Ezzy menjawab pertanyaan, "Dia anak pemilik rumah yang Ibu salah memberikan alamat."
Ezzy juga menceritakan bagaimana dia diterima bekerja di rumah orang tuanya Haura dan menikahinya. Walaupun dibumbui sedikit kebohongan namun tak jadi masalah, semua demi kebaikan bersama.
"Tapi kenapa kalian menyewa mobil jika dia orang kaya?" tanya Elsa.
"Tidak ada sopir yang mengantar," jawab Ezzy lagi-lagi berdusta.
"Jadi kamu membohongi Ibu tadi?"
"Maaf, Bu."
"Tapi aneh saja, kenapa dengan mudahnya orang tuanya menyerahkan putrinya kepadamu bahkan membawanya ke sini," ucap Elsa.
"Karena orang tuanya sangat mempercayai aku, Bu."
"Baiklah, kamu harus menjaga amanah yang telah dititipkan. Jangan sia-siakan pernikahan kamu ini, karena hanya cukup sekali seumur hidup."
"Iya, Bu. Aku akan menjaga dan menyayangi Haura, mungkin dia adalah sosok wanita yang dikirimkan untukku," kata Ezzy.
"Pergilah ke kamar dan beristirahat, temani istrimu. Ibu mau ke warung membeli bahan masakan buat nanti malam," ucap Elsa.
Ezzy mengiyakan.
Ezzy beranjak dari tempat duduknya kemudian melangkah ke kamarnya. Tampak Haura telah tertidur pulas seperti orang-orang.
Ezzy menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dan menutupi kakinya dengan selimut.
Karena ranjangnya sangat kecil, Ezzy memilih merebahkan tubuhnya di tikar beralaskan lantai.
Haura terbangun karena mendengar suara suara tawa anak-anak kecil yang sedang bermain tepat di samping jendela kamar.
Bangkit dari tidurnya, Haura melihat suaminya berada di bawah. Dengan langkah pelan, ia turun agar Ezzy tak terbangun.
Haura membuka tirai penutup jendela, ujung bibirnya tertarik melihat beberapa anak saling tertawa dan berlari berkejaran.
Haura menutup tirai lalu keluar kamar.
Selang 15 menit kemudian, Ezzy terbangun mengarahkan matanya ke ranjang tapi tidak menemukan istrinya. Gegas bangkit dan mencarinya.
Langkah Ezzy berhenti ketika mendengar suara Haura tertawa diiringi para bocah.
Ezzy keluar rumah dan melihat istrinya sedang bermain dengan anak-anak tetangga ibunya.
Haura bertepuk tangan dan terlihat begitu bahagia.
Ezzy hanya berdiri memperhatikan sang istri yang asyik bermain.
Tanpa disadari sebuah bola mendarat di paha Haura. Sontak membuat gadis itu terkejut dan menoleh.
Seorang bocah laki-laki tak sengaja menendang bola malah mengenai Haura. Dengan cepat ia berkata, "Maaf, Kak!"
Ezzy yang takut kalau tiba-tiba Haura mengamuk, gegas mendekatinya.
"Iya. Tak apa-apa, ayo kita main bola bersama!" ajak Haura dengan lembut dan tersenyum.
Ezzy yang belum berkata-kata tercengang melihat Haura tak marah.
"Kamu mau main bola bersama mereka?" tanya Haura pada suaminya.
"Ti..tidak, kalian saja. Aku lihat dari sana!" jawab Ezzy terbata menunjuk ke arah pagar rumahnya.
"Kalau begitu minggir!" ucap Haura.
Ezzy mengiyakan kemudian memindahkan posisi berdirinya.
Sepanjang istrinya asyik bermain dengan para anak-anak tetangga, Ezzy terus berpikir dan heran kenapa istrinya tak tersulut emosi padahal jika di rumah mewahnya Haura akan marah-marah walau para pelayan melakukan kesalahan kecil.
Haura yang lelah bermain akhirnya pamit kepada teman-teman kecilnya.
Haura menghampiri suaminya dan bertanya, "Apa di sini minimarket jauh?"
"Cukup jauh. Memangnya kamu mau belanja apa?"
Pertanyaan suaminya tak dijawab, Haura malah berkata kepada anak-anak yang masih bermain, "Besok pagi kalian harus kemari. Ada sesuatu yang akan Kakak berikan."
"Apa yang mau Kakak beri pada kami?" tanya bocah laki-laki ditaksir berusia 8 tahun.
"Rahasia. Kalian wajib datang," jawab Haura.
"Baiklah, Kak!" ucap mereka serentak.
Kebetulan besok adalah hari Minggu makanya Haura menyuruh anak-anak datang ke rumah suaminya.
Anak-anak itu pun membubarkan diri.
Haura menarik tangan suaminya, mengajaknya ke dalam rumah. "Kita harus ke minimarket sekarang!"
"Apa yang kamu janjikan pada mereka?"
"Aku ingin memberikan makanan dan minuman ringan pada mereka."
"Oh."
"Sekarang kita pergi ke sana!" ajak Haura.
"Kalau naik motor, apa kamu tidak keberatan?" tanya Ezzy, takut jika istrinya marah.
"Tidak masalah," jawab Haura cepat.
Mereka akhirnya berangkat ke minimarket memborong jajanan buat anak-anak.
***
Esok paginya, benar saja tepat jam 8 pagi. Para bocah sudah berkumpul di depan rumah.
Haura penuh semangat membawa kantong belanja dihadapan anak-anak yang menunggunya.
Haura dibantu sang suami dan mertua membagikan jajanan yang dibelinya.
Raut bahagia terpancar dari wajah para bocah, mereka pun tak sungkan mengungkapkan terima kasih.
Haura tampak senang dapat berbagi dengan anak-anak.
Lagi-lagi Ezzy dibuat tak percaya apa yang dilihatnya, istrinya lebih banyak tersenyum dan tertawa.
"Kalian jadi pulang hari ini?" tanya Elsa.
"Iya, Bu. Nanti sore rental mobil kami datang menjemput," jawab Ezzy.
"Kalau begitu Ibu mau ke pasar, kalian tunggu di rumah saja," ucap Elsa.
"Aku boleh ikut, Bu?" Haura menawarkan dirinya.
"Tidak, kamu tetap di sini temaniku," jawab Ezzy.
Elsa tersenyum melihat putranya.
"Tapi aku..."
"Lebih baik kamu di rumah saja. Di pasar sangat panas dan bau," potong Elsa dengan cepat.
Haura tampak kecewa.
Sebelum berangkat Haura menyerahkan 5 lembar uang berwarna merah.
"Ini banyak sekali?" Elsa begitu heran.
"Mama setiap hari selalu memberikan uang segini kepada pelayan," kata Haura.
"Ini uang cukup untuk belanja Ibu selama dua minggu," ucap Elsa.
Haura tersenyum mendengarnya.
Elsa pun berangkat ke pasar dengan berjalan kaki karena jaraknya tak terlalu jauh.
"Kenapa kamu tidak mengizinkan aku mengikuti ibu?" Haura menatap suaminya yang masih berdiri di depan pintu.
"Nona ingin membuat onar di pasar?" tanya Ezzy.
"Aku bukan pembuat onar!" jawab Haura dengan tegas.
Ezzy menarik napasnya.
"Aku bisa menahan emosi."
"Nona tidak boleh kemana-mana tanpa saya!" ucap Ezzy.
Haura menghela napas pasrah.
-
Sejam kemudian, Elsa pulang dari pasar menggunakan becak motor. Ezzy bersama si pengemudi angkutan membantu Elsa menurunkan barang belanjaan
Ezzy membawa belanjaan ke ruang dapur. "Banyak sekali Ibu belanja," ucapnya.
"Uang yang diberikan istrimu sangat banyak, jadi Ibu beli juga untuk tetangga kita," ujar Elsa.
Ya, Elsa bertetangga dengan seorang ibu muda yang memiliki 3 orang anak usia dibawah 10 tahun. Suaminya baru beberapa bulan lalu meninggal.
"Ibu mau mengantarkan ini ke tetangga sebelah bersama istrimu," ucap Elsa menenteng 1 kantong plastik.
Elsa menghampiri Haura yang sedang di ruang tamu.
Haura mendongakkan kepalanya.
"Ikut Ibu, yuk!" ajaknya.
"Ke mana, Bu?" tanya Haura.
"Tetangga sebelah, kasih ini!" Elsa menunjukkan kantong plastik.
"Ya sudah, ayo!" Haura begitu semangat lalu berdiri.
Elsa dan Haura pun berangkat.
Ezzy melihatnya dari kejauhan, walaupun rumah tetangganya tak sampai 5 meter tapi rasa khawatirnya sangat besar.
Tak lama kemudian, Elsa dan Haura kembali.
"Kenapa di sini?" tanya Elsa pada putranya yang menunggu di depan pagar.
"Aku takut istriku hilang, Bu." Jawab Ezzy asal, kemudian berlalu.
Elsa dan Haura tertawa geli mendengarnya.
...****************...
Sembari Menunggu Update, Bolehlah Mampir ke Karya Mami AL yang berjudul, 'Membalas Mereka Yang Menyakitiku.'
Mohon Tinggalkan Jejak dan Terus Dukung Mami Buat Berkarya. Terima Kasih 😊
Happy Weekend
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Mami AL
ditunggu besok ya, Kak ☺️
2023-09-16
1
💫Mars JuPiter🪐
lanjut👍
2023-09-16
0