KKN ( Kuliah Kerja Ngeri)

KKN ( Kuliah Kerja Ngeri)

Tiba Di Lokasi KKN

Waktu menunjukkan pukul 02.00 siang. sebuah mobil berplat kuning berhenti di salah satu bahu jalan desa.

"Kita sudah sampai," kata Rega kepada teman-temannya.

Bara,Agus , Indra dan Tika ikut keluar dari mobil tersebut.

"Apa benar ini kampungnya? kok seperti perkampung mati ya. dari tadi gue liatin nggak ada satupun penduduk yang berjalan kaki atau berkendaraan lewat di sini. Jadi serem deh," kata Tika sambil mengedar pandangannya ke sekeliling kampung.

"Gue pikir cuman gue aja yang merasa kampung ini tuh aneh," cetus Indra seraya memakai penutup hoodienya

Serem apaan kita kan pernah survei di sini dan kampung ini tuh sama kayak kampung-kampung biasanya. perasaan kalian aja kali ini tuh baru jam 02.00 siang tahu."

"Iya tapi, kok sepi banget. apa warga kampung di sini semuanya ke sawah ya jam segini?"

"Ya udah kita samperin ke rumah kepala desa."

"Ayok lah. gue dah capek banget tahu perjalanan dari subuh mana jalannya rusak lagi berlubang-lubang, perut gue sampai mual gara-gara mabuk kendaraan," cetus Indra.

"Di mana sih Ga, rumahnya kepala kampungnya?"

"Aduh katanya pak Ahmad, pak kepala kampung akan menyambut kedatangan kita."

"Tapi lu tahu kan rumah pak kepala kampung di mana?"

"Ya tahulah."

"Ya sudah, cus lah kesana. Dah laper banget gue, nggak ada warung kopi di sekitar sini ya."

"Gak adalah. Paling juga warung kecil-kecilan."

"Ya udah cari warung yuk gue mau beli mie instan nih. Kali saja setelah dapat tempat tinggal kita bisa langsung masak mie," kata Bara.

"Eh tuh kayaknya ada warung deh," cetus Rega sambil menunjuk pondok yang ada di hadapan mereka.

"Ya udah kita beli mie instan sama air mineral deh. Air mineral gue dihabiskan sama si Indra untuk cuci mukanya dia pas muntah-muntah," kata Agus.

Ketika mereka hendak menuju pondok yang mereka pikir warung ternyata warung itu tutup.

" Ya tutup guys."

"Anjir, apes banget kita hari ini ya. datang ke kampung, kampungnya sepi, lagi lapar dan haus nggak ada warung yang buka."

"Ya udah kita ke rumah kepala desa sajalah," kata Rega.

Mereka akhirnya menyusuri jalan tanah menuju rumah kepala desa. sambil berjalan ke 5 orang itu memperhatikan rumah-rumah penduduk.

"Anjir, dari tadi gue perhatikan kok nggak ada satupun penduduk yang keluar ya. Pada ke mana mereka. yang lewat juga nggak ada heran deh," keluh Indra.

"Ya udah jalan aja lagi bentar lagi juga nyampe di rumah pak kepala desa," kata Rega.

Benar saja, setelah melewati beberapa rumah penduduk akhirnya Rega menuju sebuah rumah yang lebih besar dan lebih bagus dibanding dengan rumah-rumah di kampung tersebut.

Seperti rumah penduduk lainnya, rumah kepala desa juga terlihat sepi dan sunyi.

"Assalamualaikum," ucap mereka ketika tiba di teras rumah pak kepala desa.

Satu kali mengucap salam, masih belum terdengar suara sahutan, Mereka pun mengulangi salam mereka.

"Assalamualaikum!"kali ini mereka mengucap salam dengan lebih nyaring sambil mengetuk pintu rumah pak kepala desa.

Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki yang mendekati pintu.

Kreak

.... pintu pun terbuka, tampaklah seorang wanita paruh baya dengan menggunakan daster batik menatap heran kepada mereka.

"Mau cari siapa ya?" tanya wanita itu.

"Saya mau mencari Pak Arman beliau ada?" tanya Rega.

"Ternyata kalian sudah datang," suara bariton dari arah belakang membuat mereka semua menoleh.

"Eh, Pak Arman," kata Rega sambil menghampiri Pak Arman.

Mereka semua bersalaman dengan Pak Arman sambil memperkenalkan nama satu-satu.

Jika diperhatikan wajah Pak Arman saat itu terlihat begitu tegang, meski ia tetap tersenyum sambil menyalami kelima mahasiswa itu.

"Maaf ya saya ada keperluan mendadak. tadi Pak Ahmad menelpon saya jika kalian semua sudah sampai."

"Iya Pak, kami Baru saja sampai."

Kalau begitu silakan masuk dulu, kalian sepertinya lelah.

"Iya pak! lapar juga," cetus Indra.

endengar ucapan Indra, Rega yang berada di sampingnya segera menginjak kaki Indra.

"Hus nggak sopan."

Pak Arman menggulung senyum tipisnya." Tenang saja saya sudah meminta asisten rumah tangga saya untuk memasak untuk kalian. kalau begitu silakan masuk."

Ketika mereka masuk wanita yang daster batik tadi juga itu masuk ke dapur kelima mahasiswa itu duduk di sofa ruang tamu pak Arman.

Tak berapa lama kemudian, wanita paruh baya itu menghampiri mereka.

"Makanannya sudah siap Pak," kata wanita itu.

"Berhubung makanannya sudah siap, Ayo kita makan," ajak Pak kepala desa.

Karena memang mereka lapar dan dahaga, mereka pun langsung membuntuti Pak Arman yang menuju dapur.

kelima mahasiswa itu dijamu makan oleh Pak Arman, setelah makan mereka ngobrol kembali di ruang tamu.

Pak Arman berbincang-bincang tentang desanya. tentang sekolah tempat mereka mengajar nanti.

"Oh ya pak, tadi Saat kami sampai dan berjalan menuju ke rumah bapak Kenapa tidak ada satu warga desa ini yang lewat ya Pak? padahal ini baru jam 02.00 siang."

Pak Arman menyunggingkan senyum tipisnya membuat mereka semakin penasaran.

Kebetulan ada kalian berlima, sebetulnya saya ingin meminta pertolongan kepada kalian berlima.

"Pertolongan apa ya pak?"

Pak Arman menatap wajah mereka satu persatu, raut wajah Pak Arman mulai tegang dan serius, hal itu semakin membuat mereka penasaran hingga mereka menatap lekat ke arah Pak Arman.

Saya meminta tolong menguburkan jenazah Seorang warga di sini.

"Jenazah?" ucap mereka serempak sambil saling pandang memandang.

"Maaf ya Pak, kenapa harus meminta bantuan kami? apa karena warga penduduk ini sedang berpergian atau memang tidak ada warga yang tinggal di kampung ini? karena saya lihat sepanjang perjalanan kami rumah-rumah terlihat kosong dan jalan-jalan terlihat sepi?"tanya Rega.

"Bukan seperti itu, penduduk kampung berbondong-bondong pergi meninggalkan kampung ini, setelah tahu bahwa Pak kusno meninggal dunia."

Kelima mahasiswa itu langsung melototkan bola matanya karena heran dengan penuturan Pak kepala desa.

"loh memangnya kenapa Pak?" tanya Rega.

Pak Arman kembali menatap wajah mereka satu persatu, wajah Mereka terlihat tegang tapi juga penasaran.

"Karena Pak kusno adalah seorang dukun ilmu hitam yang sakti mandraguna. Konon katanya Pak kusno sudah berusia sekitar 150 tahun."

lagi-lagi kelima mahasiswa itu melototkan bola matanya.

"150 tahun Pak?!" tanya mereka dengan kaget.

"Iya, beliau adalah sesepuh sekaligus pendiri kampung ini. konon katanya Pak kusno itu sebenarnya tidak bisa mati karena beliau memiliki ilmu hitam, beliau diduga bersekutu dengan iblis."

Deg deg jantung mereka berdetak dengan cepat, seketika saja wajah kelima mahasiswa itu menjadi pucat pasi.

Terpopuler

Comments

Murwani Wahyuningsih

Murwani Wahyuningsih

kayaknya beneran horor nih ceritanya

2024-11-23

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

baru juga datang dah di suguhin horor ya Rega dan kawan" 🤭🤭🤭

2023-12-07

0

𝕗 𝕚 𝕚

𝕗 𝕚 𝕚

mampir kak

2023-11-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!