"Ma-maaf, Mas. Saya terbiasa salim sama ibu kalau mau pergi," ujar Zahira beralasan. Dia segera menarik tangannya sendiri.
"Ouh... tidak apa-apa, saya ngerti. Tapi lain kali fokus ya, ntar kalau yang melihat orang lain kita dikira suami-istri." Abian memaklumi karena memang dia sering melihat Zahira melakukan itu kepada Bik Ranti dulu.
"Iya, Mas. Sekali maaf ya," ucap Zahira. "Permisi."
Zahira segera meninggalkan kantor Abian. Kali ini dia akan menemui Inge untuk memberi calon pelakor itu peringatan. Tadinya Zahira mengira Inge masih berada di lingkungan perusahaan Abian. Tapi, ternyata menurut security yang bertugas, Inge sudah pergi dengan taksi.
Abian sudah kembali ke ruang kerjanya saat Ernando membawakannya makan siang.
"Ini, makan, Pak!" ucap Ernando sambil meletakkan lunch box di atas meja atasannya.
"Bekal? Kamu bawain aku bekal makan siang?" tanya Abian keheranan. Tidak biasanya asisten pribadinya itu membawakan bekal makan siang. Yang ada dia yang selalu nebeng makan dengannya.
Abian lalu membuka lunch box tersebut, selain nasi dan buah-buahan kotak tersebut dipenuhi dengan beberapa lauk kesukaan Abian.
"Kamu yang bawakan ini dari rumah?" Abian kembali bertanya untuk memastikan.
"Bukan sih, Pak. Sebenarnya bekal ini bukan dari saya, tapi dari seseorang yang sangat baik, yang peduli pada Anda, Pak Abian," jawab Ernando sembari menampakkan deretan gigi putihnya.
"Orang baik dan peduli padaku? Siapa?" tanya Abian lagi. Dia penasaran dengan orang yang dimaksud oleh Ernando.
"Pokoknya ada, Pak. Maaf untuk sementara saya belum bisa memberitahu Pak Abian siapa orangnya. Tapi, Pak Abian harus percaya bahwa dia benar-benar orang baik yang sayang dan peduli sama Pak Abian," jawab Ernando lagi.
Abian kembali diam sambil menatap luch box di hadapannya. Dia benar-benar penasaran.
"Aku tidak akan memakan bekal ini sebelum kamu memberitahuku dari siapa?" Abian sedikit mendorong kotak tersebut menjauh darinya. Padahal Abian sudah sangat ingin menyantap makanan tersebut. Namun, pura-pura jual mahal demi bisa mengetahui siapa orang yang sudah memberikannya bekal itu.
Ernando menghela napasnya. Dia kemudian mengulurkan kembali tangannya untuk mengambil lunch box dari tersebut.
"Ya sudahlah. Kalau Bapak tidak mau, biar saya yang memakannya," ujar Ernando.
Namun, sebelum tangan itu menyentuh lunch box, Abian sudah meraih kembali kotak tersebut. "E... siapa pun dia, ucapkan rasa terima kasihku kepadanya," tutur Abian.
"Oke. Kalau begitu saya keluar ya, Pak. Silakan nikmati makan siangnya dan jangan lupa setelah itu minum obat." Ernando lalu meninggalkan ruang kerja Abian. Sambil berjalan menuju ke meja kerjanya, pria itu mengambil benda pipih dari saku celananya. Ia lalu menulis sebuah pesan.
[Pak Abian sudah memakan bekal dari Ibu. Dan sepertinya Pak Abian menyukai bekal itu]
Setelah menulis pesan tersebut, dia segera mengirimkannya pada seseorang. Pesan itu langsung dibaca. Tidak lama, Ernando mendapat pesan balasannya.
[Terima kasih]
Ernando segera menyimpan kembali benda pipih tersebut ke dalam saku ketika sampai di meja kerjanya. Asisten pribadi Abian itu kembali fokus dengan laptop di hadapannya.
***
Sebelum pulang ke rumah Devita, Zahira pergi menemui Inge di sebuah restoran. Ia bisa memperkirakan jika wanita yang gila harta dan hobi flaxing itu pasti sedang bersantai di restoran itu. Restoran yang menjadi tempat nongkrong Inge untuk berswa foto lalu mengiploudnya ke media sosial. Hal yang biasa wanita itu lakukan. Hal yang sebenarnya tanpa sengaja Zahira temukan.
Saat melihat Inge sedang duduk di salah satu kursi yang ada di dekat jendela kaca, Zahira segera menghampiri. Wanita yang memakai setelan berwarna peace dan jilbab berwarna navy duduk di kursi kosong tepat di depan Inge. Dia duduk dengan kaki ditumpuk dan kedua tangan bersedekap di depan dada sambil menatap Inge yang belum menyadari kedatangannya dengan tenang.
"Senangnya bisa duduk bersantai di sini," ucap Inge sambil menyeruput jus orange dengan sedotan. Dia belum menyadari keberadaan Zahira di depannya.
Uhuk... Uhuk... Uhuk.
Inge terbatuk kala melihat Zahira. Dia segera meletakkan gelas jus di tangannya ke atas meja.
"Zahira. Ngapain kamu ke sini?" tanya Inge dengan nada ketus seperti biasanya.
"Aku cuma mau memberimu peringatan, jangan pernah mencoba memanfaatkan keadaan Mas Abian yang amnesia. Karena jika kamu masih berani melakukan itu lagi, aku tidak akan segan untuk membalasmu!" ujar Zahira dengan tatapan tajamnya.
"Cih! Kamu kira aku takut sama ancamanmu itu? Nggak sama sekali! Apalagi dengan keadaan Mas Abian yang begini. Dia akan selalu membelaku daripada kamu," jawab Inge yang merasa menang.
"Ohya? Tapi, kenyataannya tadi dia membelaku tuh. Dia bahkan melindungiku," tutur Zahira. Dia mendekatkan mulutnya tepat di sebelah telinga Inge. "Lupa? Kalau tadi Mas Abian membelaku?"
Zahira kembali menegakkan punggungnya. "Bagaimana kalau aku berhasil membuat Mas Abian jatuh cinta kepadaku lagi ya? Apa kamu masih akan dihiraukan?" ejek Zahira.
"Kamu!" Sentak Inge sambil menggebrak meja.
Sontak pengunjung yang ada di sana menatap ke mejanya. Tak ingin ke hilangan momen untuk memanfaatkan keadaan, Inge hendak berakting menangis. Sayangnya, Zahira yang sudah membaca pikiran kotor Inge, lebih dulu bereaksi.
Zahira langsung berlutut dan pura-pura menangis tersedu-sedu.
"Mbak, tolong jauhi suami saya. Tolong jangan manfaatkan keadaan suami saya yang sedang amnesia. Kita ini sama-sama perempuan, Mbak. Mbak pasti ngerti kan bagaimana kesulitan saya. Apalagi saat ini saya sedang hamil, Mbak. Saya nggak mau Mbak mengambil bapak dari anak yang saya kandung ini dengan memanfaatkan amnesianya. Saya mohon, Mbak!" Zahira meraung. Tentu saja dengan air mata buayanya.
Beberapa pengunjung wanita yang melihat itu pun ada yang merekam ada pula yang menghampiri Zahira.
"Mbak, jangan berlutut seperti ini. Bangun, Mbak! Jangan mau kalah sama pelakor!" salah satu dari pengunjung itu berujar. Dia menatap sinis Inge.
"Ya Allah, Mbak kok tega sih berencana ngerebut suami Mbak ini? Apalagi Mbak ini lagi hamil. Nggak inget karma, Mbak?" sahut yang lainnya lagi.
"S-s-saya.... " Inge kelabakan. Niat hati ingin mempermalukan Zahira malah berakhir dengan dirinya sendiri yang malu.
"Ih, cantik-cantik kok mau jadi pelakor. Nggak laku ya!" cibir yang lainnya lagi.
Tak tahan dengan semua itu, Inge memilih pergi dari sana. Dia benar-benar geram karena Zahira berhasil mempermalukannya.
"AWAS KAMU ZAHIRA! AKAN KUBALAS INI BERKALI-KALI LIPAT!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Yuli maelany
akting yang bagu buat pemula,dan kedepannya kamu mesti lebih ekspresif lagi yaa supaya bisa dapetin grami award 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-04
0
Hafifah Hafifah
ditungu pembalasannya ha ha ha.bagus zahira harus jadi wanita kuat jangan mau ditindas
2023-10-04
1
Titi lestari Tari
mantaafff nih, biasanya kan istri sah kalah sama pelakor dan direndahkan tapi ini waooo keren abis mantaff dah lanjutin hira jngn mau ditindas sama pelakor smngt 💪💪💪😀😀😀
2023-10-04
0