Haura yang begitu kecewa dan marah kepada suaminya memilih lebih dahulu pulang ke rumah meskipun acara belum selesai.
Ezzy juga pulang satu mobil dengan istrinya.
Begitu di kamar, Haura meminta sang suami memindahkan seluruh pakaiannya ke kamar lain.
"Apa kamu tidak mengizinkan aku semalam saja di kamar ini," mohon Ezzy pada istrinya yang duduk di ranjang dengan wajah cemberutnya.
"Tidak, aku sangat membencimu!" Haura berkata tanpa menatap.
"Besok pagi aku akan pergi dari sini," janji Ezzy
"Memang seharusnya begitu," ketusnya Haura lalu berdiri.
"Aku ini masih suami kamu dan berhak atas dirimu," kata Ezzy.
"Sudahlah, jangan banyak bicara. Pergi dari kamar ini!" Haura mendorong suaminya.
"Aku tidak akan keluar dari rumah ini sebelum menemukan dalang di penginapan itu!" Ezzy berkata tegas.
"Aku tidak butuh bantuan kamu lagi, sekarang pergilah!" usir Haura terus mendorong.
"Tapi aku berhak membantumu!" kata Ezzy yang berusaha menahan tubuh agar tidak jatuh.
Ezzy menarik napasnya, segala bujuk rayunya tak mampu meluluhkan hati istrinya yang sedang marah walaupun tak membuat wanita itu pingsan dan tertidur berjam-jam.
Haura terus mendorong suaminya hingga mendekati pintu.
Ezzy dengan cepat mengunci pintu dan melemparkan kuncinya ke sembarang tempat.
"Apa yang kamu lakukan?" Haura tercengang.
"Aku ingin menikmati kamu malam ini," Ezzy tersenyum menyeringai.
Haura memundurkan langkahnya.
"Kita sudah menikah lebih dari tiga bulan. Tubuhmu yang seksi begitu menggoda aku di setiap malam," Ezzy menarik ujung bibirnya dan perlahan melangkah.
"Jangan pernah menyentuhku! Aku akan berteriak!" wajah Haura mendadak pucat.
"Silahkan!"
"Jangan macam-macam, Zy!" Haura sesekali menoleh ke belakang takut tersandung sesuatu.
"Teriaklah sekuat-kuatnya. Mereka takkan mendengar kita, ruangan ini kedap suara," kata Ezzy.
Haura meraih bantal lalu melemparkannya ke arah suaminya.
Tanpa berlama-lama, Ezzy mendorong tubuh istrinya ke ranjang dan menimpanya kemudian menutup mulutnya.
"Tolong dengarkan aku, ada seseorang yang ingin menghancurkan keluarga ini," bisik Ezzy.
Haura berusaha mendorong tubuh suaminya namun tak sanggup karena tenaganya sangat lemah.
"Jika aku menjauh darimu, maka kamu akan seperti dahulu. Dia masih di rumah ini," kata Ezzy.
Haura berhenti memberontak.
Karena dirasa istrinya diam, Ezzy menurunkan tangannya dari mulut Haura. Ia lalu berbaring ke samping.
"Ini bukan akal-akalan kamu untuk bertahan di sini, kan?" Haura menoleh ke samping dengan napas masih ngos-ngosan karena takut.
Ezzy tertawa kecil.
"Memang siapa yang ingin menghancurkan keluarga ini?" Haura penasaran.
"Aku tidak tahu, hanya ku mendengar sekilas saja. Para pria penculik itu berkata kalau sebentar lagi Keluarga Rafin hancur," ungkap Ezzy.
"Kamu tidak tahu siapa yang berbicara itu?" tanya Haura lagi
"Aku tidak tahu karena mataku di tutup," jawab Ezzy.
Haura kemudian bangkit.
"Jadi kamu ingin berpisah dariku?" tanya Ezzy.
"Aku tunggu misteri ini terbongkar, lalu aku akan berpikir ulang untuk bersamamu atau tidak," jawab Haura.
"Baiklah. Apa malam ini boleh meminta hak aku?" goda Ezzy.
Haura melemparkan guling ke wajah suaminya.
Ezzy tertawa melihat kekesalan istrinya.
-
Sementara itu, di lain tempat di sebuah hotel ternama. Dhea sedang berada di pangkuan seorang pria paruh baya. Bibir Dhea tak hentinya mengecup leher teman tidurnya.
"Kamu yakin mereka bertengkar?" menatap wajah Dhea penuh hasrat.
"Tentunya, sayang."
"Jika mereka benar-benar berpisah, sebuah apartemen untukmu," janji pria itu kepadanya.
"Benarkah, sayang?" Dhea mengalungkan tangannya di leher pria itu.
"Tentunya, aku tidak pernah ingkar janji," ucapnya.
"Oh, sayang. Semakin hari semakin cinta denganmu," Dhea melahap bibir kekasih malamnya dengan rakusnya, tak peduli perbedaan jarak usia di antara mereka yang begitu jauh.
Keduanya menikmati malam panas di atas derita orang lain.
****
Lessa yang menginginkan putrinya berpisah begitu terkejut ketika melihat keduanya saling berpegangan tangan.
Ezzy menarik kursi buat istrinya dan keduanya duduk saling bersebelahan.
"Pagi semua!" sapa Haura dengan tersenyum.
"Pagi putriku yang cantik!" balas Rafin tersenyum.
"Kenapa kalian....?" Lessa tampak bingung sampai menggaruk pelan alisnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Haura.
"Bukankah kalian itu semalam bertengkar?" tanya Lessa.
"Dari mana Mama tahu kami bertengkar?" Haura balik bertanya.
"Kamu pulang cepat saja sudah menunjukkan kalau kalian sedang memiliki masalah," Lessa memberikan alasan.
"Namanya juga hidup berumah tangga, pastinya ada kerikil kecil yang mengganggu," ujar Haura santai, meraih cangkir teh dan menyeruputnya.
"Sekarang kamu semakin dewasa, Papa sangat bangga," kata Rafin.
"Terima kasih, Pa." Haura tersenyum senang.
Lessa memilih diam, hatinya makin kesal karena putrinya malah semakin mesra.
"Kapan Papa dan Mama ingin bertemu dengan keluarganya Ezzy?" tanya Haura.
"Bagaimana jika Sabtu nanti," jawab Rafin.
"Baiklah, aku akan mengabari mereka dan menjemputnya," ucap Haura.
"Kenapa kamu yang menjemputnya? Biarkan mereka datang sendiri," kata Lessa.
"Ma, ibu mertua dan adik iparku belum pernah ke sini. Ya, aku harus menjemputnya." Jelas Haura.
"Manja sekali mereka harus dipakai jemput," cibir Lessa.
Haura menghela napas mendengar cibiran ibu kandungnya itu.
-
Lessa tak puas dengan hasil kerja Alon mendatangi kantornya. Di sana ia meluapkan emosinya atas kegagalan yang dilakukan pria itu.
"Saya tidak tahu harus bagaimana lagi, Nyonya." Kata Alon.
"Cari cara lain untuk menyingkirkan mereka!" perintah Lessa.
Belum sempat Alon mengiyakan, pintu ruang kerja pria itu terbuka.
Keduanya terjengit kaget dan menoleh.
"Jadi kamu sengaja ingin membuat mereka berpisah?" tanya Rafin meninggikan suaranya.
"Iya, aku tidak suka dengan hubungan mereka. Tak pantas saja," jawab Lessa enteng.
"Kamu memang ibu yang sangat egois, melihat orang dari statusnya. Apa lupa dari mana kamu berasal?" sindir Rafin.
Lessa terdiam.
Alon yang melihat pertengkaran atasannya itu menarik ujung bibirnya.
"Ke ruangan aku sekarang!" titahnya kepada sang istri.
Lessa yang kesal, menenteng tas dan meninggalkan ruang kerja Alon terlebih dahulu.
"Kamu!" Rafin menunjuk wajah asistennya dengan jari telunjuknya. "Jika berani membantunya untuk membuat putriku berpisah. Maka aku tidak segan memecat kamu!" ancamnya.
Alon menundukkan kepalanya, "Maafkan saya, Tuan."
Rafin berlalu.
Alon menghela napas leganya.
Di ruang kerjanya, Rafin terus menasehati istrinya agar tak mencampuri urusan rumah tangga putrinya. Apalagi sejak menikah Haura lebih ceria dan bahagia.
Meskipun Ezzy adalah suami dadakan, tapi ia adalah pria tepat menemani dan melindungi putrinya apalagi sekarang tahu kalau Haura bukan mendapatkan kutukan.
-
Di lain tempat, Dhea memeluk kekasih hatinya di sebuah kamar hotel.
"Kenapa wajahmu murung?" goda Dhea mengecup pipi kekasihnya.
"Aku habis dimarahi bos gara-gara istrinya," jawabnya.
"Oh, jadi suaminya tahu kalau kamu yang merencanakan ide semalam," ucap Dhea.
"Ya."
"Kalau begitu lupakan masalah kamu, bagaimana jika kita bermain," Dhea meraba dada kekasihnya dengan jemari lentiknya.
"Kamu tahu saja, alasan aku datang kemari," pria itu mencium pipi Dhea.
"Tentunya," Dhea membuka kancing baju kekasihnya.
Pria itu memeluk pinggul Dhea dan berkata, "Kamu harus layani aku siang ini!"
"Jangan lupa, jam tangan mewah yang aku mau!" bisik Dhea.
Pria itu melahap bibir Dhea dengan begitu rakus.
Keduanya kembali beradu di atas ranjang dengan alat pengaman.
-
Di kediaman orang tuanya Haura, sepasang suami istri itu sedang menikmati makan siang bersama.
"Apa sebaiknya aku saja nanti yang menjemput mereka," ujar Ezzy.
"Aku mau ikut. Bukankah kamu bilang di rumah ini belum aman?"
Ezzy sejenak berpikir.
"Anggap saja, menjemput mereka untuk menghilangkan kejenuhan aku di sini," kata Haura.
"Baiklah, kamu boleh ikut!" kata Ezzy.
Haura yang senang lantas memeluk suaminya karena kebetulan mereka duduk bersebelahan.
Ezzy tersenyum tipis.
"Tambah lagi lauknya, aku tidak mau dimarahi ibu karena membuatmu kurus di sini!" Haura mengambil sesendok oseng cumi dan menaruhnya di piring suaminya.
"Aku memang begini dari dulu walaupun makan banyak," jelas Ezzy.
"Aku senang dengan tubuh kamu begini, apalagi wajahmu yang sangat tampan," puji Haura tersenyum.
Ezzy lalu membisikkan sesuatu di telinga istrinya, "Terima kasih pujiannya, sayang."
Haura yang mendengarnya tampak malu-malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
yoongi kocheng
jadi sii alon udah ketauan, nanti siapa lagi yg bakalan keluar namanya?
2023-12-20
0
Widi Widurai
alon kayanya ini mah
2023-12-17
0
Erviana Erastus
jd buang kerok Alon....ckckck .... ternyata Lessa aslix juga dr kalangan bawah 🤣 nggak sadar diri
2023-12-09
2