Bab 19

Bik Darsih menunduk dalam. Orang itu berjalan maju mendekati dirinya.

"Bilang apa kamu barusan?" tanya orang itu dengan nada ketus.

"Maaf, Mbak," ucap Bik Darsih.

"Kamu tahu kan kalau aku bisa membuat kamu kehilangan pekerjaan dengan mudah? Apalagi saat Mas Abian sedang hilang ingatan. Aku bisa memprovokasinya untuk memecatmu. Jadi, jangan bicara sembarangan! Awas saja ya kalau sampai kamu keceplosan dan bilang ke Abian kalau sebenarnya aku yang selingkuh! Kamu pasti akan menyesal!" bentak Inge.

Iya, wanita itu adalah Inge. Dia begitu geram mendengar penuturan Darsih tentang perselingkuhannya dulu. Jangan sampai ketidak hati-hatian pembantu itu dalam berucap, Abian jadi mengetahui hal yang sebenarnya.

"I... Iya, Mbak. Saya akan tutup mulut," jawab Bik Darsih.

Bik Darsih tentu takut kehilangan pekerjaannya. Apalagi pekerjaan ini adalah sumber pemasukan keluarganya. Bik Darsih punya dua anak yang harus dibiayai di desa, sementara suaminya hanya buruh serabutan yang tidak tentu penghasilannya. Dari pekerjaannya pula Bik Darsih bisa membantu keuangan ibu-bapaknya.

"Bagus kalau kamu paham," ujar Inge. "Ohya ada makanan apa di rumah?"

"Maaf, Mbak Inge. Sudah tidak ada makanan apapun di rumah. Adanya cuma nasi putih. Memangnya ada apa, Mbak Inge?"

"Bik, Bibik jadi kan minta nasi goreng?" tanya Zahira saat keluar dari kamar. Dia belum melihat keberadaan Inge di sana.

"Ouh... kamu mau buat nasi goreng. Sekalian buatkan untukku dan Mas Abian juga." Inge dengan seenaknya memerintah.

"Biar saya saja yang buatkan, Mbak." Bik Darsih menawarkan diri.

"Nggak. Aku ingin dia yang buatkan nasi goreng untukku," tolak Inge sambil menunjuk Zahira. "Jangan lama-lama karena kami sudah lapar!" sinisnya.

Wanita judes itu kemudian berlalu meninggalkan Bik Darsih dan Zahira.

"Mbak Hira, biar Bibik saja yang buatkan nasi gorengnya." Bik Darsih hendak meraih pisau dan bawang merah dari tangan istri majikannya tersebut.

"Nggak usah, Bik. Biar aku saja. Lagian yang ingin makankan juga suamiku." Zahira menolak. Dia melanjutkan aktivitasnya membuat nasi goreng spesial untuk suaminya.

Inge membangunkan Abian begitu nasi goreng buatan Zahira matang. Tadi, begitu tiba di rumah, Abian memilih beristirahat untuk menghilangkan sakit di kepalanya.

"Mas, bangun!"

Abian membuka matanya. "Ada apa, Nge?" tanya Abian.

"Makan, Mas. Aku sudah buatkan nasi goreng spesial buat kamu." Inge membantu Abian untuk duduk. "Apa kepalanya masih sakit?"

"Sudah nggak. Makasih ya, Nge, karena kamu begitu perhatian."

"Iya, Mas. Sama-sama, namanya juga calon istri," ucap Inge. Dia memberikan nasi goreng buatan Zahira yang diakui sebagai karyanya itu kepada Abian. "Makan, Mas. Mumpung masih anget!"

Abian tersenyum. Dia menyuap nasi goreng tersebut ke dalam mulut.

"Ada apa, Mas?" tanya Inge saat melihat Abian tiba-tiba terdiam.

"Rasa nasi goreng ini seperti nggak asing buatku," jawab Abian lirih.

"Kan memang itu nasi goreng kesukaanmu, Mas," ucap Inge.

"Mas, bagaimana rasanya?"

"Enak. Ini kamu yang buat?"

"Iya. Akan makin enak kalau ditambah udang dan cumi. Apalagi kalau ditambah irisan pete. Beh, rasanya mantap, Mas. Sayangnya di kulkas sedang nggak ada itu. Tapi, kalau Mas Abian beneran suka dengan nasi goreng buatanku ini, besok aku akan beli semua bahan itu biar Mas bisa merasakan sedapnya nasi goreng dicampur pete. Bagaimana?"

"Terserah kamu saja, Sayang. Karena semua masakanmu enak. Dan aku suka."

"Sini, Mas, buka mulut! Aaaa!"

Wanita dalam bayangan itu menyuapkan nasi ke dalam mulut Abian.

"Kamu juga, Sayang."

Abian juga menyuapkan nasi ke mulut wanita tersebut.

Bayangan dirinya dengan seorang wanita sedang berbincang sambil menikmati nasi goreng tiba-tiba berputar di kepala. Sayangnya wajah wanita itu belum terlihat jelas di ingatan Abian tersebut. Karena yang tampak di kepalanya hanya siluet berwarna hitam.

"Mas," panggil Inge. "Ada apa?"

Abian menatap Inge sebentar. Dia yakin, wanita yang tampak di dalam pikirannya itu bukan Inge.

"Mas," panggil Inge lagi.

"Ah, tidak apa-apa," jawab Abian yang kembali menyuap makanan ke dalam mulut.

Uhuk... Uhuk... Uhuk!

"Aku ambilkan air dulu ya, Mas." Inge meletakkan piring di tangannya di atas nakas. Dia segera keluar dari kamar Abian dan bergegas menuju dapur.

Disana Inge melihat Zahira yang duduk bersama Bik Darsih dengan piring berisi nasi goreng yang hendak dinikmati yang masih ada di atas meja.

Wanita judes itu mengambil gelas lalu mengisinya dengan air putih. Namun, saat melewati Zahira dia sengaja menumpahkan air di atas nasi goreng milik Zahira.

"Ups. Sorry, tanganku licin," Inge tersenyum mengejek.

Zahira bangun dari tempatnya duduk dan memberikan tatapan tajamnya kepada Inge.

"Kenapa? Mau marah?" ledek Inge.

Zahira mengepalkan tangannya.

"Mbak Hira sing sabar, Mbak. Jangan kepancing sama ulahnya Mbak Inge! Dia pasti sengaja bikin Mbak Hira marah terus mau cari-cari alasan buat ngadu sama Mas Abian. Jangan sampai Mas Abian malah nganggap Mbak Hira ini pembuat masalah." Bik Darsih berbisik di telinga Zahira.

"Kamu benar, Bik. Lagian cewek kayak dia kalau diladenin malah makin menjadi." Zahira memilih tidak mempedulikan Inge. Dia membereskan piring berisi nasi goreng yang Inge siram barusan dan membawanya ke wahstafel. Dan hal tersebut tentu membuat Inge makin geram.

"Berani sekali kamu mengabaikan aku," desis Inge.

Inge hendak mendorong tubuh Zahira, tapi sayangnya Zahira berhasil menghindar. Dan hal tersebut membuat Inge malah jatuh terjerembab dan hampir saja kepalanya membentur lantai.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Zahira dia mencoba membantu Inge untuk berdiri. Namun, wanita yang ingin merebut Abian itu menolak bantuan tersebut dengan menepis tangan Zahira.

"Nge. Dimana kamu? Katanya mau ngambilin air minum. Kok lama?" terdengar suara Abian dari lantai atas.

"Aku disini, Mas," jawab Inge. Wanita itu menyeringai. Ini adalah kesempatan untuk membuat Zahira jelek di mata Abian.

"Kesini, Mas!" seru Inge.

Abian menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Dia berjalan ke dapur ke tempat Inge berada. Abian terkesiap melihat hal yang terjadi di hadapannya.

...****************...

GAES, PLIS. NANTI PAS AKU UP BAB KE 20 KALIAN LANGSUNG BACA DAN BACA JUGA BAB-BAB YANG KALIAN LEWATIN. BACANYA PELAN-PELAN AGAR TERBACA SISTEM. TERIMAKASIH UTK KERJASAMANYA.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

tadi ngakuin kerjaan yang hira lakuin sekarang ngakuin masakan Hira,apa dia gak takut apa Abian minta d buatin lagi dan Hira lagi nggak ada....

2023-10-18

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

aduh dasar siratu drama

2023-10-18

1

Acep Herdiansyah

Acep Herdiansyah

greget q sma inge😠😠jangan percaya bi inge modus...kasian hira🥺

2023-10-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!