Perjuangan cinta, Zahira!

Perjuangan cinta, Zahira!

Bab 1

Jam dinding sudah menunjukan pukul 23.00 WIB. Namun, Sang Suami Abian tak kunjung pulang. Padahal sudah lebih dari empat jam lalu pria itu mengabari Zahira bahwa ia sudah berada di jalan menuju rumah. Saat ini Abian memang sedang bekerja di luar kota Jakarta, khususnya Bandung. Setiap akhir bulan laki-laki itu memang selalu memantau proyek yang ada di kota Kembang tersebut secara langsung. Biasanya hanya butuh sekitar 2-3 jam dari lokasi proyek untuk tiba di rumahnya. Tapi, ini?

Awalnya Zahira tetap berusaha untuk berpikiran positif, namun semakin bertambahnya waktu berlalu membuat wanita yang kesehariannya memakai hijab tersebut resah. Pikiran Zahira tak tenang, apalagi ponsel Abian tak lagi bisa dihubungi.

"Ya Allah, Mas. Kok kamu belum pulang sih? Aku khawatir banget sama kamu, mana handphone kamu nggak bisa dihubungi lagi," gumam wanita yang sudah 2 tahun menjadi istri Abian itu. Dia mondar-mandir di dalam kamar yang ukurannya lumayan besar.

Lagi. Zahira mencoba menghubungi nomor suaminya. Namun, lagi-lagi operator yang menjawab.

"Ya Allah, tolong lindungilah suamiku. Buatlah agar dia bisa pulang ke rumah dalam keadaan sehat tanpa kekurangan apa pun. Amin." Doa Zahira di dalam hati.

Abian Reegan, seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan R' HOULDING. Perusahaan yang bergerak di bidang properti itu adalah perusahaan peninggalan orang tuanya, Abraham Reegan. Abian memiliki adik tiri dari pernikahan kedua almarhum ayahnya tersebut. Meski hanya ibu dan adik tiri, tapi Abian menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Sayangnya itu semua berbanding terbalik dengan kedua manusia itu.

Devita Maharani dan Armando Reegan yang merupakan ibu dan adik tiri Abian itu berambisi ingin memiliki seluruh harta kekayaan Reegan. Padahal harta warisan itu sudah dibagi rata.

Devita bahkan dengan sengaja pernah menjodohkan Abian dengan kerabat jauhnya yang bernama Inge agar bisa menguasi harta yang diwariskan kepada Abian. Namun, sayangnya sebelum keduannya menikah, Abian sudah terlebih dulu memergoki Inge sedang berselingkuh. Disaat itulah dia bertemu dengan Zahira yang kebetulan sedang libur kuliah dan bekerja di rumahnya untuk membantu ibunya yang memang bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Zahiralah, wanita yang selalu di sisi Abian. Dia menghibur dan merawat Abian yang sempat sakit. Perhatian Zahiralah yang akhirnya membuat Abian jatuh cinta kepadanya. Abian pun menikahi Zahira, meski keputusannya ditentang oleh Sang Ibu tiri.

Di tahun pertama Abian dan Zahira menikah, mereka masih tinggal bersama Devita karena permintaan ibu tiri dari Abian itu. Namun, melihat istrinya selalu direndahkan bahkan dihina di depan keluarga besarnya membuat Abian memilih membawa istrinya itu keluar dari rumah tersebut.

Memang secara tertulis rumah yang ditinggali oleh Devita adalah milik Abian. Akan tetapi Abian memilih mengalah dan membeli rumah baru untuk Zahira.

Rumah itu memang tidak sebesar rumah peninggalan orang tua Abian. Namun, tetap saja rumah itu terasa besar bagi Zahira dan Abian yang sampai usia pernikahan mereka menginjak dua tahun masih belum dikaruniai momongan.

"Nyonya, Nyonya. Gawat, Nyonya!" Bik Lastri mengetuk pintu kamar Zahira. Suaranya terdengar panik.

Zahira langsung membukakan pintu kamarnya tersebut.

"Ada apa, Bik?" tanya Zahira kepada wanita paruh baya yang pernah menjadi teman sejawat ibunya. Wanita itu datang dengan napas tersengal.

"Bik. Tenang dulu, bicara pelan-pelan," suruh Zahira. Dia mengambil air putih dari atas meja dan memberikannya kepada Bik Lastri. "Minum dulu!"

Bik Lastri menurut. Dia meminum air putih pemberian Zahira hingga tandas.

"Sekarang tarik napas pelan-pelan, hembuskan perlahan," sambung Zahira.

Bik Lastri kembali melakukan arahan dari istri majikannya tersebut.

"Sekarang Bik Lastri cerita ada apa? Apanya yang gawat?" tanya Zahira.

Seketika wajah Bik Lastri kembali panik. "Itu Nyonya, barusan ada telepon dari polisi yang mengabarkan kalau Tuan Abian kecelakaan di jalan tol dan sekarang beliau ada di rumah sakit Medika," jawab Bik Lastri.

"Tidak, Bik. Itu pasti tidak benar kan, Bik? Bik Lastri cuma ngeprank seperti biasanya kan?" Zahira tidak percaya. Apalagi selama ini Bik Lastri memang suka melakukan prank terhadap rekan sejawat, termasuk Zahira. Wanita yang sudah bekerja dengan keluarga Abian selama lebih dari 15 tahun itu memang terkenal jahil.

"Maaf, Nyonya. Tapi kali ini saya sungguh-sungguh. Saya mana berani ngeprank Nyonya dengan hal seperti ini."

Mendengar itu tubuh Zahira luruh ke lantai.

"Nyonya yang sabar ya. Tuan Abian pasti baik-baik saja." Bik Lastri memeluk Zahira.

"Bik, tolong antar aku ke rumah sakit itu. Aku harus tahu keadaan Mas Abian bagaimana!" pinta Zahira. Wanita itu berusaha bangun, meski kakinya seperti tak bertulang.

"Baik, Nyonya. Akan saya antar." Bik Lastri membantu Zahira dengan memapahnya.

Dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh Pak Dudung, Zahira dan Bik Lastri segera menuju ke rumah sakit Medika.

Selama dalam perjalanan Zahira terus menangis, tak lupa ia merapalkan doa agar tidak terjadi sesuatu pada suaminya dalam insiden kecelakaan tersebut.

***

"Dokter, bagaimana kedaan suami saya? Dia baik-baik saja kan?" tanya Zahira kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD.

"Apa Anda keluarganya Pak Abian?" Dokter itu malah balik bertanya.

"Saya istrinya, Dok," jawab Zahira.

"Sepertinya dalam kecelakaan itu Pak Abian mengalami benturan yang cukup keras di kepala. Kami sudah menanganinya tinggal menunggu hasilnya. Semoga dia segera sadar," jawab laki-laki berseragam putih tersebut.

"Dokter, apa saya bisa menemui suami saya?" tanya Zahira. Wajahnya masih basah karena sejak tadi dia terus menangis.

"Silakan, Buk. Anda bisa menemui Pak Abian setelah beliau kami pindahkan ke ruang perawatan.

"Tapi, dia baik-baik saja kan, Dok? Suami saya tidak apa-apa kan?" tanya Zahira lagi.

"Untuk memastikan itu kami harus menunggu sampai Pak Abian siuman," jawab Dokter itu lagi. "Permisi." Dokter itu kemudian berlalu dari Zahira.

"Yang sabar, Nyonya. Kita berdoa saja semoga Tuan Abian segera siuman." Bik Lastri mengusap lembut pundak Zahira.

Tidak lama dua orang berseragam coklat datang menghampiri Zahira.

"Selamat malam, kami dari kepolisian yang tadi menelpon ke rumah Pak Abian." Salah satu dari pria berseragam coklat itu berbicara.

"Iya, Pak. Saya Zahira, istri Mas Abian. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" jawab Zahira sembari bertanya.

"Perkenalkan Bu Zahira, saya Doni. Saya cuma memberi tahu bahwa barang-barang Pak Abian masih ada di kantor polisi. Ibu bisa mengambilnya kapan saja," jawab polisi yang mengaku bernama Doni tersebut. "Dan ada satu hal lagi yang harus Anda ketahui tentang kecelakaan yang menimpa Pak Abian," lanjut polisi bernama Doni.

"Apa itu, Pak?" tanya Zahira penasaran.

⭐⭐⭐

Gaes, maaf ya telat update. Padahal sudah janji update sebelum tanggal 8. Hehehe.

Jangan lupa untuk yang sudah mengikuti cerita ini, plis mohon kerjasamanya untuk baca di tiap bab yang aku update. Jangan lompat-lompat, apalagi nabung bab.

Kenapa? Karena author gak bakalan dapet apa-apa kalau kalian lakukan itu. Jujur, author juga butuh cuan buat beli kuota dan jajan supaya otak bisa terus ngehalu dengan lancar. Jadi, sekali lagi mohon kerjasamanya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Nsaa Indri

Nsaa Indri

lanjut

2024-05-10

0

Yuli maelany

Yuli maelany

d sengaja kah,atau murni kecelakaan 🤔🤔🤔


moga aja Abian baik baik saja....

2023-09-16

0

Kar Genjreng

Kar Genjreng

kapan up nya dan terusannya Thor

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!