Rega keluar dari kamar mandi dan melihat Agus yang tergeletak pingsan dengan bau pesing yang menyeruak di ruangan tersebut.
"Agus!" panggil Rega seraya menghampirinya.
Rega menepuk-nepuk pipi Agus untuk membuatnya tersadar.
Tika yang mendengar teriakan dari Rega itu buru-buru menghampiri Rega
"Kenapa Ga?" tanya Tika dengan panik ketika melihat Agus pingsan.
"Nggak tahu nih, tiba-tiba saja aku lihat Agus tergeletak di lantai mana bau pesing lagi!"
Rega melihat celana yang dikenakan Agus basah, dan itu pertanda jika sebelum pingsan, Agus sempat terkencing di dalam celananya
"Anjir! pesing banget! keluh Arga sambil menutup hidungnya."
"Gus bangun Gus! Lu kenapa Gus?" tanya Rega.
Melihat Agus yang pingsan, Tika buru-buru berjalan ke arah dapur untuk mengambil air dan memercikkan air tersebut ke wajah Agus
Beberapa saat setelah wajahnya di percik air, Agus langsung membuka matanya mengedar pandangannya dan semakin kaget dan takut ketika melihat Tika yang duduk di sampingnya.
"Hantu!" seketika Agus berteriak memeluk Rega
"Hantu! ada hantu Ga! dia hantu!" tunjuk Agus ke arah Tika.
"Sembarang lo!"
Plak! Tika menampar wajah Agus karena kesal, membuat Agus semakin erat memeluk Rega.
"Tuh kan Ga, setannya bisa nampar gue," ucap Agus dengan bibir gemetaran.
"Ih apaan sih lo Gus! main peluk-peluk aja, mana bau pesing lagi!"
Rega melepaskan pelukan Agus secara paksa. Tubuh Agus gemetaran ia takut untuk menoleh ke arah Tika. "Lo mau kemana Ga? jangan tinggalkan gue!"
Karena melihat Agus yang sepertinya memang ketakutan mengingat kejadian mistis yang mereka alami selama pemakaman mbah Kusno, Rega beranjak untuk mengambil air dan membersihkan lantai yang terkena air kencing Agus.
Agus bangkit Kemudian meringkuk memeluk lututnya, membenamkan wajahnya kedalam lutut agar tak melihat Tika.
Tubuhnya menggigil, masih terbayang penampakan horor yang membuat jantungnya berdetak kencang.
Tika yang memang tidak mengetahui kejadian mistis yang menimpa teman-temannya itu mencoba menakuti Agus kembali.
"Hhihi hihi, gue hantu! Gue paling suka makan daging playboy kampus seperti ini," Tika menggerayangi punggung Agus yang masih meringkuk ketakutan.
"Akh!" teriak Agus. Agus berdiri dan kencing lagi.
Ia berlari ke arah dapur dan bertabrakan dengan Rega.
"Agus! Loh kenapa sih?" tanya Rega.
"Gue takut Ga, si Tika serem banget!'kata Agus sambil menutup wajahnya.
Sambil bertanya kepada Agus Rega mencium bau pesing kembali.
"Astaghfirullah, lo kencing lagi Gus!"
"Haha, baru juga ditakutin gitu udah terkencing-kencing aja lu," ledek Tika
"Eh Tik, Jadi lo yang menakuti Agus?"
"Iya, abisnya dia parno banget tau!"dengus Tika sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Eh Ka, lu nggak tau aja apa yang kami alami saat mengantar jenasah pemakaman tadi."
"Emang ada apa Ga?" tanya Tika yang mulai tertarik.
Beberapa saat kemudian mereka mendengar derap langkah kaki orang berlari sambil berteriak " Hantu! Hantu!"
Mereka semua kaget dan menoleh ke arah pintu yang terbuka dengan keras.
Bruk...
Hua Hua! Bara dan Indra langsung duduk dengan tubuh yang lemas membuat mereka semua heran terutama Tika.
"Eh kalian berdua kenapa sih?" tanya Tika seraya menghampiri Bara dan Indra yang sedang mengatur nafas mereka yang ngos-ngosan.
Hua hua ...
Saking syok, panik dan ketakutan, Bara dan Indra masih belum bisa bercerita bibir dan lutut mereka bergetar dengan kuat.
"Tika! lo ambilkan mereka berdua minum, gue temani Agus ganti pakaiannya dulu," kata Rega.
"Iya Ga."
***
Beberapa saat kemudian keadaan mereka sudah cukup tenang. Tika duduk diantara keempat temannya menatap wajah mereka satu persatu dengan perasaan yang mulai cemas.
"Ada apa sih? kenapa kalian ketakutan seperti itu?"
Bara yang sudah mulai tenang mulai menjelaskan.
Sambil menarik nafas ia mengatur kata-katanya.
Saat yang bersamaan terdengar suara salam dari pak Arman .
"Assalamualaikum!"
Melihat kelima mahasiswa itu berkumpul bersama Pak Arman ikut duduk di antara mereka.
Saking tegangnya keadaan mereka saat itu, mereka sampai lupa membalas salam Pak Arman.
"Ada keanehan apa yang kalian lihat tadi Bara, Agus?" tanya pak Arman.
Rupanya Pak Arman tadi melihat Bara dan Agus berlari dari kejauhan.
"Kami berdua beli bakso Pak, ketika hendak makan bakso Saya melihat bulatan bakso itu menyerupai bola mata manusia yang bergerak-gerak dan kuah bakso yang hitam bercampur saus itu terlihat seperti darah, uek!" Indra segera berdiri dan berlari ke teras rumah.
Seketika itu ia muntah, mengingat kejadian yang menimpa dirinya dan Bara.
Uek! uek!"
Tika menghampiri Indra sambil membawakan minuman untuk pacarnya itu.
"Minum dulu Ndra."
"Uek! uek! sumpah mual perut gue!"
Mereka semua terdiam menatap Indra. Sebenarnya Bara juga merasakan mual yang sama. Namun ia tak terlalu memikirkan hal tersebut karena itulah Bara terlihat biasa saja.
Setelah keadaan tenang mereka duduk.
"Sumpah gue mau pulang saja lah! nggak sanggup gue kalau setiap hari dikerjain setan seperti ini," keluh Indra sambil mengusap perutnya yang terasa perih setelah muntah.
"Iya gue juga gak kuat, mendingan gue gak usah KKN dari pada kita di kerjain setan terus!" dengus Agus.
Rega dan pak Arman menghela nafas panjang secara bersamaan.
"Sebenarnya saya tidak bisa memaksa kalian untuk tetap tinggal di sini hanya saja saya yang mengajukan permohonan agar salah satu Universitas mau menjadi guru KKN di sekolah kami. Entah apa sebabnya tak ada satu guru pun mau mengajar di kampung kami ini."
Mereka semua seketika langsung menoleh ke arah Pak Arman.
"Sebagai kepala desa saya mengkhawatirkan masa depan anak di kampung ini, jika mereka tidak mendapatkan pendidikan, maka tidak akan ada kemajuan dan kampung kami ini tidak akan pernah maju."
Mereka terdiam mendengar penuturan pak Arman.
"Tapi Kenapa tidak ada yang mengajar di sini pak?"
"Entahlah, bahkan sebelum mbah Kusno meninggal juga tak ada guru yang betah di kampung ini, dan kemungkinan kampung ini akan kosong karena para warga sepertinya ketakutan untuk pulang."
"Apa mereka takut pulang karena teror horor di kampung ini pak?" tanya Rega.
"Sebenarnya sebelum kematian Mbah Kusno Kampung ini tidak horor kami hidup rukun dan damai."
"Kenapa bisa mereka meninggal kampung ini, padahal ini kampung halaman mereka sendiri hanya karena meninggalnya seorang Mbah Kusno?" tanya Bara.
Pak Arman menarik nafas panjang.
"Sebenarnya.... Belum pun sempat pak Arman menjelaskan tiba-tiba mereka di kejutkan dengan pintu rumah pak Arman yang terbuka. Tak lama mereka melihat keranda yang melayang-layang tepat di depan rumah pak Arman.
Tak hanya keranda, yang membuat mata mereka terbelalak dan jantung mereka berdetak semakin kencang, ternyata keranda terbang itu membawa sebuah mayat yang sudah di kain kafan kan, dan yang membawa keranda tersebut sampai terbang di atas teras mereka adalah kuntilanak yang pernah terbang di atas keranda mbah Kusno.
Hihi! tiba-tiba suara cekikikan terdengar dari arah luar. Seketika angin kencang berhembus meniup alam sekitar. Atun yang ketakutan segera berlari menghampiri Pak Arman dan kelima mahasiswa itu.
Tubuh mereka semua terasa membelu dengan mulut yang menganga karena tak bisa berkata-kata apa lagi, saking ngerinya kejadian yang mereka lihat.
Ada apa? apa yang sebenarnya terjadi di kampung itu? dan akan kah kelima mahasiswa itu bertahan?
Bersambung, jangan lupa dukungnya, biar author semangat up nya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Syahrudin Denilo
ihh serem banget
2023-12-25
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ini mah bisa bikin jantungan kl trus"an di teror hantu 😱😱😱
2023-12-07
0
Lele Srimahrita Lela
klo nyta bgaimnkh dunia ini
2023-10-30
0