar, gegas berdiri. Menarik kursi dan mempersilakan istrinya duduk.
"Terima kasih," ucap Haura tersenyum manis pada suaminya.
Lagi-lagi sikap yang ditunjukkan Haura membuat kedua orang tuanya terperangah.
"Aku ingin telur ceplok masakan kamu," kata Haura.
"Baiklah, saya akan buatkan," Ezzy kembali berdiri dan pergi ke dapur.
Begitu di dapur, ia mulai memasak makanan yang di minta Haura.
"Tuan, mau apa?" tanya Wia.
"Masak telur ceplok, Bi." Jawab Ezzy.
"Buat siapa?"
"Haura."
"Bukankah menu makanan khusus Nona Haura telah saya siapkan," kata Wia.
"Dia mau makan telur pagi ini," ucap Ezzy.
"Biar saya saja yang membuatnya," Wia menawarkan diri.
"Tidak usah, Bi. Dia mau saya yang membuatnya," kata Ezzy menolak secara sopan.
Wia pun meninggalkan Ezzy di dapur.
Tak sampai 5 menit, Ezzy membawa telur ceplok pesanan sang istri lalu disuguhkannya dihadapannya.
"Terima kasih," ucap Haura tersenyum.
Ezzy membalasnya dengan senyuman lalu duduk di sebelahnya.
Haura menikmati telur ceplok dengan nasi hangat, tampak begitu lahap.
"Sejak berlibur ke kampungnya, selera makan kamu menurun, 'ya!" cibir Lessa melirik menantunya.
"Ini sangat enak, bosan selalu makan daging," ujar Haura mengacungkan jempol tangan kanannya.
"Bukankah kamu lebih senang makan dengan lauk dan sayur banyak yang terhidang di meja?" tanya Lessa.
"Sekarang tidak lagi, Ma. Cukup dua atau tiga menu saja biar tidak berlebihan," jawab Haura.
"Makanan apa yang disuguhkan oleh keluarganya sehingga kamu berubah begini?" tanya Lessa heran.
"Hanya menu makan sederhana tapi sangat nikmat," jawab Haura tersenyum menoleh ke arah Ezzy yang juga membalas senyumnya.
"Papa senang jika kamu berubah dan mau menghargai makanan yang dihidangkan," ucap Rafin turut bangga.
Seorang pelayan wanita menuangkan air putih di gelas yang kosong tanpa sengaja sikunya mengenai lengan Haura.
Dengan cepat, pelayan wanita itu menunduk dan meminta maaf takut Haura marah besar lalu memecatnya.
Haura malah tersenyum kemudian berkata lembut, "Tidak apa-apa."
Pelayan wanita itu mendongakkan kepalanya tak percaya, Haura berbicara lembut.
"Lanjutkan pekerjaan kamu. Terima kasih, ya!" ucap Haura tersenyum.
Pelayan wanita itu mengangguk dan tubuhnya sedikit gemetaran, gegas ia berlalu.
Ezzy dan kedua mertuanya tampak tidak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Haura.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Haura memperhatikan satu persatu.
"Kamu benar-benar sungguh aneh," jawab Lessa.
"Apa yang aneh? Sepertinya ini hal biasa," ujar Haura.
"Sudahlah, Ma. Seharusnya kita senang, Haura dapat berubah lebih baik," kata Rafin.
"Benar, sih. Tapi rada aneh saja," ucap Lessa melanjutkan sarapannya.
"Ezzy, kami sudah menemukan keberadaan adikmu. Nanti kita ke tempat tujuan," Rafin mengalihkan pembicaraan.
"Benarkah, Tuan?" tanya Ezzy antusias.
Rafin mengiyakan.
Ezzy tersenyum lega mendengarnya.
-
Selesai sarapan, Rafin dan Ezzy berangkat ke kantor terlebih dahulu. Di sana, Ezzy pergi bersama Alon menuju ke sebuah rumah yang menjadi tempat Nuri di tahan berbulan-bulan.
Begitu sampai, Nuri berlari dan memeluk Ezzy. "Kakak, aku sangat takut!"
Ezzy melonggarkan pelukannya dan berkata, "Sekarang kamu sudah bebas."
"Di mana Dhea?" lanjut Ezzy bertanya.
"Kak Dhea tak tahu di mana. Sejak kami pindah ke sini, ku tidak pernah melihatnya lagi." Jawab Nuri.
Ezzy tampak menunduk, hatinya belum lega karena Dhea tak ditemukan.
"Kak, mereka sangat kejam. Aku di sini diperkerjakan tapi tak diberi gaji," ucap Nuri menjelaskan keadaannya selama bekerja.
"Mereka sudah ditahan, kamu tenang 'ya!" kata Ezzy menangkup wajah adiknya.
Nuri mengangguk mengiyakan.
"Tuan, terima kasih sudah membantu saya mencarinya," ucap Ezzy pada Alon yang berdiri di sampingnya.
"Sama-sama, Tuan." Kata Alon.
"Apa saya boleh mengantarkan Nuri pulang ke kampung?" Ezzy meminta izin.
"Boleh," jawab Alon.
"Terima kasih, Tuan." Kata Ezzy begitu senang.
-
Sore harinya...
"Di mana Ezzy, Pa?" tanya Haura ketika sang ayah pulang dari bekerja namun tak melihat suaminya.
"Ezzy pulang ke kampungnya, antar adiknya," jawab Rafin.
"Kenapa dia tidak memberitahu aku kalau mau pulang ke sana?" tanya Haura lagi.
"Karena dia bingung adiknya tinggal dimana, begitu kata Alon," jawab Rafin.
"Dia 'kan bisa menginap sementara di sini," kata Haura.
"Tapi dia memilih mau mengantarkan adiknya ke kampung," ujar Rafin. Menurut pengakuan Alon jika Ezzy tak ingin membuat ibunya semakin khawatir makanya segera membawanya pulang.
Ada rasa kecewa ketika Ezzy pulang ke kampung halamannya tanpa sepengetahuan dirinya, meskipun pernikahan mereka tak dilandasi cinta tapi Haura sudah merasa nyaman dengan keberadaannya.
****
Esok harinya.....
Ezzy tiba di kediaman orang tuanya Haura pukul 9 pagi, karena begitu matahari terbit Ezzy segera berangkat.
Sesampainya di sana, Ezzy mendengar Haura mengamuk dan memecah gelas serta piring yang ada di meja.
Gegas, Ezzy berlari mendekati sang istri.
"Aku mau jus jeruk dingin dan manis, bukan asam begini!" katanya dengan lantang memarahi pelayan.
"Saya sudah memberikan gula yang cukup, Nona." Pelayan wanita itu menunduk ketakutan.
"Cukup, bagaimana? Ini rasanya masih asam!" bentaknya.
"Bagaimana jika saya buat lagi, Nona?" pelayan tersebut menawarkan diri.
"Tidak perlu, aku sudah tak berselera lagi!" kesalnya.
"Nona Haura!" Ezzy memeluk tubuh istrinya dari belakang.
"Lepaskan aku!" Haura memberontak.
"Nona, tenanglah. Jangan terpancing emosi!" bisik Ezzy pelan.
Haura berusaha keras melepaskan diri dari suaminya.
"Nona....."
Belum sempat Ezzy selesai bicara, Haura jatuh pingsan.
Ezzy yang berada di belakang, gegas membawa tubuh istrinya ke kamar.
Membaringkan tubuhnya dan menyelimutinya, Ezzy menatap wajah istrinya. Dia merasa heran dengan perubahan wanita itu. Padahal kemarin Haura seharian bersamanya menjadi wanita lembut dan sopan.
"Aku penasaran dengan penyakitnya? Kenapa bersamaku dia lebih tenang?" Ezzy membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
vie gumi
harus e tinggal d kampung Ezzy aj sampe sembuh
2023-12-16
1
lily
Haura harus nempel sama Ezzy kaya prangko biar gk kumat hahaha
2023-12-01
2
💫Mars JuPiter🪐
nahloh ditinggal pawangnya sihhh... lanjut thor semangat 👍
2023-09-19
1