Bab 4

Abian kembali ingat dengan perkataan anak Zahira beberapa saat yang lalu bahwa dirinya sudah menikah dengan anak pembantu di rumahnya tersebut. Bukan bermaksud memandang rendah posisi seorang pembantu, akan tetapi yang Abian ingat dia sudah memiliki kekasih bernama Inge dan pantang baginya berselingkuh. Dalam pergaulannya saja pria itu menghindari berteman dekat dengan perempuan karena merasa ada hati yang ia jaga.

"Tadi... kamu bilang kalau kita sudah menikah kan? Kapan? Terus kenapa aku bisa menikah denganmu? Apa kita menikah karena cinta atau karena hal lain?" Abian menatap serius Zahira.

"Itu tidak benar, Mas." Suara seseorang dari arah pintu menarik atensi semua orang yang ada di ruang rawat Abian.

"Inge," lirih Abian menatap kedatangan wanita yang masih dianggapnya kekasih.

Iya, wanita yang baru saja datang tersebut adalah Inge. Dia memberikan tatapan tajamnya kepada Zahira.

"Hei, anak pembantu! Jangan gara-gara aku pernah nitipin Abian ke kamu terus kamu seenak jidat ngaku-ngaku sudah menikah dengan Mas Abian ya! Mas Abian itu sudah mau tunangan sama aku, gimana ceritanya dia sudah nikah sama aku? Jangan mimpi deh!" Inge memarahi Zahira.

"Sudah, Mas, buang saja cincin jelek itu!" suruh Inge.

Abian kembali menatap cincin di jari manisnya lalu beralih menatap Zahira. Meski dia tidak mengingat apa pun tentang wanita itu selain dia adalah putri dari Bik Ranti. Entah kenapa melihat wajah sedih Zahira membuat hatinya sedikit merasakan nyeri.

Inge meraih tangan Abian dan melepaskan cincin itu dari jari manisnya. Setelah itu dia melempar cincin ke luar jendela.

Melihat cincin pernikahannya dibuang oleh Inge membuat Zahira langsung berlari keluar untuk mencarinya.

Ranti ingin sekali memaksa Abian untuk mengingat tentang putrinya. Namun, perkataan dokter yang menyarankan untuk tidak memaksa Abian mengingat masa lalunya atau ingatan itu justru akan hilang secara permanen membuat Ranti terpaksa tetap diam melihat ketidakadilan yang diterima oleh Sang Putri. Dia hanya menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Berharap semoga ingatan Abian segera kembali agar putrinya tak lagi menderita.

Ranti tak mengatakan apapun lagi. Dia memilih mengikuti putrinya ke luar dari ruang perawatan tersebut untuk membantu Zahira.

"Untung kamu cepet datang, Nge. Kalau tidak pasti dua manusia rendahan itu bakal terus-terusan ganggu Abian," ujar Devita.

"Iya, Tan. Aku langsung ke sini begitu Armand mengabari kalau Mas Abian kecelakaan," jawab Inge. "Kamu nggak apa-apa kan, Mas?" Inge beralih menatap Abian. Namun, Abian tidak menjawab. Dia masih menatap Zahira dan ibunya yang berada di luar. Ibu dan anak itu terlihat serius untuk mencari cincin yang dibuang oleh Inge tadi.

Inge dan Devita saling melirik melihat Abian yang justru fokus melihat ke arah Zahira dan ibunya itu.

Devita memberi kode kepada Inge untuk segera melakukan sesuatu agar pandangan Abian segera teralihkan.

"Mas Abian, ada apa?" tanya Inge sambil menangkup wajah Abian agar menatapnya.

"Tidak apa-apa, Nge. Aku hanya sedikit bingung saja," jawab Abian.

"Mas Abian bingung kenapa? Mikirin perkataan anak pembantu itu?" tanya Inge dengan wajah kesal. Abian menatapnya penuh tanya.

"Tante Devi dan Armand udah cerita tadi," lanjut Inge. Dia paham pasti Abian ingin tahu perihal pertanyaan yang ia lontarkan barusan.

Inge kembali meraih tangan Abian dan menggenggamnya. "Mas, wanita itu sebenarnya sudah lama suka sama kamu. Makanya ketika tahu kondisi kamu begini, dia segera memanfaatkannya untuk mempengaruhimu dan bilang kalau kalian sudah menikah. Mas, apa pun yang dikatakan oleh wanita itu dan ibunya jangan kamu percaya. Mereka hanya ingin membuatmu tambah bingung." Inge memberikan penjelasan panjang lebar. Tentu saja disertai dengan wajah yang terlihat sedih.

Abian tersenyum. Dia mengusap dengan lembut pipi Inge. "Kamu tenang saja. Aku nggak akan percaya dengan apa pun yang mereka katakan," ucap Abian.

"Terima kasih ya, Mas Abian. Aku makin cinta deh sama kamu." Inge memeluk kekasihnya itu.

Di balik pelukan itu, Inge dan Devita saling melemparkan senyuman. Mereka senang karena Abian langsung percaya dengan perkataan Inge.

Zahira masih terus mencari cincin yang Inge buang. Kesedihan tampak kentara di wajah cantiknya.

"Sudah ketemu?" tanya Ranti saat dia tiba di luar dan melihat putrinya masih berjongkok sambil membolak-balik rerumputan.

"Belum, Bu," jawab Zahira.

Ranti pun ikut berjongkok untuk mencari cincin pernikahan putrinya itu.

"Alhamdulillah, Bu. Akhirnya cincinnya ketemu," ucap Zahira saat ia berhasil menemukan cincin itu. Dia memegang erat cincin itu seraya memeluknya.

"Syukurlah, Nak," ucap Ranti. "Hira, seandainya ingatan Abian tidak pernah kembali apa yang akan kamu lakukan?"

Ranti harus menanyakan hal itu karena kemungkinan itu bisa saja terjadi.

"Bu, Ibu sendiri yang bilang kalau aku harus percaya bahwa suatu hari nanti ingatan Mas Abian pasti akan kembali. Kenapa sekarang Ibu sendiri yang meragukan itu?" jawab Zahira.

"Ibu tidak meragukan hal itu. Hanya saja selama ingatan Abian belum kembali kamu pasti akan melihat kemesraan Abian dengan Inge. Ibu khawatir kamu akan.... "

"Aku pasti kuat kok, Bu. Aku akan terus berada di sisi Abian sampai Mas Abian bisa kembali mengingatku dan mengingat pernikahan kami," tukas Zahira. "Ibu tidak perlu mencemaskan tentang perasaanku karena aku pasti kuat. Ibu bantu aku dengan doa saja. Hm?"

Ranti mengangguk. "Pasti, Nak. Doa ibu selalu menyertaimu."

"Ayo, Bu. Kita kembali ke kamar Mas Abian. Aku tidak mau Mbak Inge berbuat macam-macam dengan suamiku!" ajak Zahira. Meski Abian belum mengingat dirinya, sebagai istri Zahira akan berusaha mencegah suaminya untuk melakukan perbuatan dosa.

"Baiklah. Ayo!"

Zahira dan Ranti segera pergi dari sana. Keduanya berjalan untuk kembali ke ruang rawat Abian. Namun, ketika mereka sampai di depan ruangan itu. Terlihat Abian dan Devita sudah bersiap untuk meninggalkan rumah sakit.

"Ma, Mas Abian, kalian mau kemana?" tanya Zahira.

"Barusan aku sudah berbicara dengan Dokter untuk membawa Abian keluar dari rumah sakit dan Dokter mengizinkan. Jadi, sekarang aku akan membawa Abian kembali ke rumah kami," jawab Devita.

"Tapi, Ma.... "

"Aku bukan mamamu! Jadi, berhenti memanggilku mama!" bentak Devita. "Ayo Abian kita pulang! Inge dan Armand sudah menunggu kita di depan!" ajak Devita.

Abian tidak mengatakan apa pun, dia menatap Zahira sebentar kemudian melanjutkan langkah kakinya.

"Tidak! Dimana pun Mas Abian tinggal aku harus ikut! Aku tidak bisa membiarkan dia menjauh dariku," batin Zahira.

Seolah paham dengan isi hati putrinya, Ranti mencoba menghentikan Abian dan Devita.

"Nak Abian tunggu!" panggil Ranti.

Abian dan Devita kembali berhenti. Keduanya berbalik.

"Ada apa, Bik?" tanya Abian.

"Izinkan Zahira dan Bibik ikut ke rumah kalian. Bibik mohon!" pinta Ranti.

"Sudah. Jangan pedulikan mereka!" Devita berusaha mempengaruhi Abian. "Ranti itu sudah lama tidak bekerja sama kita. Jadi untuk apa dia ikut?"

"Nak Abian, Bibik mohon!" pinta Ranti sekali lagi. Ini adalah satu-satunya cara agar mereka bisa berada di sekitar Abian. "Kamu pernah janji kan sama Bibik, kalau Bibik boleh kembali bekerja dengan Nak Abian kapanpun." Ranti mencoba mengingatkan Abian akan janjinya dulu.

"Sudah, Abian. Abaikan saja mereka!" Lagi. Devita mencoba mempengaruhi agar Abian tak membawa ibu dan anak itu ke rumahnya. Karena jika itu terjadi itu bisa membuatnya repot.

Abian masih bergeming. Dia menatap Zahira, Bik Ranti, dan mamanya secara bergantian.

Terpopuler

Comments

Eni Istiarsi

Eni Istiarsi

percayalah Zahira,kesabaran dan kebaikan hatimu akan mendatangkan rewards yang luar biasa suatu hari nanti

2023-09-21

0

Yuli maelany

Yuli maelany

masa Abian gak sadar sama waktu sekarang,kalo pun dia hilang ingatan 2,5th apa dia gak nanya sekarang taun berapa.....

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!